Micha terus berlari sesekali ia mengusap air matanya namun butiran-butiran itu terus saja keluar membasahi pipi Micha yang sekarang sudah berwarna kemerah-merahan.
Kakinya berhenti tepat di sebuah taman yang berada di sekolah itu.
Sunyi. Hanya terdengar isak tangis Micha di taman itu, tidak ada seseorang pun yang berada disana untuk menemani Micha.
Kepala Micha menunduk kearah bawah dimana disana ada rumput hijau yang ia injak.
Tak lama setelah Micha duduk di bangku taman itu, ada seseorang yang menghampirinya.
Micha yang masih merasa malu pun hanya menundukan kepala tanpa berniat untuk melihat siapa yang menghampirinya. "Siapa kamu?"
"Nggak penting," dari penampilan dan suara orang itu, Micha yakin orang yang menghampirinya itu adalah seorang laki-laki.
"Suara itu," ucap Micha dalam batinnya.
Laki-laki itu pun duduk disamping Micha.
Ada rasa penasaran di dalam benak Micha tapi ia urungkan niatnya untuk menengok seseorang yang kini tepat berada disampingnya.
"Kalau mau bolos jangan diem disini, mending kita ke rooftop sekolah disana kita bisa liat pemandangan ibu kota tanpa ketauan sama guru." Lelaki itu pun berdiri lalu mengulurkan tangannya.
Micha diam sejenak. Ia berfikir untuk saat ini ia perlu menyendiri tanpa ada orang lain yang mengganggunya.
Micha pun menerima uluran tangan lelaki itu yang sekarang ia tau bahwa lelaki itu adalah orang yang sama dengan orang yang pernah ia tabrak sewaktu buru-buru ke rumah sakit, dan ia juga orang yang sama dengan orang yang tadi ngebentak semua orang yang menertawainya.
Marvel. Terlihat dari name tag yang ia kenakan saat ini.
Marvel? Seingat Micha dia adalah badboy nya Sma Normezza.
Marvel Yumeyyzu. What? Nama belakangnya sama dengan Molla, sahabatnya.
Nggak mungkin kalau orang ini adalah kakaknya Molla. Terlihat dari sikap mereka yang sangat berbeda. Atau mungkin memang benar mereka adik kakak?
Ntahlah Micha sangat penasaran dibuatnya, karena Micha yang sering main kerumah Molla belum pernah satu kali pun ia melihat Marvel ada disana.
Walaupun Micha penasaran tetapi ia hanya diam tanpa berniat menanyakan apapun kepadanya apalagi perihal dia kakaknya Molla atau bukan.
Mungkin lain kali Micha akan menanyakan kepada Molla.
Micha dan Marvel berjalan beriringan. Tidak apa percakapan apapun diantara mereka berdua.
Saat mereka keluar dari area taman, Marvel memberi kode agar Micha berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan.
Micha pun mengikuti Marvel dari belakang.
Setelah berhasil sampai di depan lift Micha dan Marvel pun masuk kedalam lalu menekan tombol 15 dimana rooftop sekolah ada disana.
Saat mereka berdua sampai di rooftop , Marvel pun langsung berjalan kearah kursi yang ada disana. Dan mengeluarkan benda yang ada didalam sakunya.
Benda pertama yang keluar adalah handphone nya yang berwarna hitam, yang disusul dengan sebungkus rokok dan korek.
Ia pun menyalakan rokoknya dan menghisapnya. Sepertinya ia perokok aktif terlihat dari badannya yang begitu kurus.
Hening. Suasana kali ini benar-benar hening. Hanya terdengar suara kendaraan yang saling membunyikan klaksonnya. Sepertinya jalanan ibu kota kali ini sedang macet parah.
Terlihat jelas di atas rooftop , kendaran yang saling berjejeran. Mulai dari kendaraan pribadi sampai alat transfortasi umum.
Micha hanya diam sambil memainkan benda pipih miliknya. Sesekali Micha melihat keindahan ibu kota dari atas rooftop sekolah.
Marvel yang sedari tadi melihat tidak ada percakapan diantara ia dan Micha pun, angkat bicara. "Btw lo sekelas sama adik gue ya?"
"Siapa," tanya Micha seolah tidak tau.
Marvel pun bingung bukannya Micha sekelas sama Molla ya? Atau ia tidak tau kalau Marvel adalah kakaknya?
Marvel melihat Micha yang masih memainkan handphone di ujung sana.
"Molla anak kelas 11 Ipa 3, tau?" Marvel menghampiri Micha.
Micha hanya menganggukan kepala dan masih fokus ke handphone nya.
Ntah apa yang sedang Micha lakukan di handphone nya.
Marvel yang merasa diabaikan pun merebut paksa handphone milik Micha dari tangan si pemilik.
"Lo apaan sih, balikin ga hp gue!" Micha sebal karena kegiatannya telah diganggu oleh si pembawa onar.
Marvel yang tiba-tiba mendapat ide, memasukan handphone milik Micha kedalam sakunya. "Gue balikin tapi ada syaratnya."
Micha berdecak sebal. "Apa syaratnya?"
Marvel tersenyum, ia berhasil satu langkah untuk mencapai tujuan utamanya. "Besok lo temui gue di lapangan basket."
Micha pun heran dengan syarat yang diberikan oleh si pembawa onar itu. "Ngapain? Jam?"
Marvel lagi-lagi tersenyum, sepertinya tujuan utamanya akan berhasil kali ini. "Besok pas jam istirahat."
Micha sebal apa yang ia tanya tidak sepenuhnya Marvel jawab. "Pertanyaan gue yang satu lagi belum dijawab."
Marvel yang melihat ekspresi Micha pun tertawa dibuatnya. "Yang mana?"
Micha semakin sebal. "Ngapain ketawa? Gada yang lucu."
"Ada. Lo lucu," ucapnya lalu berjalan menuju tempat semula.
"Gue emang lucu, ngapa lo suka?" ucap Micha menyombongkan diri.
Marvel pun tersenyum untuk kesekian kalinya. Tapi senyuman kali ini berbeda dari senyuman sebelumnya. "Kalau iya kenapa?"
Micha hanya tertawa. "Gabole, gue dah ada yang punya."
Kali ini Marvel tidak tersenyum, ia ikut tertawa. "Gue gapeduli."
👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀
Sedikit ya? Sorry^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Micha [END]
Teen Fiction[BHS 1] Story by @ekkavzyh ... Saat dua pertanyaan yang sama di waktu yang hampir bersamaan. Maka beri aku waktu untuk menjawabnya. ©Copyright 22 Juni 2020.