Terkadang hal sepele bisa membuat kita merasakan, seolah hidup ini benar-benar rumit.
~♡♥♡~
Setelah Micha berhenti menangis, Roni melanjutkan merapihkan buku ke dalam rak. Tidak lama kemudian bel pergantian mata pelajaran berbunyi, Roni mengantarkan Micha ke UKS lalu pergi menuju kelasnya setelah memastikan Micha bersama dengan anak PMR.
"Tolong jaga dia ya," ucap Roni kepada salah satu anak PMR yang ada disana. Roni pun hilang di balik pintu UKS yang kini sudah tertutup.
"Roni itu kayaknya ... ?" tanya anak PMR yang tentu saja Micha mengenalnya karena Ia satu ekskul Teater.
Micha duduk di ranjang yang ada disana. "Kenapa? Ngeselin ya?"
Anak PMR itu pun menggelengkan kepala sambil berjalan menuju kotak obat yang ada di nakas. "Nggak, dia kayaknya perhatian deh sama lo."
Micha bingung dengan apa yang telah diucapkan anak PMR itu. "Perhatian gimana?"
"Ya gitu deh." Anak PMR itu pun berjalan menuju ranjang yang sedang Micha duduki sambil membawa obat dan gelas berisi air putih.
Micha berdecak sebal. "Gitu gimana Run?"
Anak PMR itu bernama Teesya Runamelca, terlihat dari name tag yang Ia pakai.
Runa pun ikut duduk disebelah Micha lalu memberikan obat dan gelas yang berisi air kepada Micha. "Jadi tadi dia minta gue buat jagain lo."
Micha berpikir mungkin Roni bertindak seperti itu karena Ia melihat sisi lain dari Micha yang selama ini tidak pernah orang-orang ketahui. Micha yang berbeda. Micha yang begitu rapuh.
"Weyy Ca, napa lo? Masih pusing?" Runa melihat Micha yang kini wajahnya pucat dan merah. Terlihat jelas bahwa Micha telah menangis.
Micha menggelengkan kepala lalu meminum obat yang tadi Runa berikan.
Micha pun berbaring di ranjang yang tadi Ia duduki. Micha menutup matanya, menahan sesak yang ada, membiarkan otak mencerna apa maksud yang sebenarnya dari ucapan Roni.
Mungkin karena Micha akhir-akhir ini, banyak yang Ia pikirkan sampai lupa dengan pertanyaan yang Mikael tanyakan saat di taman rumah sakit itu.
"Ca, gue izin ke kelas gue dulu ya," ucap Runa lalu pergi menuju pintu sambil membawa setumpuk buku catatan.
Micha pun membuka matanya lalu menganggukan kepala dan kembali ke posisi rebahannya.
Runa pun pergi dan menutup kembali pintu UKS itu. Namun tidak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka. Micha berfikir yang masuk kedalam UKS itu Runa, yang mungkin akan menggambil barang yang tertinggal. Micha tidak membuka matanya, hanya untuk memastikan siapa yang masuk.
Sedetik kemudian ada benda yang berdiri tepat di tangan yang Micha lipat di atas perutnya. Micha pun kaget lalu melempar benda itu.
"Lo apa-apaan sih?" ucap orang yang tadi meletakan benda di atas tangan Micha.
Micha bingung kenapa Ia ada disini. Bukannya sekarang masih kegiatan belajar mengajar?
"Lo? Ngapain di sini?" Micha pun duduk dan merapihkan sedikit anak rambut yang menghalangi matanya.
Orang itu mengambil benda yang tadi Micha lempar sampai terjatuh ke lantai. "Gue kira lo nangis lagi."
Fiks ini Roni. Siapa lagi kalau bukan dia? Cuman dia yang tau kalau Micha habis menangis. "Lo, lo ngeledek gue ha?"
Roni pun tertawa yang tentu saja membuat Micha sebal dibuatnya. "Ye gue bela-belain ngebohong ke guru cuman buat ke sini, buat mastiin lo baik-baik aja atau nggak, eh lo malah nuduh gue."
Jadi bener? Roni itu ... atau ini cuman mimpi yang datang diwaktu yang tidak tepat? Atau si Roni lagi kumat? Atau emang sebenarnya Roni itu ....
Micha hanya berandai-andai saja jika semua ini memang cuman mimpi, kalau pun ini nyata Ia berharap jika apa yang Ia fikirkan itu tidak benar. Karena jika apa yang Ia fikirkan tadi itu benar, maka akan ada hati yang terluka lagi.
Jadi gini ya, rasanya saat masalah yang sama itu bersamaan. batin Micha berbicara.
"Gue takut kalau lo kek gini," ucap Roni sambil melambai-lambaikan tangannya di depan Micha.
Micha, Ia tidak sadar-sadar dari lamunannya. Yang dengan terpaksa Roni harus berteriak agar Micha sadar kembali.
"Lo, apa-apaan sih. Udah gila ya? Mana ada kebakaran, mana? nggak ada tu?" Micha kali ini benar-benar menjadi Micha yang kebanyakan orang mengenalnya dengan sikapnya yang nggak bisa diem.
"Lo salah. Pertama gue nggak gila, dan yang kedua, di sini emang ada yang kebakaran." ucap Roni lalu melempar tissue yang tidak sengaja Micha lempar tadi.
Micha pun tertawa. "Lo kayaknya udah beneran gila deh. Mana ada kebakaran, di luar aja masih baik-baik aja, tenang dan damai. Dan lo di sini ngapain coba teriak-teriak kebakaran, mau ngerjain gue lo? Nggak bakalan bisa."
Roni ikut tertawa. "Di luar emang nggak ada kebakaran dan di sini ada hati gue yang kebakaran gara-gara mikirin lo sampe gue lupa nama gue sendiri."
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Hallu gengs😭😭
Gimana? Dah ngerti belum? :v
Roni amnesia?Vote kalau kalian suka kalau nggak gausah kok gpp wkwk💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Micha [END]
Fiksi Remaja[BHS 1] Story by @ekkavzyh ... Saat dua pertanyaan yang sama di waktu yang hampir bersamaan. Maka beri aku waktu untuk menjawabnya. ©Copyright 22 Juni 2020.