°1°

69.2K 6.8K 143
                                    

Mei Yue masih tidak percaya bahwa dirinya adalah seorang putri kerajaan.

Menurut penjelasan raja, dirinya adalah anak ketiga dari permaisuri terdahulu, yaitu permaisuri Yue. Sekaligus adik dari Putra Mahkota—Yuwen, dan adik Pangeran Kedua—Yi Fei. Tak hanya itu, Mei Yue juga kakak perempuan dari Pangeran keenam—Su Yu, yang tahun ini baru menginjak usia 17 tahun.

Kebetulan sekali usianya saat ini sebaya dengan usia Putri Mei Yue yang asli—19 tahun.

Tuhan, ini pasti mimpi 'kan? batin Mei Yue. Baginya ini sangat tidak masuk akal. Bagaimana bisa ia terlempar kemasa lalu? Dimana kerajaan-kerajaan kuno berdiri, serta kekuatan dan kekuasaan adalah segalanya.

Apa mungkin ia bisa terlempar kesini karena kecelakaan itu? Ia jadi teringat dengan kejadian dimana dirinya yang dimasa depan mengalami kecelakaan akibat ledakan bom. Apakah dirinya yang dimasa depan itu masih hidup?Ah, tidak mungkin. Ia pasti sudah mati. Jika tidak, bagaimana ia bisa berada dimasa ini? Mei Yue pikir, sekarang saatnya ia memulai hidup baru didunia asing ini sebagai seorang putri kerajaan. Ya, semoga saja ia dapat menemukan kebahagiaan disini.

Statusnya didunia aneh ini membuat Mei Yue teringat dengan drama kolosal yang sering ia tonton ditelevisi.

Mei Yue memperhatikan dayang muda yang tadi terlihat sangat bahagia saat melihat dirinya terbangun. Namun, kini dayang itu malah tertunduk, membuatnya mengernyit.

"Mengapa kau menunduk seperti itu?" Tanya Mei Yue memecah keheningan.

Dayang itu tersentak kaget, lalu mengangkat wajahnya dan menggeleng. Tubuhnya bergetar, takut dengan tatapan dingin tuannya. Mei Yue menghela nafas pelan, kemudian bertanya, "Siapa namamu?"

Dayang muda itu bersujud dan memperkenalkan dirinya. "Nama hamba Peiyu, Tuan Putri."

Mei Yue memutar bola matanya. "Tidak perlu bersujud seperti itu," ucapnya.

"Berdirilah!" Ucapan bernada perintah yang terkesan dingin itu, sontak membuat sang dayang segera berdiri.

"Berapa usiamu?" Tanya Mei Yu lagi.

Sang dayang bernama Peiyu itu menjawab, "Usia hamba 17 tahun."

Mei Yue mengangguk. "Itu berarti, kau sebaya dengan pangeran Su Yu," gumamnya.

"Peiyu," Panggil Mei Yue sebelum bertanya untuk yang kesekian kalinya. "Sudah berapa lama kau melayaniku?"

Peiyu terdiam, tampak berfikir sejenak. "Sekitar 3 tahun? Mungkin..." Cicitnya.

"Cukup lama juga. Apa kau tidak punya niat untuk berhenti?"

Pertanyaan macam apa itu? Batin Peiyu. Tuan putri sangat aneh, pikirnya.

"Ah, itu mana mungkin, Tuan Putri. Hamba sudah berjanji untuk melayani Tuan Putri seumur hidup," jawab Peiyu tenang. Meskipun jantungnya berdebar kencang saat Mei Yue tak bereaksi. Wajah cantik itu tak menunjukkan ekspresi apapun.

Keadaan menjadi hening sesaat. Mei Yue sibuk bergelut dengan pikirannya. Sedangkan Peiyu hanya menatap tuan putrinya.

"Peiyu, bisakah kau menemaniku berkeliling istana?"

Suara Mei Yue, merobek keheningan yang sempat terjadi beberapa saat lalu.

Peiyu mengangguk antusias. "Tentu saja, Tuan Putri."

•••

Di ruang kerjanya, raja memijit pelipisnya. Ia tidak menyangka bahwa kecelakaan itu membuat Mei Yue kehilangan ingatannya.

"Yang Mulia, apa Anda baik-baik saja?" Tanya kasim Choi yang sedari tadi berdiri disamping raja.

Raja menghela nafas berat. "Tidak apa. Aku hanya tidak menyangka, Mei Yue bisa kehilangan ingatannya. Dan lagi, tatapannya itu." Raja menjeda sesaat. "Tatapannya sangat dingin. Dia bukanlah Mei Yue yang aku kenal selama ini."

"Tabib Tao, apakah ingatan Mei Yue dapat kembali?" Tanya raja pada tabib Tao yang berlutut di hadapannya.

Tabib Tao tidak langsung menjawab, ia terlihat bingung harus bagaimana menjelaskannya pada raja.

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba sendiri juga tidak yakin. Itu tergantung pada Putri Mei Yue sendiri, apakah putri ingin mendapatkan ingatannya kembali atau tidak," jelas tabib Tao, membuat raja kembali menghela nafasnya berat.

"Akan lebih baik jika ingatannya tidak akan pernah kembali lagi," lirih raja Huang.

•••

Mei Yue berjalan dengan kedua tangan yang saling bertaut didepan perut. Di belakang, ada Peiyu yang mengikutinya sambil menceritakan apa saja yang terjadi di istana. Gadis itu hanya diam. Wajahnya datar, tidak menunjukkan ekspresi apapun. Peiyu jadi takut, berpikir—apakah mungkin dia ada salah bicara?

Tiba-tiba Mei Yue berhenti berjalan. Di depan, tak jauh dari tempatnya, Dua orang dayang tengah berbincang-bincang. Dan, tentu saja ia mendengar apa yang para dayang itu bicarakan.

"Aku dengar, Putri Mei Yue kehilangan ingatannya," ujar salah satu dayang.

"Kau benar. Aku juga dengar, katanya sikapnya sangat aneh. Dia bahkan berani menatap dingin raja dan Putra Mahkota." Dayang yang satunya ikut berujar.

Mei Yue tersenyum sinis, ia berjalan kearah dua dayang tersebut. Dan bodohnya, dayang itu tidak menyadari kehadiran Mei Yue yang sudah berdiri dibelakang mereka bersama Peiyu.

"Apakah tugas kalian adalah bergosip?"

Dayang-dayang itu tersentak kaget. Saat berbalik, didapati Mei Yue dengan tatapan dinginnya. Mereka segera bersujud.

"Mohon ampun, Tuan Putri." Dua dayang itu memohon ampun. Tubuh mereka bergetar hebat, tatapan Mei Yue benar-benar menakutkan.

"Putri, mohon ampuni kami. Kami janji tidak akan mengulanginya lagi." Masih dengan keadaan bersujud, mereka kembali memohon.

"Berdiri! Jangan membuatku kesal!" Tukas Mei Yue, membuat dua dayang itu segera berdiri dengan air mata yang mengalir deras karena ketakutan.

Plak!

Plak!

Tamparan yang cukup keras itu dilakukan oleh Mei Yue pada dua dayang tadi. Tanpa ada yang sadar, setelah melakukan itu tangannya bergetar. Ada terselip rasa penyesalan dihatinya.

Peiyu meringis melihat bagaimana dayang-dayang itu di tampar oleh tuannya. Ia kaget, dan bingung. Tuannya yang sekarang memang sangat berbeda dengan yang dulu.

"Jika kalian masih berani membicarakan ku lagi dibelakang punggung, aku tidak akan jamin nyawa kalian selamat," ujar Mei Yue penuh ancaman.

"Terima kasih sudah mengampuni kami, Tuan Putri," ucap dayang-dayang itu kemali bersujud.

"Sekarang pergilah, dan jangan membuat masalah lagi."

Dua dayang tersebut mengangguk, lalu pergi meninggalkan dirinya dan Peiyu.

Mei Yue hendak melanjutkan langkahnya. Namun, ia urungkan ketika suara berat dan dingin mengalun ditelinganya.

"Apa yang sudah kau lakukan pada dayang-dayang tadi?"

***

Nggak seru, ya?
Aku emang gak pandai bikin cerita beginian, jadi maafkan aja🙏

[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang