Part 35

13 4 25
                                    

Saat ini Micha sedang belajar seperti biasa. Tiba-tiba suara speakers dari ruang TU mengagetkannya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, untuk yang bernama Micha Mellays dari kelas X1 Mipa 3 harap ke ruangan tata usaha sekarang!"

"Micha kamu dipanggil," ucap Bu Rini yang kini sedang mengajar di kelas Micha.

"Baik bu, saya izin ke TU bu," ucap Micha lalu berdiri dari duduknya.

Micha pun pergi dari kelasnya menuju ruangan tata usaha.

Saat berjalan menuju ruang tata usaha, Micha bertemu Marvel. Mereka berdua hanya tersenyum dalam diam. "Kak," sapa Micha sambil tersenyum.

Marvel hanya merespon dengan senyumannya. Micha pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruang tata usaha.

"Assalamualaikum ibu, saya Micha. Ada apa ya bu?" tanya Micha saat masuk kedalam ruang TU.

Micha yang melihat keberadaan Papahnya pun kaget dibuatnya. "Papah? Kok ada di sini?"

"Ca," ucap Papahnya. Terlihat jelas dari mata dan pipi Papahnya Micha, bahwa Ia telah menangis.

"Pah? Papah abis nangis?" tanya Micha mengintrogasi.

"Ca, Bunda meninggal," ucap Papahnya Micha.

Seketika dunia Micha gelap. Ia diam seakan semuanya berhenti. Terlintas bayangannya saat bersama Bunda.

Papah Micha pun langsung memeluk Micha lalu mengusap punggung Micha, memberikan rasa tenang kepadanya. Namun apa? Saat ini Micha hancur. Dunianya pun terasa begitu kejam. Aura dingin membuat Micha beku seketika.

Saat itu pula, Micha pingsan. Ya Micha tidak sadarkan diri.

"Ca? Caca," teriak Papahnya Micha.

Papahnya Micha pun mengangkatnya lalu membawa Micha pulang. Setelah itu? Diumumkanlah berita bahwa Bunda Micha telah tiada.

Roni, Molla dan Lolly yang mendengar informasi dari speakers TU pun langsung kaget. Molla dan Lolly langsung saling memeluk. Roni? Ia langsung teringat pada Micha. Ia pun pergi dari kelas itu.

"Roni mau kemana?" tanya Bu Rini namun tidak ada jawaban dari Roni karena kini Roni telah berlari menuju tempat parkiran.

Roni pun cepat-cepat menyalakan motornya lalu mulai mengendarainya. Kebetulan sekali gerbang SMA Normezza terbuka, itu memudahkan Roni untuk keluar dari area sekolahnya.

Saat sampai di depan rumah Micha. Roni melihat bendera kuning terpampang di sana. Terlihat orang-orang berpakaian hitam menuju rumah Micha.

Roni pun berjalan menuju pintu rumah Micha. Di sana Ia melihat Papahnya Micha. "Om, saya turut berduka cita," ucap Roni saat berada di hadapan Papahnya Micha.

Papah Micha pun sedikit tersenyum. "Nak, Om boleh minta tolong?"

Roni pun menganggukan kepalanya. "Kamu jagain Micha ya, dia ada di kamarnya. Di atas," ucap Papahnya Micha kepadanya.

"Baik Om," ucap Roni lalu pergi menuju lantai atas. Dimana kamar Micha berada.

Roni pun masuk kedalam kamar yang tidak tertutup itu. Terlihat Micha yang sedang tertidur. Terlihat sekali dari wajahnya. Micha sedang tidak tenang saat ini.

"Ca, Caca pasti kuat,"  ucap Roni sambil memegang tangan Micha.

"Bun."

"Bunda," ucap Micha saat belum sadarkan diri.

"Bunda, jangan tinggalin Caca," teriak Micha lalu bangun dari tidurnya.

Kini Ia terduduk di atas kasurnya. "Ca," ucap Roni lalu memeluk Micha dari samping.

"Oni ini cuman mimpi kan? Ini nggak beneran kan?" tanya Micha memastikan. Air matanya terus saja mengalir membasahi pipinya itu.

"Caca, pasti kuat," ucap Roni masih memeluk Micha dari samping.

Sedangkan di bawah, jenazah Bunda Micha baru saja tiba di rumahnya. Micha pun berlari ke bawah, menuju jasad Bundanya.

"Bun," ucap Micha sambil menangis.

"Bunda, Bunda nggak boleh tinggalin Caca," ucap Micha sambil memeluk jasad bundanya.

"Ca," ucap Papahnya Micha menenagkan Micha.

"Pah, ini bukan Bunda kan, Bunda dimana Pah," ucap Micha sambil menangis.

Papahnya pun memeluk Micha dari samping.

Miyyami pun datang, lalu Ia menghampiri Micha dan juga Papahnya. "Ca, aku turut berduka."

Micha pun langsung memeluk Miyyami. "Mi ini bukan Bunda kan?! Bunda masih ada Mi!"

"Ca kita jangan di sini yuk, nggak enak," ucap Miyyami berdiri bersama dengan Micha.

Miyyami dan Micha pun berjalan menuju kamar Micha. Roni? Ia menemani Papahnya Micha di bawah.

"Mi, Caca masih nggak percaya," ucap Micha jujur. Ia pun menangis kembali di sana.

"Ca, kamu harus terima kenyataan, walau ini sulit bagi mu," ucap Miyyami menenangkan Micha.

Micha tidak bisa lagi berkata-kata, kini Ia diam dalam tangisannya.

"Lu harus kuat Ca, kita di sini buat lu," ucap Miyyami kembali menenangkan Micha.

"Gue juga masih nggak pecaya Ca, tapi apa? Ini kenyataannya," ucap Miyyami. Kini air mata yang tak berdosa itu meluncur dengan senang hatinya membasahi pipi Miyyami. Tangisannya pecah di sana. Ia pun memeluk Micha dari samping.

TBC

Jangan lupa vote dan komentarnya, ya!

Micha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang