Senyuman Ira mengikuti indahnya cahaya terang bulan dimalam hari. Ira memegang kertas lusuh yang tertulis mimpi-mimpinya yang telah ditambah banyaknya coretan pencapaian.
Rio mendekati Ira dan mengusap puncak kepala Ira. Rio merasa senang melihat kemajuan sang istri. Ia juga bahagia bisa terus menemani Ira saat sedih dan senang.
"Sekarang tahu kan kalau menyerah bukanlah jalan keluar?"
Ucap Rio yang membuat Ira menatapnya penuh hangat."Semua karena kamu mas."
Balas Ira yang menggenggan erat tangan Rio."Rio tersenyum melihat Ira yang tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
"Kamu memang hebat. Aku hanya jembatan kecil yang menemani agar kamu berjalan lurus."
Sambung Rio yang tengah berdiri menjauh dari Ira.Rio mengambil semua berkas untuk Ira kembali menyelesaikan studi doctornya.
"Sedikit lagi kamu sampai ke puncak tulisan kamu sayang."
Ucap Rio yang membaca beberapa berkas di tangannya."Alhamdulillah. Yaudah sekarang bantu aku periksa semuanya ya mas. Besok harus melihat keputusannya."
Balas Ira yang sudah mengambil setengah berkas di tangan Rio.Malam semakin larut, Cantika merasa bosan belajar sendiri dan belum disapa oleh mama papanya sebelum tidur. Akhirnya ia memilih untuk masuk ke kamar Ira dan memecahkan suasana kefokusan kedua orangtua nya.
"Huuu. Mama papa lupa sama Tika."
Ketus Cantika yang tanpa permisi membuka pintu. Wajahnya terlihat kesal saat mendapati orangtuanya yang sangat sibuk."Eh sayang. Maaf kan mama ya."
Ucap Ira yang langsung mendekati Cantika yang masih berdiri di dekat pintu kamar.Rio melihat istri dan anaknya. Ia sengaja belum bergerak dari tempat duduknya. Ia ingin melihat apa yang akan dilakukan putrinya.
"Mama baik, aku sayang mama."
Cantika sengaja memuji Ira untuk membuat Rio cemburu. Ia pun menambahkan ciuman di kening Ira, matanya menatap Rio yang seolah tidak tahu bahwa ia di sana."Mama tidur sama aku aja, papa udah jahat ke aku."
Gerutu Cantika yang semakin kesal."Oh jadi papa jahat."
Balas Rio yang mendekati Cantika yang berada di pelukan Ira.Tanpa menjawab apapun tiba-tiba ia memeluk kedua orangtua nya.
"Cantika engga suka mama sama papa lupakan Cantika sendiri."
Ucapnya yang sudah meneteskan air matanya."Sayang, jangan nangis. Sini papa bisikin."
Rio memilih menjelaskan ke Cantika melalui bisiskan. Agar ia mampu membuat Cantika lebih mudah mengerti."Yaudah Cantika sayang mama papa. Kerjanya jangan sampai kelelahan. Cantika bobok sama bibi dulu ya."
Cantika mengerti atas semua penjelasan Rio. Ia mencium kening mama papanya bergantian dan langsung keluar menghampiri si bibi yang akan membantunya membereskan persiapan tidur.***
Dengungan azan menjadi alarm bagi Ira. Ia selalu tepat waktu membangunkan semua seisi rumah untuk beribadah dan menyiapkan semua yang akan dilakukan hari ini."Mama engga capek?"
Ucap Cantika yang menggeliat saat dibangunkan Ira.Cantika tahu Ira dan Rio tadi malam tidur sudah sangat larut. Ia merasa mamanya perlu tidur lebih lama untuk kembali beraktivitas.
"Sayang, capek engga capek kita harus lawan untuk jalankan ibadah. Ayo bangun sama mama."
Balas Ira yang telah berhasil membawa Cantika ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengajaknya untuk sama-sama beribadah.Ditengah kesibukan dunia pendidikan, Ira juga harus sibuk mengurus persiapan ulang tahun Cantika, butik, semua yang akan dilakukan saat melakukan ibadah ke tanah suci, dan mengontrol perpustakaan yang telah bercabang di perkampungannya.
Ira selalu semangat, karena Rio juga tidak membiarkan Ira sendirian mengurus semuanya.
"Yaudah biar aku yang membicarakan ke pegawai perpustakaan untuk mengontrol semuanya selama kita tidak di rumah."
Ucap Rio yang langsung disetujui oleh Ira.Sebelum melakukan banyaknya kesibukan Ira harus fokus menanti keputusan mengenai berhasil atau tidak ia meraih gelar Doctor.
"Iya setelah ini saya ke sana untuk menjelaskan semuanya ke kamu."
Ucap Ira yang tengah berbicara dipanggilan oleh karyawan butiknya di seberang sana.""Deg."
Ira tertegun dengan detak jantung yang sangat takut, penasar akan pencapaian pendidikan terakhirnya.Papan nama pengumuman telah di depan matanya. Ia memejamkan sebentar matanya dan kembali melihat satu persatu nama yang tertulis.
"Alhamdulillah ya allah. Ibu, Ira berhasil."
Ira meneteskan air matanya tanpa sadar karena kebahagiaannya benar kembali nyata."Gimana sayang?"
Tiba-tiba Rio telah berada di samping Ira. Ia tahu Ira akan melihat pengumuman, apa pun hasilnya sebagai suami ia harus berada di samping Ira untuk menjadi sandaran terbaik buat ira."Aku berhasil mendapat gelar Doctor."
Ucap Ira dengan nada yang sangat senang. Ia memeluk Rio begitu erat. Baginya semua juga berkat orang terdekatnya.Tanpa berlama-lama, Rio dan Ira telah kembali pergi menyelesaikan urusan mengenai butik yang akan mereka titipkan ke karyawannya.
Tidak perlu datang ke semua butik, Ira cukup meminta pegawainya datang ke butik utama dan membawa semua catatan mengenai butik saat ini.
"Baiklah, tolong jangan ada yang tidak fokus. Saya dan suami saya tidak ingin kalian mengecewakan kami."
Ucao Ira yang sangat tegas saat ia akan memberikan semua ide kepada pegawai-pegawai kepercayaannya.Rio langsung mewakili Ira untuk memerintahkan semua yang harus para pegawainya lakukan selama Ira di tanah suci.
Bukan hanya perintah. Pegawai-pegawai harus membuka pikiran luas untuk mencerna ide yang telah Ira gambarkan.
"Silahkan tanyakan jika masih mengganjal di hati kalian."
Ucap Ira setelah semua telah Rio jelaskan.Semua tentang butik sudah dibereskan sesuai kehendak. Ira berharap semoga pegawainya tidak mengecewakan dan menjalankan tugas sesuai amanah.
Urusan pekerjaan selesai, Ira dan Rio kembali sibuk menata persiapan ulangtahun Cantika. Mereka melakukan semaksimal mungkin agar Cantika bahagia dan ingin ditinggal untuk mereka berangkat ke tanah suci.
Kue yang tidak terlalu mahal, namun juga tidak terlalu murah. Ira dan Rio sengaja tidak memberikan fasilitas yang begitu mewah ke Cantika. Mereka tidak ingin Cantika terbiasa kehidupan mewah dari kecil. Ira menginginkan keluarganya tetap sederhana walau materi yang mereka dapatkan memang sudah lebih dari kesederhanaan.
"Putri kita pasti suka banget."
Ucap Rio ditengah hiasan indah di ruang keluarga sembari menanti Cantika pulang bermain ke rumah Alina.Mereka sengaja membuat Cantika ke rumah Alina agar mereka bisa menyiapkan semuanya di rumah. Dengan senang hati Nia dan Karin turut menjaga kemana pun Cantika pergi.
Memang Ira belum begitu yakin dengan Karin, namu ia mencoba melupakan perbuatan Karin dan memandang sifat Karin yang sekarang.
"Mama papa aku sayang kalian."
Ucap Cantika yang tengah bahagia mendapat kejutan dari orangtuanya.Ia ikut menangis saat melihat air mata bahagia Ira jatuh.
"Tumbuhlah jadi anak yang soleha sayang dan juga pantang menyerah seperti mama."
Ucap Rio yang membalas pelukan Cantika dan menambahkan ciuman di kening putri kesayangannya."Alhamdulillah."
Ucap Ira penuh senyuman bahagia melihat kelurga kecilnya dan semua orang yang dulu menghinanya sekarang tersenyum bahagia di rumahnya. Ia yakin jika Ibunya masih ada momen ini akan jauh lebih indah. Namun Ira hanya memilih untuk mengajak anak yatim piatu dari panti berdoa bersama dihari ulangtahun putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Untuk Ibu(Tamat)
General FictionTidak peduli seberapa tinggi mimpi yang Qoirah miliki. Yang terpenting baginya adalah apa yang ia lihat dalam mimpi malamnya akan ia dapatkan secara nyata demi sang Ibu. Event_35hari_thebwwhydraksi