Part 22

14 7 1
                                    

Pada kenyataannya aku harus mampu melewati semua ini, walau aku belum percaya aku bisa menghadapi semua ini sendirian.
~Micha Mellays

...

Micha masih terus kepikiran dengan apa yang tadi suster bilang. Mungkin Micha masih tidak percaya kalau Bundanya itu menderita sakit parah. Selama ini Bundanya terlihat baik-baik saja.

Micha bingung, sangat bingung. Mengapa Bundanya sendiri sakit tapi Ia tidak mengetahui hal itu.

Dan mengapa Bundanya merahasiakan penyakit yang Ia derita? Atau mungkin Bunda juga tidak mengetahui tentang penyakitnya ini?

Micha terus saja berpikir menebak apa yang sebenarnya terjadi. Dunia ini tidak adil! Mengapa Ia harus menghadapi semua ini sendirian? Tanpa adanya seseorang yang kini menyemangatinya bahkan untuk menemaninya saja sekarang tidak ada.

Miyyami? Kemana dia? Biasanya cuman dia yang ada dan selalu ada di saat Micha sedang dalam kondisi seperti ini. Tapi kini? Dia menghilang.

Begitu banyak masalah yang kini Micha hadapi. Dari mulai masalahnya dengan Miyyami dan kini? Sekarang Ia dikejutkan dengan kabar Bundanya yang sakit.

Waktu terus berjalan, dokter dan suster yang menangani Bundanya Micha tidak kunjung keluar dari ruangan itu.

Saat Micha masih menunggu pintu itu terbuka, benda pipih yang ada di sakunya berbunyi dan bergetar singkat.

Micha mengambil, berharap yang meneleponnya tadi itu ialah Papahnya. Namun sedetik kemudian harapan itu tiba-tiba hilang entah kemana.

Bukan nama papahnya yang muncul di room telepon, namun Roni-lah yang tadi meneleponnya itu.

Micha membuka room chat, ada nama Roni di sana. Dua pesan terbaca oleh Micha.

Roni XI Mipa 3 :
Ca, lo ada dimana? Sibuk nggak?

Roni XI mipa 3 :
Kalau nggak temui gue di taman deket sekolah.

Ini Caca🔥:
Gue nggak bisa Ron, lagi di rs.

Tidak lama kemudian chat yang baru saja Micha kirimkan itu pun menandakan terbaca. Tidak ada balasan lagi dari sana. Micha pun kembali memasukan handphone-nya ke dalam saku.

Micha kembali menunggu pintu itu terbuka. Sesekali Ia berdoa agar Bundanya di sana baik-baik saja.

Hampir lima belas menit Micha menunggu. Ada seseorang yang kini duduk di samping Micha. Micha yang merasakan keberadaan seseorang di sampingnya, langsung melihat ke samping.

"Ha! Lo? Ngapain di sini? Kok bisa tau gue ada di sini?" tanya Micha tak henti-hentinya menanyainya Roni.

Roni? Yapp sekarang Roni ada di sampingnya.

Roni tertawa ke arah Micha. "Lo kalau nanya tu nggak bisa satu-satu ya?"

Micha hanya berdecak sebal lalu kembali menatao pintu yang masih tertutup itu.

"Lo nungguin siapa?" tanya Roni bingung.

"Bunda," ucap Micha tanpa melihat ke arah Roni.

Roni yang mendengar itu pun hanya terdiam lalu sedetik kemudian Ia memeluk Micha dari samping. "Lo pasti kuat Ca."

Micha yang mendapat perlakuan seperti itu pun bukannya marah ke Roni tapi Ia malah menangis di dalam dekapan Roni.

Saat ini Ia hanya perlu seseorang untuk menguatkannya. Micha terus menangis, membiarkan air mata yang sejak tadi Ia tahan, turun membasahi pipinya.

Pintu yang sejak dari tadi Micha pantau, akhirnya terbuka juga. Roni pun berdiri yang diikuti oleh Micha.

"Dengan keluarga Mellays?" tanya suster yang tadi menyuruh suster satu lagi buat masuk ke ruangan Unit Gawat Darurat.

Micha pun menghampiri suster itu. "Iya Sus, gimana keadaan Bunda saya sus?"

"Keadaan Bundanya mbak sudah mulai membaik," ucap suster itu sambil tersenyum ramah.

Micha dan Roni seketika tersenyum juga. "Jadi apa boleh saya melihat Bunda saya Sus?"

"Buat sekarang belum bisa, tunggu satu jam dulu ya, saya izin pamit dulu," ucap suster itu lalu pergi dari hadapan Micha dan juga Roni.

Micha kembali duduk di kursi tadi. Roni yang melihat perubahan ekspresi Micha pun langsung menghampirinya. "Ca jangan sedih, kita tunggu satu jam baru bisa ketemu Bunda. Kita harus bersyukur Ca, Bunda baik-baik aja di sana."

Micha hanya menganggukan kepalanya. "Ca, udah makan belum?"

Micha menggelengkan kepalanya, masih menatap ruangan dimana Bundanya berada.

"Gue beli makan dulu ya," ucap Roni lalu pergi dari sana.

Setelah Roni pergi, Micha mengeluarkan handphone-nya. "Pah, Bunda kayak gini pasti gara-gara papah."

Micha menatap sendu ke arah layar handphonenya yang menampilkan foto keluarga Mellays. Foto tujuh tahun yang lalu. Dimana Papahnya masih berada di negara ini. Negara dimana Micha dilahirkan. Foto itu pun menjadi foto terakhir kalinya sebelum Papah Micha meninggalkan Micha dan juga Bundanya.

💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕

Jangan lupa komen dan votenya ya? Krisar sangat penting:)) Makasih💚

Micha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang