Vote!
kalo ada niatan untuk memencet bintang di bawah pojok paling kiri Silahkan dengan senang hati melanjutkan story inih 💕***
Hanbin tersenyum lebar memasuki rumah ketika matanya langsung tertuju pada Jennie yang sedang menuruni tangga
istrinya yang ia cari sampai hampir pusing harus bagaimana lagi mencari kemana akhirnya wanita itu kembali ke rumah
tapi tunggu,,ada apa dengan Jennie, apa dia baik baik saja wanita itu terlihat menangis dan seperti sedang terburu- buru menuruni tangga.
Hanbin melebarkan langkahnya menghampiri Jennie segera memeluknya erat,
ia dibuat heran ketika Jennie malah berontak di pelukannya mencoba menghindar marah dengan sekuat tenaga"Brengsek!! Lepaskan aku!!!" teriak Jennie dengan tangisan berusaha mendorong tubuh Hanbin agar terlepas dari dekapannya
Plakk!!!
Hanbin melotot tidak percaya dengan tindakan Jennie yang tiba tiba menamparnya tanpa sebab
"AKU MEMBENCIMU SIALAN!! BRENGSEK! BAJINGAN KAU!!"
teriak Jennie penuh kemarahan"Jaga ucapanmu Jennie!" seru Hanbin tidak suka atas ucapan istrinya yang kasar.
mata Jennie menyipit muak membalas tatapan Hanbin"tidak ada yang berhak mengaturku dan begitupun denganmu!"
Jennie menghentakan kakinya kesal segera pergi dari hadapan Hanbin tidak lupa membawa kunci mobilnya segera keluar meninggalkan rumah terkutuk iniHanbin segera melebarkan langkahnya setengah berlari berusaha mengejar Jennie yang baru saja melewati pintu
berhasil meraih pergelangan tangan wanita itu, Jennie menepis kasarHanbin menghalangi langkah istrinya mencoba membujuknya agar tetap tenang
"Jennie apa yang terjadi? jelaskan padaku, kenapa kau tiba tiba menghilang dari rumah dan kau kembali, lalu sekarang kau pergi lagi?" Tanyanya heran atas sikap Jennie yang berubah drastis
ada apa sebenarnya yang membuat dirinya begitu berbeda"Menyingkir Hanbin!" desis Jennie tidak suka dengan Suaminya yang malah menghalanginya
Hanbin tidak mendengarkannya malah memegang kedua bahu Jennie mengguncangnya agar segera sadar bahwa perlakuannya membuat Hanbin bingung
"Sayangku,, Tatap mataku!!" ucapannya sedikit membentak"Don't call me damn darling!" Jerit Jennie memukul- mukul tubuh Hanbin kesal, rasanya tidak sanggup lagi berdekatan dengan Sialan ini
"Hei, please,, tatap mata aku tenang dulu lalu jelaskan apa yang terjadi?" ujarnya berusaha menenangkan Jennie yang keras kepalanya tiada terkalahkan siapapun
Hanbin menarik Jennie ke pelukannya tidak peduli walaupun wanita itu masih berontak marah
"Jane,, tenanglah, aku mohon jangan seperti ini,""Lepaskan tanganmu itu!! lepas Hanbin kau tuli?!" jerit Jennie frustasi, kesal karena tenaganya kalah kuat dengan dekapan Hanbin
"tidak!!" bantah Hanbin semakin mendekap Jennie
"Hanbin!! lepas brengsek!"
"aku tidak akan melepaskannya sebelum kau berhenti berkata kasar padaku"
"Sial! brengsek aku tidak sudi kau sentuh lepaskan! jauhkan tubuhmu Kim Hanbin! kau menjijikan bajingan! aku muak padamu brengsek!"
"aku tidak akan melepaskannya aku bilang! aku tidak mau melepaskannya sebelum kau tenang"
"pleasee Sayang,, tenang dulu"
"lepaskan Hanbin,," pekiknya melemah, Hanbin tetap tidak memperdulikan pemberontakan istrinya hingga pada akhirnya Jennie menyerah.
Wangi dan kehangatan tubuh pria itu membuatnya melemahia menangis dalam pelukan Hanbin menumpahkan segala rasa sedih dan kesal atas ucapan wanita itu tadi
Hanbin memejamkan matanya heran ada apa dengan Jennie? kenapa dia bisa sekasar ini kembali pada sikapnya seperti saat kembalinya Hanbin waktu itu
Jennie masih menangis dalam pelukannya bahkan mencengkram jas yang Hanbin kenakan dengan kuat melampiaskan seluruh ke kesalannya,
Jennie membenci dirinya yang kalah hanya dengan pelukan hanya dengan dekapan hangat atau tatapan lembut Suaminya ia mengaku kalah, ia tidak tahu harus bagaimana lagi saat ini terhipnotis akan seluruh pesona lelaki sialan ini
ia masih tidak percaya harus mencintai lelaki brengsek seperti Kim Hanbinsetelah dirasa istringa tenang sudah menguasai seluruh emosinya Hanbin mendorong sedikit tubuh Jennie untuk melihat wajahnya mengusap air matanya dengan lembut
"Sayang,, ada apa dengan dirimu hmm? bisa kau ceritakan padaku Jane?" Jennie menggeleng lemah hanya diam
karena bayangan wanita itu, ucapan wanita itu kembali menghantam pikirannyaJennie mendorong tubuh Hanbin kasar ketika Hanbin lengah menjaga tubuhnya Jennie mengabil celah untuk menghindar dan segera pergi, ia membuka pintu mobilnya melaju segera keluar gerbang menghiraukan teriakan Hanbin yang memanggilnya mencoba mengedor kaca mobilnya dengan perasaan cemas
meninggalkan rumah ini dengan setumpuk kesedihan, kesal dan muaknya pada dua orang yang sama brengseknya di rumah itu
Hanbin menendang pagar besi dengan kesal ia sangat takut memikirkan apa yang telah dilakukan im Seonji pada istrinya hingga menangis seperti itu, Jennie terlihat sangat terpukul menyimpan perihnya sendiri tidak membagi padanya sedikitpun
Hanbin segera berlari kedalam menghampiri gadis itu mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi---
Aku benci padamu Kim Hanbin Aku benci pria seperti dia demi tuhan kenapa aku bisa jatuh cinta pada lelaki brengsek seperti Kim HanbinJennie mencengkram stir dengan kuat terlihat jelas rahangnya mengeras segala macam bayangan KimHanbin dengan wanita itu terus memenuhi otaknya dan ia semakin menangis mengeluarkan air mata sebanyak banyaknya
ia tertawa kosong
kenapa aku harus mengalami rasa ini untuk kedua kalinya? rasa sakit yang terus memaksaku untuk mengeluarkan air mata
dia pria yang kini menjadi suamiku, setelah lama hanya merindu dari kejauhan setelah lama memendam rasa ini, tapi tetap lah dia masih bukan miliku, dia milik gadis itu
rasanya menyesakan hati, rasanya jauh lebih sakit dari pada saat itu, ternyata dia masih tetap menjadi pria brengsek!***
Kenapa aku nyuruh Vote? karena ya,, aku juga pengen tau siapa aja sih yang setia selalu nunggu kelanjutan cerita ini, 😘
makasih yang udah nyempetin bacaSalamku- baby Junghwan Treasure 💕
mohon mf, kalo ada kata/penulisan yang salah typo misalnya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Sengklek! (Jenbin)
Фанфик"Dasar Suami Sengklek!" Seseorang yang dulu Aku Cintai dia pergi meninggalkanku, bertahun lamanya tanpa kabar, membuatku ragu aku terlalu lelah menunggunya tanpa kepastian yang jelas, Kemudian kerinduanku berubah menjadi kebencian setelah seseorang...