Luka akibat kecelakaan yang Ira alami sudah terlihat kering. Ia senang karena besok ia sudah bisa untuk kembali bekerja.
Dengan perlahan memberi obat pada lukanya, tiba-tiba sang Ibu mendekatinya.
"Nak kamu lagi ngapain?"
Tanya Ibu Ira dengan meraba-raba tempat yang Ira duduki."Eh Ibu, aku lagi mengobati luka ku bu. Alhamdulillah sudah hampir sembuh"
Jawab Ira langsung menuntun Ibunya untuk duduk di sampingnya.Mereka berbincang-bincang dengan penuh kasih sayang. Seakan hidup mereka tidak ada rintangan apapun.
"Jadi bagaimana pa?"
Tanya Radit dengan papanya yang tampak serius."Kamu tenang saja. Pokonya nanti kita semua ke rumah Ira"
Jawab Papa Radit ke anaknya.Jarum jam menunjukkan pukul 9 pagi, Ira merasa sangat bosan di rumah dengan keadaan yang belum bisa bekerja. Ia sudah tidak terbiasa jika berdiam di rumah seperti itu.
Dengan langkah kaki yang masih susah untuk berjalan, Ira mendekati kertas bertuliskan mimpi-mimpinya.
Saat melihat banyaknya tulisan dalam kertas yang ia tempel, perlahan butiran air matanya mengalir. Ira mengingat sang Bapak yang tertuliskan dalam kertasnya. Ia merasa bahwa ia gagal memberi kebahagiaan ke sang Bapak. Semua terlambat, takdir sang Bapak berkata lain.
Namun Ira memahami, bahwa semua sudah diatur oleh sang maha kuasa.
"Walau Bapak tidak merasakannya lagi bersama kami nanti. Pasti Bapak melihat dari sana"
Hisak tangisnya mulai terdengar sembari tangan mengelus semua tulisan mimpi-mimpinya."Saat ini Ira sudah tidak berkeliling lagi jualan, semua karena kebaikan Bapak terhadap orang tua Radit. Ira akan bekerja keras supaya tidak membuat mereka kecewa"
Ira berbicara seakan sedang bersama sang Bapak, walaupun pada kenyataannya ia hanya berbicara oleh sebuah kertas yang tertempel di di dinding kamar.Saat air mata cukup membasahi wajahnya, ia mentap tulisan yang tertulis nama Karin. Air mata yang tadi mengalir segera ia hapus dengan lengan baju miliknya.
"Kamu akan melihat pembuktian dari ku"
Sepontan ia mengatakan hal itu dengan wajah penuh amarah saat mendapatkan nama itu.Pikiran Ira sudah terpenuhi dengan semua ingatan atas perbuatan Karin terhadapnya selama sekolah sampai yang terakhir yang paling membuatnya terhina yaitu mengenai sapu tangan sang Bapak.
Sungguh tidak ada kata maaf lagi untuk Karin bagi Ira. Ia benar-benar sudah terasa sakit oleh semua perbuatan Karin.
Ira langsung mengobrak tasnya mencari sebuah pena.
"Jika aku teluka saat ini, maka kedepannya kamu akan aku buat sangat kaget dan sangat membutuhkan ku"
Ucap Ira sembari melingkari nama Karin yang sudah tertulis dalam kertas itu."Maaf Karin. Aku jahat karena ajaran kamu"
Ira kembali berkata seakan tengah menghadapi Karin yang sedang menyesal akan prilakunya.Dengan ekspresi penuh rasa emosi, rasa dendam. Ira dikejutkan oleh seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.
Ia langsung mengembalikan posisi alat tulisnya dengan rapi dan mengembalikan ekspresi seakan ia sedang tidak mengingat apa-apa.
"Kamu Lin, ada apa?"
Melihat kedatangan Alina yang sudah berada di depan kamarnya ia langsung mengajak Alina untuk masuk mengikutinya duduk di kamar miliknya."Maaf ya Ra aku baru lihat sekarang. Aku baru dikabari Rio kalau kamu kecelakaan"
Karin menjelaskan semua penyebab ia tidak melihat Ira saat di runah sakit, serta memberi tahu alasan kenapa ia tiba-tiba main ke rumah Ira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Untuk Ibu(Tamat)
General FictionTidak peduli seberapa tinggi mimpi yang Qoirah miliki. Yang terpenting baginya adalah apa yang ia lihat dalam mimpi malamnya akan ia dapatkan secara nyata demi sang Ibu. Event_35hari_thebwwhydraksi