°2°

59.4K 6.5K 147
                                    

"Apa yang sudah kau lakukan pada dayang-dayang tadi?"

Suara berat yang terkesan dingin itu membuat Mei Yue mengurungkan niatnya untuk melangkah pergi. Ia berbalik badan, di dapatinya putra mahkota dan pangeran kedua tengah berjalan kearahnya.

Mereka berhenti tepat dua langkah didepan Mei Yue. Putra mahkota menatapnya tajam. Sepertinya ia melihat apa yang terjadi tadi. Tapi, Mei Yue tetaplah Mei Yue. Bukannya takut, ia malah membalas tatapan itu tak kalah tajam.

"Apa yang sudah kau lakukan pada dayang-dayang tadi?" Tanya Yuwen, masih dengan nada yang sama. Ia menggeram karena Mei Yue membuang pandangan kearah lain.

Mei Yue kembali menatap sang Putra Mahkota. "Apapun yang kulakukan tidak ada hubungannya denganmu, Putra Mahkota," jawabnya penuh penekanan.

Peiyu membeku ditempatnya. Apa-apaan ini? Mei Yue berani mengatakan itu pada putra mahkota?Tuhan, semoga saja dia dihukum karena sudah selancang itu.

"Mei Yue, beraninya kau!" Geram Yuwen.

"Tentu saja aku berani," balas Mei Yue tenang dengan dagu yang diangkat tinggi. Tangan Yuwen terkepal, menahan emosinya agar tidak meledak. Kalimat yang diucapkan oleh adik perempuannya itu memang terdengar congkak dan menantang.

"Mei Yue, jangan kurang ajar pada kakak pertama!" Pangeran kedua—Yi Fei yang sedari tadi hanya diam akhirnya angkat bicara.

Mei Yue mengangkat sebelah alisnya tinggi. "Kakak?" Beonya. Setelah itu ia tertawa keras, membuat putra mahkota dan pangeran Yi Fei menautkan alis, bingung. Apanya yang lucu? Mengapa Mei Yue tertawa? Pikir mereka.

Gadis itu berhenti tertawa. Ekspresinya berubah dingin. Matanya berkilat, penuh kebencian. Selain itu, tubuhnya diselimuti oleh aura gelap.

"Kenapa barulah sekarang kalian berlagak seperti seorang kakak?!"

Baik Yuwen, Yi Fei maupun Peiyu, mereka sama-sama terkejut. Ini pertama kalinya mereka melihat Mei Yue berteriak, marah seperti itu.

"Selama ini aku dikucilkan, tidak diakui oleh keluargaku sendiri karena aku lemah."

"Tapi, sekarang berbeda! Aku bukanlah Mei Yue yang dulu lagi! Mei Yue yang kalian kenal, Mei Yue yang sering kalian tindas, dia sudah mati!" Bentak Mei Yue. Wajahnya merah padam, sorot matanya penuh kebencian.

Mei Yue terdiam. Lalu, berbalik. Ia hendak melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi. Tetapi, ia kembali berhenti untuk yang kedua kalinya.

"Siapapun yang berani menindasku, akan kubalas berlipat ganda." Gadis itu menoleh kebelakang. "Termasuk kalian." Setelah itu ia berlalu pergi bersama Peiyu.

Yuwen dan Yi Fei mematung. Mereka masih memcoba mencerna perkataan Mei Yue tadi.

Decakan sang putra mahkota memutus keheningan diantara keduanya. "Ck, benturan itu pasti sudah mempengaruhi otaknya." Ucapan Yuwen membuat Yi Fei melotot kearahnya.

"Kakak, aku rasa perkataan Mei Yue tadi bukan hanya sekedar ancaman belaka," ujar Yi Fei. Ia khawatir, mungkin saja Mei Yue benar-benar serius dengan perkataannya.

Yuwen terdiam sejenak, lalu berjalan meninggalkan Yi Fei dibelakangnya.

"Aku akan bicarakan ini dengan Ayahanda."

•••

Di depan cermin perunggu, Mei Yue berdiri, memperhatikan wujudnya dizaman ini. Tak ada yang berbeda, pikir Mei Yue. Wajah mirip, bentuk tubuh juga. Hanya saja rambut yang panjang hingga melewati pinggul ini membuat kepalanya terasa sedikit berat.

"Tuan Putri, apa yang sedang anda lakukan?"

Mei Yue menoleh, terlihat Peiyu yang membawa teh dan makanan ringan. Lalu, diletakkan diatas meja.

"Peiyu, apakah aku tak menguasi satu elemenpun?"

"Kenapa anda tiba-tiba bertanya tentang hal itu?" Peiyu balik bertanya.

"Katakan saja!" Bentak Mei Yue dingin, membuat dayang muda itu tersentak kaget.

"Tubuh Anda lemah sejak kecil, itu sebabnya Anda tak mampu menguasai elemen apapun," jawab Peiyu takut-takut. "Dan lagi, Anda penakut. Karena ketidakmampuan itulah yang membuat anda diasingkan," lanjutnya.

Peiyu segera bersujud. "Maafkan karena hamba telah lancang." Tubunya bergetar, ia merasa takut dengan tatapan dingin tuannya.

Mei Yue memutar bola matanya, jengah. "Bangunlah, Peiyu! Jangan membuatku kesal!" Tukasnya. Apakah dayang kecil ini tidak lelah karena terus bersujud? Begitu pikirnya.

"Aku akan berlatih untuk menjadi lebih kuat!" Pekik Mei Yue tiba-tiba dengan semangat yang berapi-api. Entah untuk yang keberapa kalinya, Peiyu tersentak kaget. Astaga, suara tuannya ini mampu memekakan telinga.

Di dunia ini orang-orang dapat menguasai berbagai elemen. Terdapat juga berbagi macam profesi, seperti tabib, penyihir, farmasi, warrior dan pemanggil.

Pemanggil adalah orang yang memiliki hewan roh. Hewan roh berfungsi untuk membantu sang pemanggil dalam bertarung. Profesi ini cukup langka, sama seperti farmasi. Hanya sedikit yang mampu menjadi seorang pemanggil.

"Peiyu, menurutmu seberapa kuat seorang pemanggil itu?"

"Itu tergantung pada level sang pemanggil. Untuk hewan roh sendiri juga punya level yang berbeda dari pemanggilnya," jelas Peiyu. Tuannya itu hanya mengangguk, paham.

"Apa Tuan Putri ingin menjadi seorang pemanggil?"

"Kalau bisa, kenapa tidak?"

Peiyu tersenyum haru. Ini petama kalinya ia melihat tuannya itu memiliki semangat hidup. Setidaknya, tuannya berpotensi untuk menjadi lebih kuat.

•••

Mei Yue menggigit bibir bawahnya. Ia terbangun ditengah malam begini karena kedinginan. Entah mengapa tubuhnya menggigil, bahkan serasa membeku. Rasa dingin itu seperti menusuk kulit hingga ke organ dalam tubuhnya.

Tak lama kemudian, rasa dingin tersebut perlahan mulai menghilang. Kini digantikan dengan rasa panas seperti terbakar pada telapak tangan kanan nya.

"Argh..."

Apa yang sebenarnya terjadi padaku?Batin Mei Yue. Sungguh, ia tak tahu harus bagaimana. Ia hanya mampu menahannya sampai rasa panas itu hilang dengan sendirinya.

Setelah itu, telapaknya mengeluarkan aura gelap yang sangat menakutkan.

Segel bersimbol bulan sabit berwarna hitam terukir dengan sangat cantik ditelapak tangan kanannya.

Mei Yue menekuk keningnya dalam. "Segel apa ini?" Gumamnya.

Sesaat kemudian, terdengar suara bisikan. Mei Yue merasa sangat familiar dengan bisikan tersebut.

"Jika kau ingin mengetahui tentang segel itu, maka datanglah ke hutan es."

***

Cuy,sebenarnya ini cerita nyambung gak sih?

Mau tetap lanjut?

[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang