Part 4 Kerja di Rumah Rio

30 8 0
                                    

"Ra kamu pulang dulu atau mau langsung ke rumah Aku??"
Tanya Rio pada Ira yang sedang membenarkan arah sepeda yang ia parkirkan di parkiran sekolah.

"Aku langsung aja ke rumah kamu Ri, biar pulangnya engga terlalu sore"

Jawab Ira dengan keadaan siap berangkat.

"Kamu engga mau naik motor sama Aku aja Ra??"

Tanya Rio dengan penuh harap supaya Ira mau pulang bareng dia.

"Engga Ri, kamu duluan aja. Kayaknya juga aku harus mampir dulu ke warung"

Elak Ira pada Rio. Karena menurut Ira sangat tidak sopan kalau harus boncengan sama anak tempat ia harus bekerja walaupun itu teman dari kecil.

"Yaudah deh, aku duluan. Hati-hati ya"

Pamit Rio dengan nada ketus.

Ira tahu Rio kesal karena ia tidak menuruti maunya, tapi Ira engga terlalu ambil pusing dia buru-buru berangkat ke rumah Rio menjalankan tugas dihari pertamanya.

"Kok Ira belum pulang ya bu?"
Tanya pak Izral pada sang istri.

"Masa bapak lupa, Ira langsung ke rumah pak Yovendra kerja. Kasihan anak kita pak"

Jawab bu Rina dengan nada sedih karena merasa bersalah dengan keadaannya membuat Ira harus bekerja setelah pulang sekolah.

"Bapak berangkat cari ubi dulu bu"

Pak Azril langsung pamit, karena dia tidak ingin istrinya tambah sedih dan menyalahkan diri sendiri .

"Eh mbak Ira, kok langsung kerja engga ganti pakaian dulu pulang ke rumah?"

Tegur Bibi yang sudah lama menjadi
pembantu rumah tangga di rumah Rio.

"Iya bi, aku engga mau nanti terlalu sore pulangnya. Udah engga sabar juga bisa kerja dihari pertama"

Ucap Ira dengan penuh senyuman pada bibi.

"Mbak udah makan??"
Tanya bibi lagi pada Ira.

"Udah kok bi, tadi aku bawak bekal ke sekolah"

Jawab Ira dengan penuh kejujuran.

"Yaudah semangat ya mbak Ira, jangan terlalu capek nanti sakit"

Kata bibi sembari berjalan meninggalkan Ira.

"Iya bi"
Ucap Ira dengan tangan sudah membersihkan debu-debu yang ada di vas bunga.

Ira bekerja dengan penuh hati-hati, karena ia tidak pernah melupakan pesan Ibunya kemarin.

"Kamu engga capek Ra??"
Tanya Rio yang dari tadi memperhatikan Ira dari depan pintu kamarnya.

"Engga lah Ri, namanya juga kerja ya begini. Engga boleh ngelu"

Jawab Ira dengan santai sambil menuntun sapu di lantai.

"Apa yang membuat kamu semangat??"
Tanya Rio dengan cepat.

"Ibu"
Jawab Ira dengan sepontan dan memberhentikan gerakan sapu yang ia pegang lalu menatap Rio.

"Kamu engga menghina ibuku juga kan Ri?"
Tanya Ira dengan pasti.

"Kamu apa-apaan si Ra. Jangan samakan aku sama orang-orang. Kamu itu teman aku Ra, jadi ibu kamu itu sama juga kayak keluarga aku."
Ucap Rio dengan nada tinggi dan wajah serius.

"Aku ke dapur dulu Ri, permisi"
Ucap Ira dengan langkah kaki meninggalkan Rio.

"Kasihan kamu Ra, harusnya kamu istirahat bukan malah bekerja. Semoga ibu kamu cepat sembuh dan semoga kamu benaran bisa wujudkan mimpi kamu. Biar kamu engga sedih terus"

Gumam Rio dengan kedua tangan dilipat di depannya.

Dreeet
Hp Rio bergetar pertanda ada yang chat di wa nya.

*Ayah*
"Ira jadi kerja engga nak??"

Tanya ayah ke Rio.
"Iya jadi yah. Itu lagi kerja, kasihan Ira yah"

Balas Rio seakan memberi isyarat ke ayahnya untuk jangan diberi pekerjaan yang berat-berat.

"Jangan suruh Ira pulang dulu ya sebelum ayah pulang. Ada yang mau ayah sampaikan ke Ira"

Balas pak Yovendra dengan cepat.

"Baik yah".
Rio hanya mengikuti perintah sang ayah.

"Ra mau aku bantu engga??"
Ucap Rio dengan langkah mendekati Ira yang sedang sibuk menata piring yang baru saja ia cuci.

"Eh engga usah Ri. kamu lupa ya, aku ini kan lagi kerja"
Jawab Ira dengan menolak tawaran Rio.

"Aku tu mau belajar, tapi lihat teman aku lelah kerja aku jadi engga tega, aku kasihan sama kamu Ra"

Kata Rio dengan ucapan yang sangat jelas dan dengan jujur.

"Jika aku mau mencapai impian yang bagus, maka aku harus bekerja keras"

Jawab Ira ketus. Karena dia tidak ingin dikasihani seperti itu. Baginya selagi ia bisa melakukannya akan ia lakukan, demi sang Ibu.

"Serah kamu Ra. Awas kamu sakit dan engga bisa ikut ujian"
Kata Rio dengan kesal.

"Pekerjaan ini aku niatkan untuk Ibuku, pasti diberkati"
Balas Ira ketus.

"Semangat ya Ra"

Ucap Rio dengan lemparan senyum penuh dukungan ke Ira. Rio bangga punya teman yang sekuat Ira.

"Sana kamu belajar, biar nanti kalau pintar bisa ngajarkan aku"

Balas Ira dengan langkah kaki meninggalkan Rio ke halaman belakang.

"Main pergi aja tu anak, kamu memang beda dari anak yang lain Ra. Aku bangga punya teman kayak kamu. Semoga aku bisa mandiri dan jadi pekerja keras kayak kamu. Aku malu jadi laki-laki kalau kalah kuat sama kamu Ra"

Gumam Rio sambil menatap Ira sampai tidak terlihat.

"Bu aku cape banget, tapi aku engga bisa kalau harus dengar cemoohan orang tentang ibu terus. Ibu harus sembuh, Ira akan berjuang bu"

Ira berbicara sendiri sambil beristirahat sejenak untuk menghilangkan lelah dan lanjut melakukan pekerjaan yang lain.

"Nak Ira"
Panggil pak Yovendra yang sudah berdiri di pintu belakang untuk mendekati Ira.

"Iya ada apa om? bentar lagi kerjaan Ira beres om"

Jawab Ira dengan langkah kaki menghampiri pak Yovendra.

"Bagus kerjaan kamu Ra, tapi om mau bilang sesuatu ke Ira"

Ucap pak Yovendra dengan memberikan arahan ke Ira untuk duduk di kursi yang ada di halaman belakang.

"Om mau bilang apa om, jangan berhentikan Ira ya om. Ira sangat butuh pekerjaan ini"

Jawab Ira dengan cepat, karena ia takut jika ia tidak bisa bekerja lagi.

"Eh bukan itu, om mau bicara tentang gaji kamu. Ira mau dikasih per hari atau bagaimana"
Kata pak Yovendra dengan pasti ke Ira.

"Oh itu om, Ira mau per bulan aja om. Biar Ira bisa nabung. Karena kalau untuk biaya sehari-hari Ira punya pemasukan dari jual ubi om. Nah gaji ini mau Ira tabung untuk keperluan lain om"

Balas Ira dengan memastikan keputusannya.

"Baiklah kalau begitu. Kalau kerja Ira udah beres boleh langsung pulang. Kamu pasti lelah, baju sekolah aja belum diganti. Lain kali bawak baju ganti ya kalau mau langsung kerja, takutnya baju sekolah kamu kotor."

Kata pak Yovendra sambil berlaju meninggalkan Ira.

Mimpi Untuk Ibu(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang