Vote!
Jika ada niatan untuk memencet bintang di bawah pojok paling kiri Silahkan dengan senang hati melanjutkan story inih***
"Yatuhann,, Rosie bisakah kau diam di tempatmu duduk dengan manis! kau membuatku pusing!" ujar Somi frustasi melihat Rosie yang dari tadi mondar mandir memegang ponselnya tidak berhenti menghubungi Jennie yang ia cemaskan setengah mati
"ada kemungkinan lain menurutku Somi, Bisa jadi Jennie berlibur bersama suaminya, Hanbin merampas ponselnya karena tidak mau ada yang mengganggu, mungkin mereka sedang menghabiskan waktu berdua di pulau terpencil"
"bisakah kau duduk dulu dan tenang kan dirimu," Somi yang jengkel kehabisan akal untuk menenangkan kecemasan + kekepoan Rosie yang terjadi pada Jennie ia menghampiri Rosie mendudukannya secara paksa
"aku sangat penasaran,, tidak biasanya Jennie menghilang seperti ini, apa yang terjadi sebenarnya ini membuatku bingung, apa mereka sedang berlibur berbulan madu di luar negeri? Jennie tega sekali tidak memberi tahuku"
"itu tidak mungkin! pasti ada sesuatu yang tidak beres" keukeuh Somi tidak mungkin, karena dia lebih tahu disini yang terjadi! ini antara Jennie dan Taehyung tapi ia berusaha menyembunyikan semuanya dihadapan Rosie yang kelewat kepo,
"lalu apa yang tidak beres itu? aku bingung! tidak mungkin Hanbin melukainya"
"memang tidak mungkin! tapi Hanbin mana mungkin membawa Jennie malah berlibur disaat dia disini semuanya sedang sibuk! kau gila"
"kau darimana tahu Hanbin sibuk?!"
"Jennie maksudku! pemindahan tempat perakteknya belum juga terjadi! mana mungkin Jennie malah memilih berlibur dan membiarkan kedua pegawainya terlantar tidak Jelas disana menunggu kabar darinya"
mata Rosie menyipit mencari sesuatu yang di sembunyikan dari sorot mata Somi
terkadang ia curiga, Somi secara tidak sengaja selalu mengatakan mengetahui segalanya tentang Kim Hanbin padanya
"tapi itu juga bisa terjadi-ohh tunggu,," Rosie memastikan penglihatannya pada ponselnya ternyata sudah lebih dua menit Jennie mengangkat panggilannya
"Yatuhan,, terimakasih kau telah memberikan hidayah untuk Jennie agar dia mengangkat teleponku
-Jennie akhirnya kau mengangkat panggilanku,
- apa yang terjadi sebenarnya? semua orang khawatir menghubungimu dan kau melantarkan semua pesan dan panggilan di ponselmu, aku menghubungimu dan ponselku hampir meledak karena terlalu penuh dengan riwayat panggilan menghubungimu
-Dan jangan lupakan pekerjaanmu! segera hubungi Mirae dan Yuna mereka gelisah menunggu kejelasan pemindahan tempat praktekmu, kau tega sekali!" cerocos Rosie geram benar- benar keterlaluan baru kali ini Jennie bersikap tidak jelas seperti ini"Hallo?"
Rosie menajamkan pendengarannya, tidak ada jawaban dan hanya suara isakan tangis, ia mengaktifkan laud speaker takut ia salah dengar ia memincingkan matanya pada Somi mengisyaratkan apakah Somi juga mendengarnya"apa kau baik baik saja? apa yang terjadi dan kau dimana sekarang?!"
Somi mendekatkan tubuhnya pada Rosie mendengarkan dengan jelas
"Jennie kau dengar aku?
-apa yang terjadi?" panggil Somi
dan hanya isakan tangis yang terdengarRosie gemas ingin membantingkan ponselnya apa ponselnya yang rusak atau dirinya yang tuli kenapa hanya suara isakan tangis yang nyaring kenapa tidak dia bisa mendengar Jennie berbicara
"ousshh!! demi seluruh bumi dan langit beserta isinya! tolong jawab aku Jennie! jangan cuma menyahut dengan suara tangisanmu coba katakan apa yang terjadi!?""hiks,, dia pergi lagi Rosie,,"
Rosie mengernyit mencoba menajamkan pendengarannya mendengar suara Jennie yang hampir seperti bisikan ia memandang Somi tanpa arti
"apa kau bilang? siapa yang pergi?"
"Kim Hanbin,
-Dia pergi meninggalkanku lagi""Astaga! kenapa lagi dengan brengsek itu?! kenapa dia meninggalkanmu lagi apa yang terjadi?"
tidak habis pikir dengan kelakuan Kim Hanbin yang selalu menyakiti Jennie ia berjanji kali ini ia yang akan turun tangan menghadapi Kim Hanbin, keterlaluan sekali lelaki itu, cukup kemarin ia berceramah panjang lebar membiarkan Jennie membuka hatinya, ternyata tidak salah perkataan Jennie, Hanbin memang lelaki brengsek"Kau dimana sekarang? aku akan kesana bersama Somi dan jelaskan semuanya, kirimkan alamatmu sekarang juga!"
---
"boleh aku menamparmu Jane? tanganku keram sekali ingin menampar pipimu!
"tampar aku sekeras kerasnya! bahkan jika kau mau,, bunuh aku sekarang juga, aku bingung pada diriku sendiri, aku sudah bingung menghadapi kehidupanku yang menyedihkan, aku sudah tidak pantas hidup! aku tidak pantas"
"lalu sekarang apa yang kau tangisi?! kau menyesal?!"
melihat Jennie yang tidak menjawab hanya menangis di pelukan Somi, ia mengatur nafasnya, mencoba merendam emosi untuk memaki setelah mendengar penjelasan Jennie barusan,
wanita ini benar- benar membuat seluruh tubuhnya dikuasai rasa kesal dan gemas ingin mengguncang tubuh Jennie sekencang kencangnya menyadarkan bahwa tindakannya pada Hanbin sangat keterlaluan"Aku juga akan berkesimpulan untuk meninggalkanmu jika aku jadi Hanbin, ia akan merasa jijik pada dirinya sendiri yang telah dibenci olehmu! ia merasa tidak pantas untuk hidup bersamamu karena kau berbicara se blak- blakannya menyebutnya menjijikan bahkan kau bilang tubuhmu terlalu berharga dan tidak pantas bercinta dengannya? Yatuhan,, sadarkanlah temanku yang keras kepala ini!
-sadarkah Jennie kau pantas untuk ditinggalkan! perkataanmu pedasmu sangat menyakitinya, bolehkan aku menjahit mulut sialan mu itu?! kau tega sekali!"
Jennie hanya menangis penampilannya sangat kacau ruangan tengah berantakan bekas sisa sisa cemilan, botol minuman,
seharian tadi ia berusaha melupakan kesedihannya dengan menonton film dan malah semakin menangisnya dia melihat kisah yang si wanitanya ditinggalkan mati oleh si priasaat Rosie datang ia ternganga melotot tidak percaya melihat ruangan yang tidak pantas disebut ruangan pantasnya disebut gudang! ia berteriak 'Kandang Babi' begitu melangkah masuk
debu bertebaran Rosie sampai tidak sudi duduk disofa yang kotor itu ia tetap berdiri menyilang tangannya di dada
"Sudahlah, beri jeda untuk Jennie tenang sebentar, kau dari tadi nyerocos berbicara tiada henti memarahinya, tidak puaskah kau tadi memaksanya bercerita, mengomel karena susah dihubungi dan memarahinya karena membiarkan Mirae dan Yuna, biarkan dia tenang sebentar,
-dan,, tolong duduk! aku sampai pusing melihat kakimu yang dari tadi tidak diam menahan pegal,"
Somi mengelus punggung Jennie yang bergetar karena menangis ia memandangnya sedih kasihan tega sekali Rosie yang tidak puas mulutnya tidak henti memarahi Jennie"kau tahu saja mulutku Somi, aku sangat gatal untuk memarahinya dia keterlaluan sekali, kau tahu! hampir dua minggu lalu aku menceramahinya dan semua perkataanku hanya di anggap angin lalu, sekarang dia merasakan akibatnya! Suaminya pergi meninggalkannya memuaskan hasratnya pada wanita lain mungkin"
"Sudahlah,, Rosie lihat matanya! seperti tersengat lebah Yatuhan Jennie,, matamu bengkak, kau mengerikan sekali sebegitu Cinta nya kah kau pada Suamimu, sampai menangis lima hari lima malam menangisi kepergiannya, tenanglah rilekskan tubuhmu,"
Somi membenarkan rambut Jennie yang berantakan mengusap air matanya"cepat mandi bersihkan dirimu dengan benar Jane,, kau mengerikan seperti orang gila! Somi dari tadi menahan nafasnya mencium aroma mulutmu yang berbau naga!"
Jennie menoleh sambil terisak memandang Somi pilu meminta penjelasan apa benar perkataan Rosie barusan"tidak! tidak benar, aku bersumpah mulutmu aman- aman saja, sekarang cepat mandi dan aku akan memasak makananmu," Somi membuang nafas kasar ia sungguh lelah menghadapi sikap Rosie hari ini, yang benar- benar aneh lebih tidak sabaran, banyak mengumpat, marah- marah bercerocos tidak jelas
"lihat rumahmu yang sangat berantakan! Yatuhan,, Jennie jorok sekali ini" Rosie memungut jijik pakaian yang bertebaran di atas meja
"osshhhh!!! aku bilang diam! biarkan dia mandi dan berhenti memarahinya, lihat! dia sudah sangat menyedihkan! tidak ada puasnya mulutmu itu!"
***
mohon mf, jika ada kata/penulisan yang salah typo misalnya
bodoamat,samatulisantulisangaje akyuuu yanggaknyambung alurnya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Sengklek! (Jenbin)
Fanfiction"Dasar Suami Sengklek!" Seseorang yang dulu Aku Cintai dia pergi meninggalkanku, bertahun lamanya tanpa kabar, membuatku ragu aku terlalu lelah menunggunya tanpa kepastian yang jelas, Kemudian kerinduanku berubah menjadi kebencian setelah seseorang...