°30°

30.9K 3.9K 61
                                    

Undangan pesta ulang tahun Yuwen, sudah menyebar ke seluruh kerajaan. Bahkan ke kerajaan-kerajaan tetangga.

Seketika sebuah ide langsung terlintas dipikiran FengYin ketika undangan itu tiba di kerajaannya. Ia tersenyum penuh arti. Ah, rencananya pasti akan berjalan dengan sangat mulus.

Masih dengan mempertahankan senyum anehnya itu, FengYin menatap kedua orangtuanya yang duduk di kursi takhta mereka.

"Ayahanda, Ibunda, aku punya sebuah permintaan."

•••

Pasar yang terletak di tengah ibukota kerajaan Huang hari ini terlihat sangat ramai, membuat Mei Yue dan dayang setianya mau tak mau harus berdesak-desakan. Apalagi saat ini cuaca sangat panas, membuat mereka mengeluh. Padahal sebentar lagi musim dingin akan tiba. Seharusnya cuaca tidak sepanas ini.

"Huh, kenapa hari ini cuacanya harus panas sekali?" Keluh Peiyu seraya menyeka keringat yang mengucur dari pelipisnya.

Mei Yue pun sama. Tapi mereka baru saja tiba di pasar, belum ada membeli apapun. Ia menoleh kebelakang sekilas. Jianheeng, Chyou, dan Shilin tetap setia mengikuti mereka. Sesekali ketiga prajurit muda itu tampak berdecak kesal ketika tak sengaja bertabrakan dengan orang-orang yang berlalu lalang di pasar ini.

Mata tajam milik Mei Yue terus mencari toko pakaian yang sekiranya memiliki pakaian dengan bahan yang bagus. Tak lama kemudian, matanya menangkap berbagai macam pakaian dan aksesoris yang sepertinya terlihat cantik. Segera ia menarik tangan Peiyu untuk menuju toko pakaian tersebut. Sedangkan yang ditarik hanya pasrah mengikuti kemana tujuan tuannya.

"Pakaiannya indah sekali! Peiyu, kita harus membeli pakaian-pakaian ini!" Seru Mei Yue gembira.

Memangnya, wanita mana yang tidak tertarik dengan pakaian dan aksesoris yang bagus. Meskipun Mei Yue terlihat kejam dan tak memiliki hati, namun dia tetaplah perempuan yang sangat mencintai fashion.

"Peiyu, pilihlah pakaian yang bagus dan mahal."

Peiyu menoleh cepat kearah tuannya yang sedang sibuk memilih aksesoris-aksesoris yang dijual di toko itu. "Tapi, kan—"

"Tidak ada tapi, tidak ada penolakan!" Potong Mei Yue cepat dengan nada penuh penekanan.

Peiyu menatap lekat tuannya itu. Ia merasa tidak pantas untuk membeli pakaian-pakaian sebagus ini, ia hanyalah seorang pelayan muda yang dipercaya untuk melayani Putri Mei Yue. Tapi, ia tidak tahu bahwa Mei Yue menganggapnya seperti adik sendiri, bukan seorang pelayan.

Tangan dayang muda itu terulur untuk mengambil sebuah hanfu berwarna merah muda yang tampak polos, tanpa motif. Dia sengaja memilih pakaian yang tampak murah. Kalau dia memilih pakaian mewah, nantinya pasti akan terjadi konflik. Tapi, di sisi lain, Mei Yue tidak suka dengan pakaian pilihan pelayannya itu.

"Oh, sayang. Pakaian itu tidak pantas untukmu." Mei Yue berkomentar. Dia mengambil beberapa pakaian yang lebih bagus, dan mewah daripada pakaian yang dipilih oleh Peiyu.

"Ini, kau harus terlihat cantik," katanya seraya memberikan pakaian-pakaian bagus itu kepada Peiyu. "Apa yang akan dikatakan oleh orang lain, kalau pelayan seorang Huang Mei Yue memakai pakaian jelek? Tidak, tidak bisa. Kau harus terlihat cantik agar bisa menarik perhatian para pria."

Peiyu menghela nafas panjang. Harusnya ia ingat bahwa tuannya itu adalah orang yang pemaksa. Tapi, harus ia akui bahwa Mei Yue memang sangat baik hati terhadap beberapa orang yang dikasihinya.

"Terima kasih, Tuan—eh, maksudku Nona Mei," ucap Peiyu. Di tengah pasar seperti ini identitas Mei Yue tidak boleh sampai terbongkar.

Setelah membeli banyak pakaian, dan perhiasan, mereka pergi untuk membeli hadiah ulang tahun Yuwen. Sebelumnya, Mei Yue juga sempat membeli beberapa pakaian untuk para pelayan yang bekerja di paviliun milik Putri Mei Yue, yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.

Mei Yue membeli sebuah buku yang berisi tentang pendidikan militer, dan taktik perang. Ini akan bermanfaat bagi Yuwen, dan semoga saja pria itu menyukai hadiah darinya, pikir Mei Yue.

Niatnya, setelah ini mereka ingin segera kembali ke istana. Tapi, tiba-tiba Mei Yue mendengar suara aneh. Suara itu sangat familiar di telinganya.

"Tuan Putri, tolong aku!"

Itu suara Xinxin, gadis kecil yang pernah dia tolong sebelumnya.

"Xinxin? Dia memanggilku Tuan Putri? Bagaimana dia bisa tahu?" Batin Mei Yue.

Tepukan di bahu membuat gadis itu tersadar dari lamunan singkatnya. Ia menoleh kearah Peiyu sang pelaku yang menepuk bahunya.

"Ada apa, Tuan Putri?" Tanya Peiyu dengan suara pelan, nyaris berbisik.

Mei Yue menggeleng pelan, kemudian menoleh kearah tiga pengawalnya yang berdiri tak jauh dibelakangnya. "Kalian bertiga, apa kalian masih ingat dengan Xinxin?"

"Xinxin? Oh, aku ingat!" Seru Chyou setelah mengingat-ingat kembali.

"Siapa itu Xinxin?" Tanya Peiyu.

"Xinxin adalah seorang gadis kecil yang pernah ditolong oleh Tuan Putri," jawab Shilin, dan Peiyu mengangguk saja.

"Kurasa, dia dalam bahaya," ujar Mei Yue tiba-tiba, membuat keempat abdinya itu menoleh dengan ekspresi terkejut dan bingung.

"Anda tahu darimana, Tuan Putri?"

"Aku bisa mendengar suaranya."

Keempat abdinya itu bergeming, membuatnya memutar bola matanya, jengah.

"Tunggu apalagi? Cepat cari dia!"

Suara Mei Yue membuat mereka berempat tersadar, dan gelagapan. Mereka bergerak gelisah, tak tentu arah. Saat mereka akan berpencar, Mei Yue berseru.

"Ikuti aku, dan jangan berpencar. Aku tahu dimana dia berada."

•••

Di hutan itu, Xinxin kewalahan menghadapi dua puluh orang prajurit dari suku Hong yang mengepungnya. Tadi, ia melewati hutan itu untuk mencari rempah-rempah, tak disangka malah bertemu dengan orang-orang ini.

Dengan kemampuan telekinesis yang dikuasainya, Xinxin menyerang para prajurit itu. Mulai dari melempari mereka dengan batu, pohon atau apapun itu. Tapi tetap saja tidak berhasil, mereka terlalu kuat.

"Wah! Gadis kecil, ternyata kau ahli telekinesis, ya?" Salah satu prajurit itu menyeringai lebar, membuat Xinxin semakin takut.

Namun, ia tak gentar. Ia harus berusaha untuk tatap bertahan sampai Mei Yue tiba.

Dan, tak berselang lama kemudian, Mei Yue tiba di hutan itu dengan ekspresi yang sulit diartikan. Antara marah dan terkejut.

***

Malam, Lurrr!!!

Ada yang nungguin cerita inikah?

Niatnya tadi siang mau update, tapi lupa, hehe... Mon maap, ye-!

Dah lah, pengen bobok dulu😌
Jangan keseringan baca wattpad malem², ya... Istirahat yang cukup-!

Bye, bye~

[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang