Part 26 Beasiswa

9 2 0
                                    

"Brukkkk"
Tiba-tiba Ira menabrak seseorang, ternyata itu adalah Nia, ia baru ingin keluar dari pabrik.

"Nia maaf benar-benar engga sengaja"
Ucap Ira yang mengambil semua barang Nia yang sudah berada di lantai.

"Santai aja Ra, kok kelihatannya semangat banget hari ini?"
Tanya Nia yang menyelidik ke Ira.

"Hari ini kan senin, aku juga engga tahu mau buru-buru pokoknya ke pabrik"
Balas Ira yang senyum ke Nia.

"Yaudah masuk gih, semoga ada kabar baik hari ini"
Ujar Nia yang sedikit menutup mulutnya yang membuat Ira sedikit aneh maksud Nia apa.

Ira benar-benar bersemangat hari ini, bukan hal lain yang membuatnya semangat. Ia telah mendapat ide menarik tadi malam, jadi ia ingin buru-buru mendesain di pabrik dan melihatkan ke atasannya.

"Selesai"
Ucap Ira senang saat desainnya yang ia siapkan tadi malas telah terselesaikan.

Ira langsung menuju ruangan atasannya. Ia tidak sabar menanti penilaian tentang desainnya.

Tapi ia sedikit menunggu, karena terlihat di dalam ruangan atasannya sedang kedatangan tamu penting.

Ira memilih untuk kembali lagi ke ruang kerjanya dan melihatkan desain saat atasannya sudah santai di ruangan.

"Ra udah sarapan?"
Tanya Nia yang baru saja mendekat ke tempat duduk Ira.

"Iya sudah tadi, kerja sana nongkrong terus"
Balas Ira karena dari tadi ia lihat Nia belum melakukan pekerjaannya.

"Aku mau lihat wajah senang kamu"
Ketus Nia yang segera pergi meninggalkan Ira.

Ira lagi-lagi engga mengerti ucapan Nia yang dari tadi membuatnya memiliki banyak pertanyaan.

"Ah sudahlah, lanjut lagi aja"
Ucap Ira yang menepis semua pikirannya.

Jam makan siang telah tiba, Ira melirik ke arah ruangan atasannya yang terlihat masih tertutup rapat. Akgirnya Ira memilih mengeluarkan bekalnya dan menunda lagi niatnya untuk memberikan desainnya.

"Ow jadi makan engga nawarin aku lagi"
Ketus Nia yang tiba-tiba kembali datang menemui Ira dan membawa bekal seperti Ira.

"Ayo makan"
Ucap Ira singkat.

Saat sedang asik menyantap bekal yang ia miliki, Ira langsung melirik ke arah pintu ruangan atasannya yang terlihat ada orang yang keluar.

"Alhamdulillah"
Ketus Ira yang lupa kalau ada Nia di dekatnya.

"Kenapa Ra?"
Tanya Nia yang sedikit bingung.

Ira memukul sedikit dahinya, ia keceplosan. Ia sengaja tidak ingin memberi tahu Nia, ia hanya ingin langsung berusaha sendiri.

"Nia aku tinggal sebentar ada urusan"
Ucap Ira yang berlari kecil meninggalkan Nia yang tengah kebingungan.

Ira memperlambat langkahnya saat telah berada di depan ruangan atasannya. Ia sedikit ragu dan kembali menatap desain miliknya.

"Ibu semoga desain Ira berhasil membuat pabrik ini bangga"
Gumam Ira yang seakan memeluk kertas hasil desain nya.

Sedikit bingung akan kedatangan Ira, karena Ira memang jarang berkomunikasi langsung ke atasannya.

"Benaran ini kamu yang buat sendiri? Benar ide kamu?"
Tanya atasan Ira yang penuh tatapan serius membuat Ira sedikit gemetar.

Ira menjelaskan semua kenap ia sampai membaut desain itu. Ia mengatakan dengan jujur bahwa sebelumnya ia mendapat kekuatan untuk lebih semangat karena kedatangan temannya yang menbuat dirinya merasa tidak sendiri dan tidak takut lagi.

Jadi Ira memutuskan ingin menghasilkan desain baru yang akan ia tunjukkan ke atasannya sebagai alasan bahwa ia benar-benar akan serius dengan pabrik pembuatan bahan serta pembuatan pakaian yang ia tempati saat ini.

Mendengar semua penjelasan Ira yang sangat membuat atasan itu sangat puas. Ia langsung tersenyum dengan Ira.

"Good job"
Ucap atasan itu sembari mengulurkan tangannya ke Ira untuk mengucapkan terimakasih dan selamat atas karyanya.

"Pukul 2 siang nanti kamu datang lagi menemui saya, ada yang akan saya sampaikan"
Sambungnya kembali dan mengarahkan Ira untuk kembali bekerja.

Melihat Ira yang senyum bahagia dari ruangan itu, Nia dan Alina yang mengintip di ruangan samping ikut merasa bahagia.

"Pasti sesuai harapan kita"
Ucap Alina yang mengarahkan tangannya untuk saling bahagia dengan Nia.

Ira langsung kembali bersemangat mengerjakan pekerjaannya. Ia tidak ingin mengecewakan pabrik yang telah menerimanya dengan mudah tanpa mengetahui pengalamannya dimasa lalu.

Pukul 2 siang telah tiba, Ira membereskan semua pekerjaannya dan segera menrmui atasannya kembali sesuai perintah.

"Silahkan masuk"
Suara sang atasan yang mendengar Ira memberi salam.

"Silahkan duduk"
Tanpa bertele-tele Ira langsung mengikuti perintah si atasan.

"Saya ingin menanyakan tentang kamu sebelumnya"

Deg
Denyut jantung Ira berjalan dua kali lipat dari sebelumnya. Ia paling takut jika tempatnya bekerja menanyakan masalalunya yang belum sama sekali ada pengalaman dibidang yang sesuai ketentuan pabrik ini.

Dengan rasa penuh keberanian Ira membuka mulutnya dan menceritakan semua kehidupannya. Ia tidak ingin ada yang ditutupi, dari ia di kampung sampai alasan ia kekota ia ungkapkan ke atasannya yang tengah serius mendengarkan semua tentang Ira.

"Oke, berarti kamu pernah sekolah"
Tanya si atasan kembali

"Iya pak, saya tamat Sma"
Jawab Ira cepat.

"Sebenarnya, yang boleh bekerja di pabrik ini hanya yang lulusan Sarajana atau paling tidak Diploma."
Ucap atasan Ira.

"Maaf pak, maksud bapak?"
Tanya Ira yang kurang memahami yang dibicarakan atasannya.

"Sebenarnya kamu tidak bisa bekerja di sini."
Sambungnya kembali dengan penuh keseriusan.

"Jadi saya dipecat pak?"
Tanya Ira cepat.

Atasannya hanya diam dan masih menatap Ira dengan serius, sedangkan Ira tengah prustasi mendengar ucapan atasannya tadi.

"Saya akan membuat kamu menjadi sarjana agar tetap bisa di pabrik ini"
Ujar atasan itu disusul oleh senyuman ke Ira.

"Tapi saya tidak bisa pak untuk kuliah"
Sambung Ira yang tahu dirinya tidak akan mampu membayar kuliah.

"Desain kamu bagus, kamu hanya perlu mengeluarkan ide-ide bagus lainnya dan mngharumkan pabrik ini. Jadi mulai besok saya akan memasukkan kamu ke kampus di dekat sini, biaya ditanggung pabrik ini"

Mendengar penjelasan itu Ira langsung mengangkat kepalanya dengan sangat kaget akan ucapan atasannya.

"Saya dapat beasiswa pak?"
Tanya Ira yang telah mengeluarkan air mata dan diiringi senyum bahagia."

Atasannya tidak menjawab, namun ia hanya mengangguk menandakan bahwa yang Ira katakan adalah benar.

"Alhamdulillah ya allah"

Ira langsung sujud syukur di lantai dekat kursinya dan mengulurkan tangan berterimakasih pada sang atasan mengenai semua itu.

"Yang benar?"
Tanya Alina yang tiba-tiba Ira ajak ketemu untuk mengatakan semua rasa bahagianya itu.

"Selamat sayang"
Alina langsung memeluk Ira. Ia sangat merindukan tawa bahagia Ira itu. Terakhir ia lihat yaitu waktu Ira membuka toko. Sekarang baru ia mampu kembali melihat Ira tertawa begitu bahagia.

"Alhamdulillah"
Ira menuliskan ucapan itu di kertas mimpinya yang memang ada tulisan mengenai kampus.

Ira melingkari mimpinya itu menandakan ia telah berhasil mendapatkannya.

Ira berharap, setelah ia bisa menjadi sarjana nanti, nama yang selalu orang hina akan ia harumkan dengan begitu indah.

Mimpi Untuk Ibu(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang