°46°

21.8K 2.9K 169
                                    

Yi Fei, Mei Yue, dan Su Yu bersembunyi di sebuah gang sempit. Saat ini mereka berada di pasar ibukota, karena menurut Yi Fei, Yuwen pasti akan melewati pasar ini kemanapun tujuannya.

Setelah cukup lama menunggu, dan bersembunyi di gang sempit itu, muncullah sosok Yuwen. Ternyata benar, dia memang lewat sini.

Tapi... Disampingnya...

Liu Xia He?!

Mereka berdua tampak berjalan beriringan, bagai pasangan yang dibuat oleh Surga. Yang satu dingin, dan tampan, sedangkan yang satu lagi cantik, dan hangat.

Xia He tampak sesekali tertawa kecil, sedangkan Yuwen hanya tersenyum tipis. Meski begitu, mereka benar-benar tampak cocok.

Masih bersembunyi di gang itu, mereka menatap dingin pasangan tersebut dari kejauhan. Ketidaksenangan melewati mata mereka.

Sialan!

Mereka mengutuk, dan memaki Yuwen dalam hati. Entah mengapa, mereka merasa kesal dengan pria itu.

Awalnya mereka masih memperhatikan Yuwen, dan Xia He. Tapi kali ini, Yi Fei mendadak salah fokus ketika melihat seorang wanita cantik yang tampak menikmati suasana pasar saat sore hari.

Itu kekasih hatinya, Wang Yao Ran.

Secepat kilat, dia menghilang dari gang sempit itu, dan menghampiri Yao Ran. Wanita itu tampak acuh tak acuh dengan kemunculan Yi Fei yang tiba-tiba, hanya menganggapnya sebagai udara.

Baik Mei Yue maupun Su Yu, sama-sama tidak habis pikir. Wanita secantik dan sepintar Yao Ran, bagaimana bisa menjalin hubungan dengan bajingan seperti Yi Fei?

Ya, cinta memang buta, bukan begitu?

Berakhirlah dengan kedua kakak tertua itu yang berjalan-jalan dengan pasangan mereka.

Mei Yue, dan Su Yu tidak ada yang mengharapkan ini. Sekilas niat membunuh melewati mata mereka, dan ekspresi yang berubah menjadi sedingin es. Apa-apaan sekali semua ini? Mereka disini dengan tujuan untuk memata-matai Yuwen, tapi sekarang malah berubah menjadi acara kencan. Ditambah lagi Yi Fei yang langsung tancap gas begitu melihat kekasihnya. Ckckck, dasar bucin. Sampah.

Yuwen dan Xia He.

Yi Fei dan Yao Ran.

"Mentang-mentang sudah bertunangan, kencan tidak kenal waktu dan tempat!" gerutu Mei Yue pelan.

*Syirik aja mbaknya!

Su Yu melirik kakak perempuannya itu, namun tidak mengatakan apapun. Ia hanya berpikir, mungkin kakaknya kurang mendapat kasih sayang dari Zhang FengYin, sang tunangan, makanya jadi iri begitu.

Pangeran Keenam itu meregangkan tubuhnya, lalu berjalan keluar dari gang sempit tersebut. "Kak, ayo kita kembali."

Mei Yue mengangguk, lalu segera menyusul adiknya yang sudah keluar dari sana lebih dulu. Mereka berjalan bersisian ketika ia berhasil menyusul Su Yu.

Di perjalanan pulang, mereka berdua menikmati suasana pasar saat sore hari. Sesekali mereka mampir ke toko kecil untuk membeli makanan ringan.

Sambil berjalan, Mei Yue menatap langit senja yang tampak sangat indah, seperti lukisan. Tapi itu tidak lama setelah ia berpapasan dengan sosok tinggi berjubah hitam dengan topeng yang menutupi sebagian wajahnya.

Ia berhenti sejenak, dan berbalik untuk memandangi punggung orang berjubah hitam itu. Tidak jelas seperti apa sosok dibalik topeng, dan jubah hitam itu, namun entah kenapa ia merasa orang itu memiliki aura yang sangat kuat, dan tidak asing baginya. Semakin ia memandanginya, semakin ia merasa aneh, sampai dahinya tertekuk dalam.

Sementara itu, di ruang roh sana, ekspresi Ya Jun berubah rumit. Itu... Itu tidak mungkin dia, 'kan? Ya Jun bertanya pada dirinya sendiri.

Su Yu yang merasa bahwa kakaknya itu tidak lagi ada di sampingnya, akhirnya berhenti, dan menoleh kebelakang. "Hei, kak, ada apa?" Tanyanya, penasaran.

Tidak tahu, apakah Mei Yue mendengar pertanyaannya atau tidak, tapi dia sama sekali tidak menjawab, bahkan tidak melirik sedikitpun.

Kesal, akhirnya Su Yu memilih untuk menghampirinya, lalu menepuk pelan pundaknya. Itu membuat Mei Yue terkejut, dan refleks menoleh kebelakang.

Su Yu mengerutkan alisnya. "Ada apa?"

Mei Yue menggeleng pelan. "Tidak ada."

Su Yu mengangguk saja, kemudian kembali berjalan sambil menggenggam tangan kakaknya. Heh, apa dia takut kakaknya itu akan diculik, atau hilang ditengah pasar?

Mei Yue membiarkan Su Yu menyeretnya, tapi dia kembali menoleh kebelakang, namun tidak mendapatkan sosok berjubah hitam itu. Dia bertanya-tanya, kemana perginya orang itu? Kenapa bisa hilang dengan sangat cepat? Baik, dia akan menyimpan pertanyaan itu didalam benaknya saja. Lagi pula, dia tidak mengenalnya, 'kan?

•••

Dia menoleh kebelakang, dimana Mei Yue, dan Su Yu dalam perjalanan kembali ke istana. Gadis itu, pasti tidak mengenalinya, padahal ini sudah yang kedua kalinya mereka bertemu. Tidak apa, cepat atau lambat gadis itu akan mengetahuinya. Tapi dia pastikan gadis itu akan mengetahuinya secepat mungkin.

Tiba-tiba dia tersenyum penuh misteri. Dibukanya topeng yang menutupi sebagian wajahnya itu, menampilkan ekspresinya yang sangat dingin. Mata gelapnya perlahan berubah menjadi warna merah darah. Suaranya aneh ketika dia berbicara dengan nada rendah, "Tunggu saja. Kau pasti akan sengat terkejut begitu melihat bagaimana rupa ku yang sebenarnya."

Setelah itu, tiba-tiba angin berhembus kencang bersamaan dengan sosoknya yang menghilang tanpa jejak.

Anehnya, tak seorangpun yang melihat atau menyadari keberadaannya.

•••

Seorang pria berdiri diatas dahan pohon besar. Jubah ungunya yang menawan berkibar karena tertiup angin, memancarkan aura agresif dan arogan. Ekspresi dinginnya seolah-olah memandang jijik semua yang ada dibawahnya.

Tapi, tatapannya berubah rumit ketika melihat sosok yang dikenalnya, keningnya berkerut samar. Ia tidak mungkin salah lihat, 'kan?

"Bukankah itu dia? Apa yang sedang dilakukannya di sini?" Pria itu, Zhang FengYin tidak bisa tidak bertanya-tanya.

Xifeng yang awalnya tetap tenang di ruang roh, kini memilih untuk segera keluar dari sana dengan mengecilkan ukurannya.

"Tuan, kau yakin tidak salah lihat?" Phoenix itu bertanya dengan ragu. Ketika tuannya itu mengangguk yakin, dia menjadi cemas. Untuk apa dia datang kemari? Tanyanya dalam hati.

FengYin mengembalikan ekspresinya seperti semula, dingin tak tersentuh. Dengan malas, dia bersandar di pohon besar itu, tangannya disilangkan di depan dada.

"Apa dia berniat untuk memulainya malam ini?" FengYin bertanya dengan nada dingin.

"Tidak mungkin. Dia tidak akan terburu-buru, kecuali jika rencana berubah." Xifeng menjawab dengan yakin.

FengYin menarik nafas dingin. Kekesalan melewati matanya sekilas.

"Kita hanya bisa menunggu sampai dia memulai rencananya."

Dia bukan orang yang bisa dihadapi dengan mudah, dia juga bukan orang yang akan berhenti sebelum dunia ini jatuh ke tangannya, atau hancur.

***

Dia: "Haee, gw kambek!!! Kangen g lu pada?"

Mei Yue: "Dih, sokap!"

Dia: "Ih, kok gitu sih? Aku g like ya:("

Mei Yue: "M. E. N. A. J. I. S. K. A. N."

[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang