°28°

32.2K 4.1K 158
                                    

Dong Yuan melangkahkan kakinya menuju sungai kecil yang berada didalam hutan dekat pelatihan. Sebenarnya, ia ingin mencari Hong Ling, khawatir gadis itu akan mengamuk karena telah dikalahkan oleh Mei Yue untuk yang ketiga kalinya.

Sedikit lagi sampai menuju sungai kecil yang dimaksud, ia malah melihat pemandangan yang membuat matanya memanas.

Dia melihat semuanya. Dimulai dari Su Yu yang datang dan berdiri di samping Hong Ling, lalu Su Yu yang memegang dahi gadis itu, kemudian Su Yu menangkap tubuh gadis itu saat nyaris terjatuh. Dan yang semakin membuatnya memanas adalah ketika dua insan itu saling menatap.

Tanpa sadar, air mata mengalir keluar dari pelupuk matanya. Tangannya terkepal erat saat menyaksikan semua itu.

Dia cemburu.

Sejak dulu Yuan memang sudah menyukai Su Yu. Lebih tepatnya, tiga tahun yang lalu, ketika mereka pertama kali bertemu di kelas memanah.

"Putri Hong Ling, lihat saja nanti!"

•••

"Aku tidak tahu, kalau Su Yu menyukai gadis sombong itu."

FengYin terkekeh mendengar ujaran Mei Yue yang berdiri disampingnya dengan kedua tangan yang dilipat didepan dada.

Ah, rupanya mereka juga melihat itu. Mereka melihat apa yang terjadi pada Su Yu dan Hong Ling.

"Pangeran Su Yu memang baik hati, dan pandai meluluhkan hati wanita, ya," ujar FengYin setelah menghentikan kekehannya.

"Baik hati? Cih, pujian itu tidak cocok untuknya," cibir Mei Yue.

Mei Yue tidak setuju dengan dua kata itu. Baik hati. Menurutnya dua kata itu tak ada dalam diri seorang Su Yu. Apalagi akhir-akhir ini Su Yu sering mengikuti Yi Fei untuk mengganggunya di paviliun. Menyebalkan sekali kedua adik dari Putri Mei Yue itu.

"Jadi, menurutmu Su Yu tidak sebaik itu?"

"Iya, benar."

"Kau mencibir adikmu sendiri."

"Dia bukan adikku," kata Mei Yue dengan suara pelan, nyaris berbisik.

FengYin yang masih bisa mendengarnya dengan jelas, diam-diam tersenyum penuh arti. Ternyata benar, ya.

"Bukan adikmu?" FengYin membeo, bertingkah seolah-olah ada yang janggal dari kata-kata gadis itu.

Mei Yue langsung gelagapan. Gawat, apa FengYin mendengarnya? Tanyanya dalam hati. "B-bukan begitu... A-aku hanya bercanda... Ah, iya hanya bercanda," ujarnya sambil menyegir tak jelas. Ia was-was, takut FengYin mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.

"Tidak apa. Aku mengerti." Begitu kata FengYin sebelum berjalan lebih dulu, meninggalkan Mei Yue yang bergeming dengan berbagai macam pertanyaan di kepalanya.

•••

Raja Ming menatap tajam Putri kesayangannya yang tertunduk. Ia langsung marah saat tahu bahwa Hong Ling kembali dikalahkan oleh Mei Yue. Dan ini sudah yang ketiga kalinya.

"Bagaimana kau bisa kalah olehnya?!"

Hong Ling tidak menjawab, ia memejamkan mata saat mendengar teriakan penuh amarah dari ayahnya itu.

"Kau tahu kejutan apa yang akan kau dapatkan?" Tanya Raja Ming sambil mencondongkan tubuhnya.

"Aku siap menerima hukuman apapun yang Ayahanda berikan," jawab Hong Ling tegas. Namun sebenarnya ia cemas, dalam hati menebak-nebak, kira-kira hukuman apa yang akan ayahnya berikan.

Raja Ming mengangguk-angguk. "Bagus. Kalau begitu, bersiap-siaplah. Aku tidak main-main, ini benar-benar kejutan tak terduga untukmu," ucapnya, membuat Hong Ling semakin cemas. "Aku dan Raja Huang sudah sepakat. Kau akan menikah dengan salah satu putranya, yaitu Pangeran keenam Su Yu."

Hong Ling terbelalak. Mulutnya menganga lebar, tak percaya. Sungguh? Apa ia tidak salah dengar? Dia? Menikah? Dengan Su Yu? Dewa, jika ini mimpi, tolong bangunkan aku. Batinnya.

"Karena usiamu sebaya dengannya, jadi kalian akan menikah saat sudah berusia sekitar dua puluh tahun," sambung Raja Ming, mengabaikan putrinya yang masih terkejut luar biasa. "Apa kau keberatan?" Tanyanya kemudian.

Hong Ling tersadar, kemudian langsung menggeleng. "Tidak, Ayahanda," jawabnya. Entah mengapa dalam hati ia bersorak gembira. Bahkan sekarang wajahnya bersemu merah, sama seperti saat ia berada di sungai bersama Su Yu.

"Ini memang sebuah kejutan," katanya malu-malu.

Raja Ming mengangkat sebelah alisnya tinggi, heran dengan perubahan sikap putrinya itu. Sesaat kemudian, ia menyipitkan mata, curiga. "Mengapa kau jadi senang sekali? Jangan-jangan kau sudah menyukainya lebih dulu," ujarnya.

Tanpa sadar, Hong Ling mengangguk, membuat Raja Ming tersenyum tipis.

•••

"Kau akan menikah dengan Putri Ming Hong Ling."

Su Yu yang sedang menyeduh teh, refleks menyemburkan isinya hingga membasahi wajah Yuwen yang duduk berhadapan dengannya. Ia kaget. Menikah dengan Hong Ling? Lelucon macam apa itu?

Sementara Yi Fei dan Mei Yue berusaha menahan tawa. Yuwen memasang ekspresi datar sambil mengelap wajahnya yang basah dengan sapu tangan sutra. Dalam hati ia memaki adik bungsunya itu. Setelah mengelap wajahnya, ia melempar sapu tangan sutra yang tadi digunakannya kepada Yi Fei.

Yi Fei memasang ekspresi jijik ketika sapu tangan sutra itu malah mendarat diatas makanannya. Sungguh, ia jadi kehilangan selera makan. Dengan jijik, ia mendorong mangkuk makanannya tersebut, kemudian melempar sapu tangan itu kepada Mei Yue. Dan Mei Yue pun juga melakukan hal yang sama. Ia melemparnya ke wajah Su Yu, lalu  jatuh diatas mangkuk makanan Pangeran keenam itu.

Menjijikkan.

"Jorok sekali," gumam Mei Yue jijik.

Kasim Choi yang sedari tadi memperhatikan, hanya menggeleng samar. Ada-ada saja tingkah ajaib empat bersaudara itu.

"Jangan bercanda. Tidak mungkin aku menikahi gadis itu," kata Su Yu kesal. Sebenarnya, itu tidak masalah. Lagipula Hong Ling adalah gadis yang cukup baik. Setipe dengannya.

"Kau menyukainya," ujar Mei Yue santai. Setelah melihat apa yang terjadi di pinggir sungai kecil yang berada di dekat pelatihan tadi, ia bisa menyimpulkan bahwa Su Yu dan Hong Ling sama-sama saling menyukai.

"Itu tidak mungkin," bantah Su Yu semakin kesal. Tetapi kini wajahnya berubah memerah.

"Tidak perlu mengelak, jika kau memang menyukainya," sela Yuwen sambil mendorong mangkuk makanannya. Oh, ternyata makanannya tadi juga terkena semburan air teh dari mulut Su Yu.

"Itu benar. Tidak salah Ayahanda menyetujui perjanjian dengan Raja Ming." Yi Fei ikut mengompori.

Su Yu menghela nafas kasar. Sialan! Ketiga kakaknya itu benar-benar menyebalkan. Huh, tapi ia sendiri tidak sadar bahwa dirinya juga sama menyebalkan seperti kakak-kakaknya itu.

***

Hi, saya update!

Gaes, cuma mau bilang...






























































Aku lagi ga ada ide:v

#maritampolauthorbersamasama

[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang