°20°

36.5K 4.7K 86
                                    

Raja Huang bergegas menuju ke gerbang utama istana ketika seorang kasim memberitahukan kepulangan ketiga anak kesayangannya. Padahal, ia baru saja hendak mengirim pasukan tambahan untuk menyusul mereka.

"Apa yang terjadi?" Tanya raja Huang pada jendral Han.

Jendral Han menghela nafas panjang, sebelum menceritakan apa yang telah terjadi di hutan tadi. Raja terkejut mendengar cerita jendral muda itu. Ia semakin terkejut saat melihat Yi Fei membopong tubuh Yuwen yang terluka parah. Dan, ada pula Mei Yue yang mengikuti dibelakang. Dengan segera ia memerintahkan kepada kasim Choi untuk memanggil tabib istana.

•••

Disebuah kamar yang terlihat mewah yang di dominasi oleh warna coklat dan emas itu, Mei Yue mengobati luka-luka Yuwen dengan dibantu oleh tabib Tao. Sesekali Yuwen meringis saat tabib Tao membacakan mantra untuk menghilangkan luka di punggungnya.

Setelahnya, tabib Tao pamit undur diri, membiarkan Mei Yue menyelesaikan sisanya, yaitu menutup bekas luka lainnya.

"Menjadi putra mahkota itu sangat sulit, ya," ujar Mei Yue tiba-tiba.

Mendengar itu, Yuwen menyunggingkan senyum tipisnya. "Ya, sangat sulit."

Mei Yue turut tersenyum, lalu menatap Yi Fei yang terdiam sambil menyesap teh. Pria berusia 22 tahun itu tampak meringis pelan ketika mengangkat cawan tehnya. Dan, hal itu tak lepas dari penglihatan Mei Yue. Ia mendekat kearah pangeran kedua itu, membuat yang dihampiri mengernyit bingung.

"Mau apa kau?" Tanya Yi Fei.

Alih-alih menjawab, Mei Yue mengangkat tangan kanan pria itu. Terdapat luka di telapak tangannya. Tak hanya itu, Mei Yue juga melihat darah di bagian pinggangnya.

Mei Yue menghela nafas. "Seharusnya katakan, kalau kau juga terluka," ucapnya. Kemudian, ia dengan telaten mengobati luka-luka pria itu.

"Kenapa kau mau mengobati kami?"

"Ck, pertanyaan konyol macam apa yang kau tanyakan itu?" Decak Mei Yue. Sungguh, sangat tidak berguna sekali pertanyaan pangeran kedua itu.

"Jangan bertanya balik," kata Yi Fei dingin.

Untuk yang kedua kalinya, Mei Yue berdecak. "Apa salah kalau aku mengobati luka kakakku sendiri?"

Yuwen dan Yi Fei terkejut mendengarnya. Diam-diam mereka tersenyuman manis. Senyuman yang tidak pernah mereka tunjukkan kepada siapapun.

"Selesai," kata Mei Yue setelah selesai mengobati luka Yi Fei dengan salep yang diberikan oleh tabib Tao.

"Terima kasih, adik kecil," ucap Yi Fei seraya mengusap lembut kepala Mei Yue, membuat sang empu menepis tangannya kasar.

"Kau merusak tatanan rambutku," katanya kesal. Sedangkan Yi Fei hanya terkekeh sambil meminta maaf. Ah, ia tak menyangka, ternyata gadis itu cukup peduli juga dengan penampilannya.

"Oh, ya. Aku ingin tahu, mengapa prajurit suku Hong menyerang kita tadi?"

Mendengar pertanyaan Mei Yue tersebut, membuat ekspresi Yuwen berubah keruh.

"Beberapa waktu lalu, kita kehilangan salah satu giok berharga milik mendiang ibu. Dan, ternyata giok tersebut ditemukan oleh salah satu anggota suku Hong. Ayahanda meminta mereka untuk mengembalikannya." Yuwen menghela nafas, kemudian kembali melanjutkan, "Mereka setuju untuk mengembalikan giok itu. Tapi dengan satu syarat." Ia kembali menjeda. Membuat Mei Yue yang sedari tadi hanya mendengarkan, penasaran setengah mati. "Syaratnya, mereka ingin ayahanda memberikan buku rahasia Yin Yang."

"Lalu?"

"Ayahanda menolak. Karena tidak ada satu orangpun yang mengetahui tentang buku itu, selain mendiang ibunda. Tapi mereka berfikir, bahwa kita menyembunyikan buku itu."

Mei Yue hanya mengangguk saja. Tapi ia penasaran, mengapa hanya mendiang permaisuri Yue yang mengetahui buku rahasia itu?

"Aku yakin, mereka pasti akan melakukan pemberontakan setelah ini. Apalagi, setelah kau mengalahkan banyak prajurit mereka," ujar Yi Fei seraya menunjuk Mei Yue.

Sementara yang ditunjuk mengangkat bahunya acuh. "Hanya 50 prajurit, itu bukan hal besar," balasnya.

Hanya 50 prajurit katanya? Bukan hal besar katanya? Bolehkah Yuwen dan Yi Fei menjitak kepala gadis itu sekarang?

Sreett!

Brakkk!

Pintu kamar Yuwen dibuka secara kasar, menampilkan Su Yu dengan wajah paniknya. Ketiga orang yang sedang berada didalam sana, memasang ekspresi bingung.

Mengerti dengan maksud dari ekspresi kakak-kakaknya itu, Su Yu segera menjawab, "Suku Hong... Mereka disini!"

"APA?!"

•••

Kasim Choi berjalan tergopoh-gopoh, lalu segera bersujud dihadapan raja Huang.

"Lapor, yang mulia. Pasukan suku Hong menerobos masuk ke dalam istana."

Raja melotot tajam. "Apa katamu?!" Ujarnya, tak percaya. Dengan cepat ia turun dari kursi takhtanya, dan keluar untuk melihat pasukan suku Hong seperti yang dilaporkan oleh kasim Choi barusan.

•••

"Suku Hong... Mereka disini!"

"APA?!"

Yuwen dan Yi Fei kompak berseru kompak, membuat Su Yu terkejut. Wajar saja, suku Hong itu adalah suku terkuat di kerajaan ini. Kemampuan mereka juga tidak bisa diremehkan. Akan jadi masalah kalau mereka melakukan pemberontakan.

Sedangkan Mei Yue? Gadis itu hanya tersenyum miring, terlihat sangat tenang.

Tentu saja. 'Kan dia yang membiarkan salah satu prajurit suku Hong yang ada di hutan tadi untuk kabur. Karena dia tahu, pasti prajurit itu akan mengadu, dan membuat orang-orang suku Hong datang kemari.

Apa tujuannya melakukan itu?

Hm, entahlah. Hanya saja Mei Yue sangat ingin mematahkan banyak tulang hari ini.

Sangat tidak masuk akal.

"Bagus," ucap Mei Yue. Ketiga saudara laki-lakinya menatapnya bingung. Apanya yang bagus? Pikir mereka.

"Tetap disini. Biar aku yang urus mereka," sambungnya.

SWISH

Asap hitam itu mengelilingi Mei Yue, merubah penampilan gadis itu dalam sekejap. Pakaian serba hitam, dan cambuk kesayangannya yang terbuat dari tulang-tulang manusia.

Tanpa berlama-lama lagi, Mei Yue keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan saudara laki-lakinya yang masih mematung di tempat.

***

Ya udah deh, aku up hari ini...
Padahal tugas banyak banget, nauzubillah😭

Btw, nih ya, gan... Aku 06Line, jadi kalo kalian para kakak² jangan panggil aku "kak" ya... Oke, tak? Tak oke ke? Dah lah, saya pamit dulu, bye.

Jangan lupa Vote & Comment!

[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang