Vote!
Jika ada niatan untuk memencet bintang di bawah pojok paling kiri Silahkan,***
Jennie menggeliat senang, rasa lega menyelimuti hatinya setelah selesai dengan pasien terakhirnya, kini tinggal mengurus beberapa barang yang harus di tandai untuk di bawa ke tempat praktek nya yang baru
"Sunbae? apa perlu kita membawa meja besar ini?" tanya Yuna menepuk nepuk meja yang menurutnya merepotkan
"Tentu saja," Jennie membuka lemari berisikan banyak berkas memindahkannya pada dus besar
"tapi sunbae,, meja ini pembawa sial! setiap kali melihat meja ini rasanya aku ingin membakarnya, meja menyebalkan ini menyebabkan banyak orang tersandung, bisakah kita membuangnya saja aku tidak tahan melihatnya"
Jennie tertawa pelan, membayangkan setiap kali Yuna berjalan pincang,
"aku sudah beberapa kali tersandung di meja ini, bahkan kaki ku masih sakit terakhir kali menendang meja bodoh ini!"
mirae tertawa
"kau terlihat begitu membencinya ya, itu karena kau buta saja, meja sebesar ini masih tidak kelihatan, jangan menyalahkan benda mati yang tidak tahu apa- apa Yun""dihh!! kau juga sama saja sepertiku, tersandung ketika berjalan terburu buru,"
"bagaimana sunbae? apa perlu kita bawa saja? atau kita buang, tapi dipikir- pikir sayang jika di buang, aku bawa saja kerumahku ya sunbae?"
"kau gila?!
-barusan kau mengutuk meja ini, dan sekarang kau meminta meja ini dibawa kerumah mu? haha coba katakan lagi Yun,"Jennie menggelengkan kepalanya atas tingkah kedua pegawainya, saling adu mulut apa lagi menyangkut hal- hal seperti ini
"aku akan tetap membawanya, kau lupa ya, sekarang kita akan meninggalkan ruangan pengap ini, kita akan pindah ke ruangan yang lebih luas dan bagus tentunya, dan meja ini akan aku aman kan di ruangan untuk kita bertiga rapat, bukan di tempatkan jalan untuk lewat begini, sangat mengganggu orang lewat, meja ini juga masih layak, masih bagus, disayangkan jika dibawa kerumah mu," akhir kata Jennie terkekeh geli"kau dengar kan Yun," Mirae tertawa menyikut bahu Yuna
Yuna menendang pelan meja besar dihadapannya
"meja sialan!"---
"Mirae?" panggil Jennie yang masih sibuk menata berkas menyimpannya pada dus besar
"-bantu aku mengangkat dus besar ini ke pojok, kita akan menatanya dulu disana sebelum di angkut,""oke Sunbae,"
Yuna terdiam mengamati barang- barang yang sudah dikemas
"Sunbae kau serius akan membawa ini semua? tidak kah terlalu merepotkan menurutku,"Jennie menatapnya sebentar, menimang- nimang ucapan Yuna
"entahlah, aku akan memikirkannya lagi, ada benarnya juga jika dibawa semua merepotkan juga, apa tidak apa- apa jika dibuang saja?" tanya Jennie meminta pendapat"Itu kan sudah tidak dipake, kita buang saja toh nanti juga akan jadi sampah, catatan itu kan sudah tidak penting"
"iya juga,"
"emm? kira- kira kapan kita melakukan pindahannya?"
"aku masih mengurusi tempat peraktek kita yang baru, agak lama sepertinya, mungkin satu mingguan lagi, pemiliknya sudah menyetujuinya tapi belum menghubungiku lagi untuk tanda tangan kontrak,"
"untuk berapa bulan penyewaannya?"
"Kira- kira Satu tahunan atau dua tahun,"
"Suamimu kan kaya raya, kenapa kau masih menyewa tempat? bahkan dia mampu membuat rumah sakit besar sekalipun,"
"Haha, tidak Mirae,, aku tidak mau memanfaatkan kekayaannya, aku masih mampu merangkak dari awal bersama kalian, tabunganku masih cukup untuk penyewaan tempat,"
"emm,, ngomong- ngomong Suamimu tampan sekali ya Sunbae, kau beruntung menikahinya"
Jennie hanya tertawa tampan sih tampan tapi menyebalkan Jangan lupakan kejadian tadi pagi ia masih kesal dibuatnya, Suaminya yang banyak mengatur masa iya hanya sekedar memakai baju harus meminta ijin, apakah layak dipakai atau tidak?---
Jennie mengetuk ngetuk jarinya di meja, sesekali melirik ponsel dihadapannya untuk mengechek pesan dari Taehyung karena jika telat satu menit saja Taehyung akan ngoceh marah- marah
ia semakin bingung dengan sikap kekasihnya, biasanya tidak pernah chatting lewat ponsel jika memberi kabar hanya lewat telepon itu juga jarang Jennie lakukan, karena mereka lebih sering bertemu, ada apa kali ini? seperti remaja yang baru jatuh cinta saja!
Jennie harus mengirimkan kabar dimana? sedang apa? hal hal yang menurutnya tidak penting harus di bahas dalam pesantring!
ponselnya kembali berbunyi, gerakan cepat ia mengambil ponselnya segera membaca pesan dari Taehyung
"bersama siapa di caffe? berduaan dengan lelaki sialan itu?"
Jennie berdecak pelan, Taehyung selalu saja curiga berprasangka buruk menuduhnya tanpa tahu kenyataannya
"tidak sayang,, aku sendirian menunggu Rossie ia mengajakku bertemu, aku begitu bosan menunggunya ^_^ "
"selfie untuku Jane,, kirimkan padaku, aku masih belum percaya kau sendirian"
Sial!
Jennie berdoa dalam hati agar ia diberikan kesabaran menghadapi kekasihnyaia memposisikan ponselnya di depan wajah bersiap memotretnya dengan pose mengerucutkan bibirnya kedepan,
kemudian mengirimkannya
"haruskah aku menciummu lagi agar kau percaya Tae,, aku sendirian disini! percaya padaku"
ia tertawa sendiri, penasaran bagaimana reaksi Taehyung melihat gambarnya
"haruskah aku menyusul Jane? aku ingin menciummu,"
"haha, Jangan! kembalilah berkerja, berhenti mengirimku pesan! nanti kau boleh menciumku sepuas kau mau, sekarang aku tidak mau mengganggumu,"
"oke itu janji! nanti aku akan menghubungimu lagi bye,,"
menghubungi lagi?
tidak kah Taehyung merasa bosan hari ini sudah hampir enam kali menghubungi Jennie
Ohh Shitt!! sampai kapan Taehyung berprilaku seperti iniJennie menyimpan ponselnya kemudian menyeruput coffe yang sudah ia pesan tadi, memikirkan Taehyung rasanya mau pecah kepalanya,
Please tuhan,, jangan buat Taehyung menyebalkan, cukup Suamiku saja yang seperti itu, rasanya mau gila jika aku menghadapi kedua pria jika sama menyebalkannyaJennie tersenyum lebar ketika melihat Rossie melangkah masuk dengan gayanya, tersenyum cerah kebahagiaan selalu terpancar di wajahnya, Jennie jadi iri pada sahabatnya ini, tidak pernah sedikit pun Jennie melihat wajah itu murung, keluhan tidak pernah terdengar dari mulut cantiknya
entah mungkin ia hanya memendam kesedihannya? ia tidak pernah bercerita pada siapapun, di hadapannya Rossie selalu ceriaia merasakan pundaknya dipeluk erat oleh Rossie seakan memberi tahukan kerinduannya pada Jennie, entah sudah beberapa minggu tidak bertemu
"Kau sendirian? Somi? kemana Adik cengeng kita?""dia sibuk, dia bilang sampaikan salamnya padamu, dan maaf tidak bisa ikut kesini katanya, aku mampir tadi ke tempat kerja nya, dia marah marah sambil menangis tidak jelas,"
"marah- marah? adik cengeng kita,, kenapa?"
"entahlah,, mungin pekerjaannya yang berat,"
Jennie mengecutkan bibirnya sebal ingat akan kebosanannya menunggu
"Kau tidak tahu diri sekali!! lihat wajah tanpa dosamu itu! kita berjanji bertemu satu jam sebelumnya! pantatku sudah mau ber-Akar begini menunggumu! kemana saja kau?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Sengklek! (Jenbin)
Fanfic"Dasar Suami Sengklek!" Seseorang yang dulu Aku Cintai dia pergi meninggalkanku, bertahun lamanya tanpa kabar, membuatku ragu aku terlalu lelah menunggunya tanpa kepastian yang jelas, Kemudian kerinduanku berubah menjadi kebencian setelah seseorang...