°17°

35.8K 4.6K 30
                                    

Raja Huang yang sedang sibuk berkutat dengan dokumen-dokumen kerajaan, dibuat penasaran dengan kedatangan Mei Yue yang tidak diumumkan oleh kasim. Bahkan putrinya itu tidak memberi salam kepadanya.

"Yang mulia, aku bosan!" Ujar Mei Yue, langsung. Ia tidak mau terlalu banyak basa-basi. Bisa berbelit nanti urusannya.

"Lalu?" Tanya raja cuek.

"Aku ingin keluar!"

Raja mengangkat sebelah alisnya tinggi. "Bukankah putra mahkota sudah mengatakan padamu untuk tidak boleh keluar istana?" Tanya raja.

"Memang. Tapi aku bosan."

"Lakukan apapun yang kau inginkan, asalkan jangan keluar istana," balas raja, tetap cuek.

Mei Yue menggeleng lucu. "Tidak mau. Pokoknya aku ingin keluar!" Rengeknya. "Lagipula, aku 'kan sudah punya pengawal. Bukankah mereka prajurit pilihan putra mahkota dan jendral Han?"

Raja menghela nafas. Kenapa anaknya yang satu ini sangat susah untuk diatur?

"Baiklah," jawab raja Huang setelah cukup lama berfikir. Sebenarnya, ia juga tidak terlalu khawatir. Karena putri Mei Yue yang sekarang, tidak seperti dulu lagi. Oh, tentu saja karena raga itu ditempati oleh jiwa orang lain.

Mei Yue langsung tersenyum lebar.

"Tapi ingat."

Masih dengan mempertahankan senyumannya, Mei Yue bertanya, "apa?"

"Jangan membuat masalah selama kau berada diluar." Peringatan raja diangguki oleh Mei Yue, kemudian gadis itu segera melenggang pergi dengan kegirangan karena telah mendapat izin dari raja.

"Terima kasih, yang mulia." Mei Yue menoleh kebelakang sambil melambaikan tangannya.

Raja menggeleng samar. Terkadang Mei Yue memang seperti anak kecil, membuatnya gemas. Setelah itu, raja kembali menyibukkan diri dengan dokumen-dokumen yang ada dihadapannya.

•••

Setelah mendapat izin raja, Mei Yue beserta tiga pengawalnya segera melesat ke pasar ibukota. Pasar ini sangat ramai. Ditambah lagi dengan suara para pedagang yang menjajakan dagangannya. Mei Yue memperhatikan setiap toko yang ia lewati, sampai kuda tunggangannya berhenti didepan sebuah toko tanaman hias dan herbal. Ia turun dari kudanya, dan mendekati pedagang yang menjual tanaman berbagai macam tanaman tersebut.

"Silahkan. Apa ada yang ingin anda beli, nona?" Tanya pedagang itu ramah. Pedagang itu hanya seorang wanita tua. Rambutnya yang sudah beruban membuktikan hal itu.

"Nyonya, apakah kau menjual tanaman Azalea dan Autumn Crocus?"

Wanita tua itu terdiam sambil menatap lekat gadis muda didepannya ini. Kemudian, ia tersenyum tipis.

"Mari, ikuti saya." Wanita itu mempersilahkan Mei Yue masuk kedalam tokonya.

Mei Yue segera masuk, diikuti oleh tiga pengawalnya. Ketika sudah berada didalam, Mei Yue dibuat kagum. Banyak sekali tanaman-tanaman yang ia cari ada disini. Bahkan tanaman Hemlock pun juga ada. Wah, ini salah satu keberuntungan, pikirnya.

"Aku beli tanaman Azalea, Autumn Crocus, dan Hemlock saja," ujar Mei Yue. Wanita tua itu mengangguk, lalu mulai memasukkan tanaman-tanaman yang dibeli oleh Mei Yue kedalam kantung-kantung berukuran sedang.

"Yang Mulia, untuk apa Anda membeli tanaman itu? Semuanya adalah tanaman beracun," bisik Shilin

"Tentu saja untuk meracuni orang," jawab Mei Yue cuek. Memang benar, 'kan? Apa gunanya tanaman beracun, kalau bukan untuk meracuni orang?

"Nona, ini tanaman yang Anda inginkan," kata wanita tua tersebut setelah selesai membungkus tanaman-tanaman beracun itu.

"Berapa harga semua ini?" Tanya Mei Yue.

"2 koin emas."

Mei Yue mengernyit, ia kira harganya akan lebih mahal dari ini. Ternyata tidak juga. 2 koin emas? Itu harga yang cukup terjangkau.

"Aku yakin, nona bukanlah orang sembarangan. Karena itu nona mencari tanaman-tanaman ini," ujar wanita tua itu dengan suara pelan.

Mei Yue tersenyum tipis, wanita tua ini pasti juga bukan orang sembarangan. Dari tatapan matanya saja sudah menandakan hal itu.

"Anda berlebihan, nyonya. Aku ini hanya gadis biasa yang selalu penasaran," balas Mei Yue, merendah.

Setelah membayar tanaman yang ia beli, Mei Yue melenggang keluar dari toko tersebut.

"Nona, jika kau butuh sesuatu, datanglah lagi lain kali," bisik wanita tua tersebut, membuat Mei Yue mengangguk sambil tersenyum tipis.

Mei Yue hendak naik ke kudanya. Tetapi, tiba-tiba seorang gadis kecil berusia sekitar 10 tahun dengan sepotong roti ditangannya, berlari dari arah berlawanan, seperti dikejar-kejar oleh seseorang. Gadis kecil itu tak sengaja menabrak Mei Yue, ia langsung terduduk sambil meringis. Namun, ia segera berdiri dan menunduk, dalam.

"Maafkan aku, nona. Maafkan aku. Aku tidak sengaja. Aku mohon maafkan aku!" Gadis kecil itu merasa bersalah, tampak menyesal.

Mei Yue berjongkok, menyamakan tinggi tubuhnya dengan gadis kecil itu. Ia mengangkat wajah gadis kecil tersebut agar menatapnya. Wajahnya cantik dan imut. Hanya saja pakaian yang dikenakan sedikit lusuh.

"Kau baik-baik saja? Apa kau terluka?" Tanya Mei Yue, khawatir. Ia mengusap lembut pipi mulus gadis kecil itu.

Gadis tersebut menggeleng. "Aku tidak apa-apa. Sekali lagi maafkan aku, nona," ucapnya.

"Tidak perlu minta maaf. Lain kali, kau harus lebih berhati-hati," kata Mei Yue yang hanya dibalas anggukan dari gadis kecil didepannya. "Omong-omong, mengapa kau berlarian seperti tadi? Siapa yang mengejar mu?" Tanya Mei Yue kemuadian.

"I-itu... A-aku..."

"Disini kau rupanya, pencuri kecil!"

•••

Yuwen, Yi Fei, dan jendral Han beserta dua puluh orang prajurit istana—menghentikan laju kuda mereka saat melihat keributan yang terjadi tak jauh dari tempat mereka saat ini.

Mata tajam Yuwen menangkap sosok yang sangat dikenalnya tengah ikut terlibat dalam keributan tersebut. Ia menyipitkan mata, guna memastikan.

Ternyata benar tebaknya...

Itu Mei Yue.

Apa yang gadis itu lakukan disini? Diluar istana, pikirnya.

"Hei, bukankah itu Mei Yue?" Tanya Yi Fei yang turut memperhatikan keributan didepan sana.

Yuwen mengangguk kecil. "Dasar, anak itu! Padahal aku sudah melarangnya untuk jangan keluar dari istana," ujarnya, geram.

Yi Fei memutar bola matanya, malas. "Kau bodoh!" Makinya. Ia mengabaikan Yuwen yang sedang menatapnya tajam. "Sudah tahu dia keras kepala, kenapa masih dilarang? Dia bukan hewan peliharaan mu. Mana mungkin dia mematuhimu, apalagi mematuhi ku," ujarnya dengan tatapan sinis.

Yuwen bergeming, kemudian kembali menatap Mei Yue yang masih berdebat dengan seorang pria paruh baya.

"Yang mulia, perlukah kita menghampiri putri Mei Yue?" Tanya salah seorang prajurit.

"Tidak perlu. Kita lihat saja apa yang akan dilakukannya."

***

Setelah membaca, tolong tinggalkan jejak!

Jangan siders ya;)

[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang