50. KEBANGGAAN

150 13 5
                                    

Udah siap baca kelanjutan SENIOR'S?

Langsung aja cuss, meluncur 🚀

Langsung aja cuss, meluncur 🚀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_

Semua orang sebenarnya punya kelebihan masing-masing, jika berpikir tidak punya. Mungkin kamu belum menemukan robekan peta lainnya.

***

Laki-laki yang mempunyai tinggi 180cm itu terlihat sibuk dengan membawa sebuah bingkai besar yang di dalamnya terdapat lukisan miliknya. Ya, dia Revan. Laki-laki penyuka seni dan sastra. Kali ini dirinya sedang ada pameran di Grand Jakarta Gandaria City Hotel. Dirinya diundang dan dipersilahkan memamerkan karyanya di sana.

Ia lalu menancapkan gasnya untuk menuju rumah Nayla, ya. Nayla diminta ikut dengan Revan untuk menemaninya, kalau Nayla si mau-mau aja yang penting dengan Revan.

Pintu rumah Nayla terbuka dan nyaris samaan dengan kedatangan Revan.

"Astaga Kak, Kakak bawa apa itu? Mana gede banget. Gak takut jatuh?" tanya Nayla bejibun.

Revan membuka helmnya, "Ayo naek, keburu telat nanti. Ini lukisan, lo tolong pegangin ya," pinta Revan.

"Siap kapten," balas Nayla sambil hormat. Ia lalu membonceng Revan dengan membawa lukisan yang besarnya tiada tara itu. Untung saja tubuhnya sedikit lebih besar dari lukisan itu, kalau tidak bisa-bisa dirinya ke makan lukisan itu. Aneh memang, mana bisa lukisan makan manusia.

Diperjalanan Nayla hanya diam, tak banyak omong dan tak banyak bergerak. Ia hanya mengeratkan pegangannya dengan lukisan itu, jangan sampai lukisan itu terjatuh. Bisa habis dirinya dengan Revan.

Setelah perjalanan menguras tenaga bagi Nayla, akhirnya mereka sampai di tujuan. Besar sekali hotel itu, Nayla sangat takjub. Ia lalu memberikan lukisan itu kepada Revan, kemudian mereka masuk. Banyak sekali orang di sana untuk menghadiri pameran ini. Revan mengajak Nayla di sudut sebelah kiri, tempat dimana lukisan Revan tertera.

"Bagus banget Kak, ini Kakak semua yang buat?" tanya Nayla takjub.

Revan mengangguk, "Iya, ini semua buatan gue."

"Kakak pinter banget sih, aku aja belum bisa ngelukis. Baru bisa gambar hehehehe," ucap Nayla geleng-geleng dengan sikap laki-laki ini yang sangat pintar itu, udah ganteng, baik, pinter lagi. MasyaAllah, nikmat mana yang engkau dustakan.

"Semua butuh proses Nay, gue juga dulu gak bisa. Lukisan mana yang lo sukain?" tanya Revan iseng.

Nayla terus tersenyum memandangi lukisan-lukisan milik Revan, "Semuanya aku suka, tapi yang paling aku sukain yang ini," ucap Nayla menunjuk salah satu lukisan bertema pemandangan dengan jalanan yang sepi namun keliatan asri, dilihat dari segi lukisannya memang bagus apalagi itu pemandangan yang membuat orang melihatnya sangat tenang.

SENIOR'S [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang