°36°

27K 3.7K 111
                                    

Suara musik kecapi yang mengalun dengan sangat lembut, membuat orang-orang merasa tenang dan terkagum-kagum. Dalam hati mereka bertanya-tanya, siapa pemain kecapi ini?

Dalam diam, Yuwen memperhatikan seorang wanita cantik yang tak lain dan tak bukan adalah pemain kecapi tersebut. Caranya memainkan kecapi membuktikan bahwa wanita itu benar-benar berbakat dalam bidang ini.

Raja Huang yang melihat putra sulungnya tengah memperhatikan sang pemain kecapi, tersenyum tipis.

"Nona Xia He dari keluarga Liu," ujar Raja tiba-tiba, membuat Yuwen menoleh kearahnya sekilas. "Dia adalah calon pengantin mu," sambungnya.

Kali ini Yuwen benar-benar menoleh dengan mata yang melotot, tak percaya. Ekspresi yang ditampilkannya sarat akan keterkejutan.

Raja mengangkat sebelah alisnya tinggi. "Mengapa kau harus begitu terkejut?" Tanyanya heran. Tapi, Yuwen bergeming, masih cukup terkejut.

"Dia adalah wanita yang cantik dan pintar. Aku yakin, Nona Xia He tidak seperti wanita lainnya," sambung Raja.

"Maksudnya?"

"Dia bukan wanita yang hanya mengejar kekayaan dan kekuasaan. Jadi, kau tidak perlu khawatir. Nona Xia He itu tidak suka persaingan, tidak mungkin dia mau membuang-buang waktunya untuk bersaing dengan wanita lain demi mendapatkan posisi sebagai istrimu," jelas Raja panjang kali lebar sama dengan luas.

Yuwen masih terdiam. Apa benar Nona Xia He ini seperti yang dijelaskan ayahnya?

•••

Canggung.

Satu kata yang mendeskripsikan keadaan antara Su Yu dan Hong Ling saat ini.

Semenjak mengetahui bahwa mereka telah dijodohkan, mereka jadi merasa canggung. Padahal, biasanya mereka akan selalu bertengkar setiap kali bertemu.

"Hei, apa kau sudah tahu tentang pertunangan kita?"

"I-iya... Aku sudah tahu."

Percakapan diantara mereka menjadi sesingkat itu. Biasanya mereka akan adu mulut sampai kehabisan kata-kata untuk menghina satu sama lain.

Dasar remaja.

"Aku benci keadaan canggung seperti ini!" Batin Su Yu berupa keluhan.

"Ayolah, Su Yu! Katakan sesuatu!" Hong Ling pun juga membatin.

Karena tidak tahu apa yang harus di bicarakan, mereka masih sama-sama terdiam, sesekali berdeham untuk menghilangkan kegugupan.

"Calon pasangan baru, jangan gugup begitu," celetuk Yi Fei.

Mendengar celetukan Yi Fei, membuat Mei Yue yang duduk di samping pria itu, mengangguk, menyetujui. Sedangkan tangannya sibuk menuangkan arak ke cawan miliknya dan milik pria itu.

Su Yu mendengus, kesal. Kedua kakaknya itu memang sangat suka menggodanya.

"Sebenarnya Putri Hong Ling adalah gadis yang baik. Benar begitu, 'kan?" Ujar Mei Yue, sarat akan sindiran pedas.

Su Yu mengangguk pelan. Tentu saja itu benar. Hong Ling memang gadis yang baik, hanya saja dia tidak suka merasa tersaingi. Jika dipikir-pikir, karakter Putri Ming Hong Ling ini cukup serupa dengan Su Yu yang tidak suka berbagi kasih sayang dari kakak-kakaknya dengan saudara tirinya yang lain.

Intinya, mereka sama-sama egois.

Bagus, bagus. Pasangan yang sangat serasi.

Hanya saja, kakak perempuannya selalu menganggap pertunangan mereka sebagai sebuah celah. Ia tidak keberatan, namun agak jijik.

Untungnya, Su Yu sabar, dan mengabaikannya.

Mei Yue mengulurkan tangannya, mengambil cawan yang sudah diisi arak olehnya tadi. Namun, sebelum tangannya menyentuh cawan itu, Yi Fei justru malah mengambilnya.

"Hei, itu milikku!" Seru Mei Yue kesal.

Yi Fei menggeleng tegas. "Kau tidak boleh minum, itu tidak baik untuk kesehatanmu," katanya.

"Lalu bagaimana denganmu? Kau sendiri juga minum," balas Mei Yue, jengkel.

Yi Fei tidak langsung menjawab. Ia meminum arak yang masih tersisa sedikit di cawan miliknya, kemudian terkekeh pelan. "Jangan menjadikan aku sebagai panutan mu, Mei Yue. Aku tidak sebaik itu," ujarnya, lalu terkekeh lagi.

Siapa yang menjadikanmu sebagai panutan, dasar bodoh! Batin Mei Yue, emosi. Ia menghela nafas pelan. Dengan gerakan cepat, ia mengambil cawan miliknya yang berada di tangan kanan Yi Fei, kemudian meminumnya dalam satu tegukan.

Sementara itu, di tempatnya, Permaisuri An tersenyum penuh kemenangan dibalik sapu tangan suteranya. Bagus, minumlah arak itu, maka kau akan segera bertemu dengan ibumu di neraka, batinnya.

"Hei, aku 'kan sudah bilang, kau tidak boleh minum!" Seru Yi Fei.

Mei Yue menjulurkan lidahnya, mengejek. Sedangkan Yi Fei terlihat mendengus kesal. Sialan, batin pria itu.

Tak berselang lama kemudian, Mei Yue memegang kepalanya yang mendadak terasa sakit. Tenggorokannya juga terasa panas, seperti terbakar.

"Oi, kau kenapa?" Tanya Yi Fei, mulai khawatir.

Gadis itu tidak menjawab, dan malah terbatuk hebat sampai mengeluarkan darah. Hal itu tentu saja membuat semua orang panik, terutama Yi Fei.

"Mei Yue, kau ini kenapa?!" Tanya Yi Fei panik.

"S-sakit... Menyakitkan..."

Kesadaran Mei Yue kian menipis. Seruan panik dari orang-orang disekitarnya, tidak dapat lagi didengar dengan jelas.

Su Yu menggenggam erat tangan gadis itu. "Kak, kumohon jangan tutup matamu!" Katanya. Rasa takut menyerang. Ia takut, sangat takut akan kehilangan Mei Yue.

Raja Huang yang juga dilanda kepanikan, segera memerintahkan untuk membawa Mei Yue ke kediamannya, dan memanggil tabib kerajaan.

Segera, Yi Fei menggendong tubuh adik perempuannya yang sudah setengah sadar itu.

"Dasar kau, keras kepala! Padahal aku sudah melarang mu untuk tidak minum!" Dia meraung dengan marah, sekaligus khawatir.

Sedangkan para tamu undangan diminta untuk segera pergi, tidak diperbolehkan untuk turut campur dalam masalah ini.

FengYin menjadi salah satu dari sekian orang yang khawatir dengan kondisi Mei Yue saat ini. Sialan, rencananya tidak boleh gagal.

"Mei Yue, apa yang terjadi? Kau kenapa?" Tanyanya dengan telepati.

"Sakit..."

Hanya itu yang dapat ia dengar dari Mei Yue. Gadis itu pasti sangat kesakitan saat ini. Ia ingin sekali membantu, tapi tidak bisa. Semoga gadis pujaannya itu akan baik-baik saja.

"Mei Yue, bertahanlah!"

•••

Di ruangan yang mewah, dan minim cahaya itu, dia duduk tenang di kursi kebesarannya dengan sebuah bola kristal ditangan kanannya. Bola kristal itu memperlihatkan semua yang terjadi.

"Oh, rupanya racun itu tidak dicampur dengan arak, melainkan terdapat pada cawannya," ujar dia setelah melihat apa yang terjadi pada Mei Yue.

Dia menyunggingkan senyum miring. "Hehe, mari kita lihat, apakah gadis itu dapat bertahan atau tidak?"

***

Update cepet, special 20k vote!!!

Thanks buat para readers sekalian. Yang udah voment, yang siders juga makasih banyak!

Aku terhura🤧💙 #lebay

Yi Fei: "G usah percaya, boong doang dia."

[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang