Semerbak senyuman mawar di taman menyertai rasa bahagia Ira yang sedang ia tunggu-tunggu dari dahulu.
Sebelum Ira menemani sang Ibu ke rumah sakit ia mengajak Ibunya untuk menikmati kesejukan yang ada di taman pinggir jalan yang tidak terlalu jauh dari rumah sakit.
Ia mengeluarkan banyak cerita di sana bersama sang Ibu. Ia melontarkan banyak pertanyaan untuk sang Ibu jika nanti Ibunya sudah mampu melihat Ira. Iya Ira belum memberi tahu bahwa hari ini adalah hari di mana ia akan mengoprasi mata Ibunya.
Sebelum Ira mengatakan perihal operasi hari ini, ia ingin mengetahui hal apa yang diharapkan Ibunya saat membuka mata nanti.
"Pastinya Ibu mau melihat betapa cantiknya anak Ibu"
"Apakah hanya itu?"
Tanya Ira setelah mendapat jawaban dari Ibunya.Akhirnya sang Ibu mengatakan apa saja yang sangat ingin ia lihat.
"Tidak lupa setelah melihat kamu, Ibu mau melihat rumah abadi Bapak kamu"
Mendengar ucapan itu Ira langsung diam, ternyata selama ini Ibunya masih memikirkan tentang itu, walaupun sudah sangat lama ia tidak melihat Ibunya bersedih tentang Bapaknya."Apa Ibu tidak mau melihat toko tape ubi kita?"
Balas Ira dengan tujuan mengalihkan kesedihan itu menjadi senyuman kembali."Ra"
Ucap Radit yang tanpa Ira ketahui kapan ia berada di samping Ira."Kamu Dit, dari mana?"
Ira langsung mengubah raut wajahnyabyang sedikit kaget menjadi sangat terima kehadiran Radit."Aku habis lari pagi Ra, kebetulan tadi terfokus ke kamu dan Ibu"
Jelas Radit yang memang terlihat menggunakan pakaian ala orang yang melakukan lari pagi."Tumben ke sini sama Ibu Ra?"
Tanya Radit yang memang ia belum pernah mendapatkan Ira jalan-jalan oleh Ibunya."Iya aku hanya mau cari kesejukan sama Ibu"
Balas Ira yang sedikit meyakinkan Radit.Ira menuliskan sesuatu di kertas yang ada di tas miliknya.
Aku akan bawa Ibu ke rumah sakit untuk operasi mata. Tapi sebelum ke rumah sakit, aku ingin mengetahui dahulu keinginan apa yang diharapkan Ibu jika nanti ia melihat.
Membaca tulisan yabg ada di kertas dari tangan Ira membuat Radit tersenyum dan mengajukan jempol tangannya ke Ira.
"Aku ikut"
Bisik Radit ke Ira dengan mendadak.Ira sedikit kaget dengan suara yang tiba-tiba mendarat sangat kecil di telinganya. Namun ia mengangguk menyetujui permintaan Radit. Karena Ira pikir Ibu juga harus melihat Radit yang telah menbantu Ira mencapai toko yang ia miloki sekarang.
"Mau ke mana Ra?"
Tanya Ibu Ira yang sedikit bingung saat posisinya telah berada di kursi roda."Ibu ikuti Suster dan berdoa semoga berhasil"
Masih sedikit bingung, namun suster telah mendorong kursi tersebut membawa Ibu Ira memasuki ruang operasi.Dengan suasana penuh ketakutan, harapan, dan lainnya membuat Ira mondar mandir di depan ruang operasi.
Melihat Ira yang tidak tenang dari tadi, Radit langsung berdiri dan mendekati Ira.
"Tenang Ra, ayo duduk dan berdoa yang terbaik"
Ajak Radit ke Ira, karena ia juga pusing melihat Ira yang seperti itu.Cukup lama penantian yang Ira rasakan. Saat keringat penuh berbagai rasa telah menghembus kulitnya. Lampu tanda operasi selesai membuat Ira menghela nafas dan penuh rasa syukur.
"Silahkan masuk untuk melihat pasien"
Ucap seorang Suster yang tengah berada di pintu masuk ruang operasi.Sudah terlihat mata sang Ibu tertutup sebuah kapas. Ira tersenyum melihat operasinya berjalan lancar, ia segera mendekati Ibunya dan berbicara ke Dokter.
"Semua telah selesai, saatnya membuka kapas yang masih menutup mata Bu Rani"
Kata Dokter dengan penuh penjelasan ke Ira.Ira menyetujui semua yang Dokter lakukan, sampai tiba saatnya mata Ibu Ira perlahan membuka menembus cahaya yang tidak pernah ia lihat.
"Alhamdulillah"
Ucap Ira dan Radit dengan serentak.Mata sang Ibu telah terbuka, Ira memajukan kakinya untuk lebih mendekati Ibu.
Pandangan Ibunya langsung ke Ira dan langsung Ira balas dengan senyuman penuh rasa bahagia.
"Ibu"
Ira langsung menangkup tubuh Ibunya yang masih berbaring namun kali ini telah mampu melihat wajah Ira dan keadaan dunia yang sesungguhnya.Air mata bahagia tengah menyertai pelukan keduanya.
"Anak Ibu benar-benar cantik"
Selah sang Ibu ditengah pelukan dan tangis bahagia yang sedang dirasakan."Ibu senang?"
Tanya Ira yang perlahan melepas pelukannya dan menatap mata Ibunya."Terimakasih sayang"
Senyum yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Ira sangat bahagia menyaksikan hal itu."Selamat ya Bu"
Tiba-tiba Radit mendekati Ira dan Ibunya.Ibu Ira sedikit bertanya-tanya dia siapa, namun sebelum kata tanya itu terucap, Ira segera menjelaskan tentang radit ke Ibunya.
"Terimakasih ya nak Radit"
Ibu Ir langsung menyambut tangan Radit, ia benar-benar ingin mengucapkan rasa terimakasih atas semua yang telah ia lakukan untuk nya dan Ira.Tetesan suatu yang bening kembali keluar dari mata yang Ibu Ira.
"Andai Bapak kamu juga bisa melihat Ibu sekarang"
Ucap Ibu Ira yang kembali mengingat suaminya yang telah lama meninggal.Pikirannya tengah berputar mengitari masalalu yang ia lewati bersama suaminya.
"Andai dulu Ibu bisa melihat seperti saat ini, Ibu pasti bisa menolong Bapak kamu nak"
Kata penyesalan dari Ibunya kembali Ira dengarkan. Ira sangat tidak menyukai hal itu. Ia sesegera mungkin menghapus air matanya dan Ibunya."Tersenyumlah, karena pesan Bapak terakhir yaitu Ira harus membuat Ibu tersenyum"
Ucap Ira sembari menebarkan senyum manis ke Ibunya.Ira langsung memenuhi keinginan Ibunya yang ia katakan sebelum ke rumah sakit yaitu melihat makam Bapaknya.
Karena Radit masih setia menemani Ira dan Ibunya, jadi menuju Makam Bapak Ira mereka menumpangi mobil Radit, tentu bukan permintaan Ira melainkan itu adalah harapan Radit yang telah berbicara ke Ira. Ira pun menyetujui penawaran Radit karena ia tahu mata Ibunya masih harus dijaga.
Pemandangan yang sangat membuat Ira terharu. Ia tahu bagaimana perasaan Ibunya yang sama sekali belum melihat wajah Bapaknya namun saat mampu melihat hanya bisa menatap makam yang sudah sangat bagus.
Ira diamkan dulu Ibunya melepaskan semua perasaannya, namun ia juga tidak mampu menahan air mata miliknya.
"Ra, kuatkan Ibu"
Ucap Radit yang sedikit berbisik ke Ira, karena ia tidak sanggup melihat kesedihan dari Ibu Ira, begitupun melihat Ira yang hanya terpaku diam.Mendengar saran Radit, Ira mendekati Ibunya dan merangkul pundak sang Ibu.
"Bapak ingin Ibu tersenyum, kita juga harus buat Bapak tersenyum. Ayo kita doakan Bapak"
Ucap Ira secara halus ke Ibunya.Tanpa sepotong kata Ibu Ira mengikuti ucapan Ira. Ia sangat khusyuk mengirimkan doa untuk suaminya. Ia hanya ingin suaminya melihat betapa bahagianya ia dibuat Ira. Hal yang ia harapkan mampu Ira kabulkan.
"Terimakasih sayang, saat ini pencapaian mimpimu akan Ibu bantu. Kamu tidak berjalan sendirian lagi"
Ucap Ibu Ira dengan menangkup tubuh mungil Ira dan mengecup kening anak kesayangannya.Pelukan hangat yang selalu Ira senangi sekarang bertambah senyuman bahagia yang tidak ternilai oleh rasa yang sangat ia syukuri.
Menyaksikan keduanya membuat Radit tersenyum dan memilih menjauhkan langkahnya untuk membiarkan keduanya menikmati kehangatan dan kebahagiaan yang selama ini belum pernah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Untuk Ibu(Tamat)
General FictionTidak peduli seberapa tinggi mimpi yang Qoirah miliki. Yang terpenting baginya adalah apa yang ia lihat dalam mimpi malamnya akan ia dapatkan secara nyata demi sang Ibu. Event_35hari_thebwwhydraksi