"Jadi, dia benar-benar tidak menginggalkan paviliunnya kemarin?"
"Itu benar, Ayahanda. Aku sendiri yang memastikannya."
"Bagus, Pangeran Yi Fei. Mungkin sebaiknya kau mengawasi Putri Mei Yue setiap hari," ujar raja Huang. Membuat pangeran kedua itu menggeleng cepat.
Tentu saja ia tidak mau melakukannya. Menurutnya, Mei Yue yang sekarang sangat menyebalkan. Sama menyebalkannya dengan Putra Mahkota.
Raja Huang sengaja mengajak ketiga putranya yang merupakan anak dari permaisuri terdahulu hanya untuk sekedar bersantai dan minum teh.
Ya, raja memang sangat menyayangi mereka, lebih dari Putri dan Pangeran lain yang terlahir dari para Selirnya.
"Maafkan aku, Ayahanda. Tapi, lebih baik Kakak pertama saja yang mengawasi Mei Yue," saran Yi Fei yang langsung saja mendapat tatapan tajam dari sang putra mahkota.
"Karena mereka sama-sama menyebalkan!" Tambah Yi Fei, setengah berbisik.
Ucapannya itu mengundang tawa raja. "Pangeran kedua, Putri Mei Yue yang sekarang, bukanlah putri Mei Yue yang dulu. Jadi, kau jangan heran dengan perubahan sikapnya," tutur raja, maklum.
Pangeran keenam—Su Yu—yang sedari tadi hanya menyimak, akhirnya buka suara. "Memangnya kenapa dengan kakak ketiga?" Tanya pangeran berusia 17 tahun itu, penasaran.
"Kau sungguh ingin tahu?" Tanya raja yang diangguki oleh Su Yu.
"Jendral Han?" Panggil raja kemudian.
"Hamba, Yang Mulia." Jendral muda kepercayaan raja sekaligus pengawal pribadi putra mahkota, Han Zhuo segera mengahadap sang raja. Tak lupa ia memberi salam hormat.
"Panggil putri Mei Yue, bawa dia kemari!" Perintah raja Huang. Dia melirik sekilas pada putra mahkota yang tengah menatapnya.
"Hamba menerima perintah."
Setelah kepergian jendral Han, putra mahkota langsung angkat bicara.
"Mengapa Ayahanda memanggilnya kesini?" Tanya Yuwen, tampak tak suka.
"Memangnya kenapa?Ada masalah?" Bukannya menjawab, raja malah bertanya balik.
"Lagipula, ada sesuatu yang ingin ku bicarakan dengannya."
•••
Jendral Han telah sampai di paviliun milik putri Mei Yue. Beberapa dayang yang berkerja disana mempersilahkan dirinya untuk masuk kedalam ruangan beraroma lemon itu.
Setelah masuk kedalam, netranya menangkap sosok yang dicarinya sedang duduk dikursi sambil menyesap teh dengan tenang. Ia mengambil langkah untuk mendekat, kemudian berlutut dengan satu kaki.
"Salam, Tuan Putri." Jendral muda itu kembali berdiri tegak setelah sang putri menerima salamnya.
"Siapa kau? Mengapa kau datang kemari?" Tanya Mei Yue, dengan ekspresi datar. Ia terlihat sangat acuh, bahkan tak melirik jendral tersebut sedikitpun.
"Hamba jendral Han. Hamba kemari untuk melaksanakan perintah raja." Jendral Han menjeda sesaat. Sementara Mei Yue terdiam, menunggu sang jendral menyudahi ucapannya. "Raja meminta anda untuk datang ke kediamannya."
Ekspresi Mei Yue semakin datar, ia masih terdiam.
"Tuan putri—"
"Mengapa dia memintaku untuk datang ke kediamannya?" Potong Mei Yue, cepat. Ia menghela nafas saat jendral Han tidak menjawab. "Antar aku kesana," ucapnya seraya berdiri. Setelahnya, ia berjalan beberapa langkah didepan jendral Han, sementara sang jendral sendiri mengikuti dibelakang.
Diperjalanan menuju kediaman raja, tak ada percakapan diantara sang putri dan sang jendral, keduanya sama-sama diam. Jendral Han sendiri tidak berani mengatakan apapun, terutama melihat wajah tanpa ekspresi putri Mei Yue. Ah, ia jadi teringat dengan putra mahkota.
Kedatangan mereka diumumkan oleh seorang kasim. Ekspresi Mei Yue sama sekali tidak berubah, bahkan ketika menyadari bahwa tiga saudara kandungnya ada disini. Ia memberi salam hormat, tanpa menunggu raja meneriama salamnya, ia langsung saja mengambil tempat disebelah kanan Pangeran Su Yu, dan berhadapan dengan Putra Mahkota Yuwen.
Pangeran keenam itu terus menatap kakak perempuannya yang memang benar terlihat sangat berbeda. Bukan berbeda dari segi fisiknya, namun sikapnya. Ia benar-benar terkejut saat melihat tatapan datar Mei Yue ketika menghadap sang raja. Padahal dulu, kakaknya itu tidak berani menatap mata sang raja, ayah mereka.
Merasa ditatap, Mei Yue segera menoleh, sedikit terusik dengan tatapan tersebut. "Apa?" Pertanyaan dengan nada ketus itu, membuat Su Yu tersentak. Ia mengerjab pelan.
"Mengapa kau menatapku seperti itu?" Mei Yue kembali bertanya, dan Su Yu terdiam dengan ekspresi cengo.
"Cih, jangan menatapku terus, atau aku akan mencongkel matamu!" Desis Mei Yue, mengancam. Adiknya itu masih tak berkutik. Membuatnya semakin kesal.
"Sini, biar aku congkel matamu itu!" Kali ini ia sudah mengambil ancang-ancang, semakin mendekati sang adik. Namun, tawa raja menghentikan aksinya.
Raja menghentikan tawanya sejenak. "Kau sudah lihat 'kan, Su Yu?Kakakmu yang dulu sudah tidak ada lagi," ucap raja, setelahnya ia kembali tertawa.
"Kakak, kau benar-benar menakutkan," ujar Su Yu, ia bergidik ngeri sambil memeluk tubuhnya sendiri.
"Apa itu sebuah pujian?" Tanya Mei Yue. Ia tahu betul bahwa itu bukanlah sebuah pujian, melainkan sebuah cibiran.
"Tidak masalah jika kau menganggapnya begitu."
Tidak, itu bukan Su Yu yang menjawabnya, tapi Putra Mahkota.
"Aku tidak bicara denganmu!" Desis Mei Yue tajam. Ia memalingkan muka
ketika tatapannya bertemu dengan tatapan tajam sang putra mahkota. Ia berdecih sinis. "Cih, selalu saja menatapku seperti itu!""Kakak ketiga, kau mengatakan apa?" Tanya Su Yu, memiringkan kepalanya kesatu sisi. Namun, tak mendapat jawaban dari Putri tertua itu.
"Kurasa Kakak pertama, dan Kakak ketiga tidak memiliki hubungan yang baik," ujar Su Yu dengan polosnya.
Mendengar ujaran tersebut, membuat Mei Yue tertunduk. Kedua sudut bibirnya sedikit terangkat, membentuk sebuah senyuman tipis.
"Bukankah dari dulu memang sudah begitu?"
Hening.
Tak ada yang menjawab pertanyaan tersebut. Yuwen memasang ekspresi datar andalannya meskipun sedikit tertohok dengan pertanyaan adik perempuannya itu.
Apakah Mei Yue mulai mendapatkan kembali ingatannya? Pikir mereka. Raja Huang sendiri merasa tidak tenang. Ia berharap putri Mei Yue kehilangan ingatan untuk selamanya. Karena pasti akan sangat menyakitkan kalau gadis itu mengingat masa lalunya.
Mereka masih terlarut dalam pikiran masing-masing, sampai akhirnya pertanyaan Mei Yue memecah keheningan sekaligus membuyarkan pikiran mereka.
"Sebenarnya, mengapa aku dipanggil kesini?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin God
Fantasia[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] [TAMAT-PART LENGKAP] ༺༻༺༻ Setelah kecelakaan itu, hal yang tak terduga terjadi. Mei Yue yang merupakan agen rahasia terlempar kemasa ribuan tahun yang lalu. Dan, Jiwanya menempati tubuh seorang putri yang lemah sehingga dias...