Tepat 3 tahun Ira hidup di kota, bekerja di pabrik, dan menjalankan sarjana dibiayai pihak pabrik.
Di beberapa bulan belakang Ira juga telah berhasil membuat rumah sendiri walau itu masih sangat kecil jika dilihat di perkotaan.
Ira terus menggali bakat desainnya melalui lomba-lomba untuk mendapatkan banyak pengalaman dan penghargaan untuk memudahkannya menyelesaikan akhir semesternya di kampus.
Di semester terakhir ini Ira cukup menguras tenaga. Lelah saat kerja, dilanjutkan lelah untuk berpikir menarik strategi mampu mencapai nilai baik dari semua Dosen.
"Ra kamu sibuk ya beberapa hari ini?"
Tanya Rio yang sedang menunggubIra untuk mengantarnya ke pabrik. Rio memang telah menyelesaikan studinya di luar negeri. Mengetahui ayahnya yang menikah lagi, ia memilih hidup di kota mengikuti Ira dan Alina. Ia membuat berbagai usaha di kota dan juga menjabat sebagaindirektur di sebuah perusahaan yang ia kelola dengan ilmu yang telah ia peroleh di luar negeri."Iya aku harus kejar target pekerjaan dan juga laporan"
Jawab Ira lesu."Semangat dong, ini kan udah di penghujung jalan. Masa mau nyerah"
Ucap Rio memberi semangat. Ia sangat mengetahui apa yang tengah Ira rasakan. Dirinya yang hanya fokus kuliah saja hampir menyerah, bagaimana dengan Ira yang harus disampingkan dengan pekerjaan."Pasti engga nyerah. Kalau aku nyerah aku berarti gagal mencapai mimpi untuk Ibu ku."
Balas Ira yang mengunci pintu rumahnya.Hanya ada keheningan yang terjadi selama perjalanan. Rio sangat ingin berbicara, namun melihat Ira yang terlihat sangat lelah membuatnya membiarkan Ira menenangkan dirinya.
Saat keluar dari mobil Rio menuju pintu pabrik, tiba-tiba mereka dikagetkan dengan keberadaan Alina dan juga Nia.
"Kok kamu kerja sih Ra?"
Ujar Alina yang kaget dengan kedatangan Ira."Kan aku pegawai di sini, jadi ya kerja Lin"
Jawab Ira yang juga bingung kenapa Alina berbicara seperti itu."Kamu harus ke perlombaan yang Nasional itu. Kamu lupa hari ini pengumuman, barang kali kamu menang. Sayang kan hadiahnya besar loh"
Jelas Alina yang membuat Ira mengingat kembali."Aku harus kerja. Di sana belum tentu aku menang, sedangkan di sini aku menjalankan tanggung jawab"
Jawab Ira yang langsung masuk meninggalkan teman-temannya."Serah deh"
Ketus Alina kesal.Ira sangat berharap memenangkan lomba itu, namun tadi malam ia bermimpi bahwa ia dihina dengan desain yang sangat tidak memuaskan juri. Ira tidak ingin mimpi itu benar terjadi, karrna itu ia lebih memilih bekerja dan memikirkan laporan kuliahnya. Ia ingin cepat-cepat wisuda dan bisa fokus ke dunia kerja.
"Engga.... Aku yakin aku bisa, jangan..jangaaaaaaaannn"
Tuba-tiba Ira membuka matanya dengan nafas yang sesak."Mimpi lagi"
Ketus Ira yang mengatur nafasnya untuk kembali normal."Kamu kenapa Ra?"
Tanya Nia yang mendekati Ira karena kaget akan suara teriak Ira barusan."Kamu kok bisa ketiduran Ra?"
Sambungnya kembali yang belum juga mendapat sahutan dari Ira."Hiksssss"
Ira tiba-tiba memeluk Nia, namun segera pelukan itu direbut oleh Alina.Melihat Ira yang tengah menangis takut, Alina langsung memutar badannya untuk mendekati Ira. Padahal ia memiliki urusan penting dengan atasan pabrik tempat Ira bekerja.
"Lin aku takut"
Ucap Ira dengan hisak tangis yang semakin bertambah."Minum dulu, tenangi diri kamu sudah itu baru cerita ke aku."
Balas Alina yang perlahan memberikan minum untuk Ira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Untuk Ibu(Tamat)
General FictionTidak peduli seberapa tinggi mimpi yang Qoirah miliki. Yang terpenting baginya adalah apa yang ia lihat dalam mimpi malamnya akan ia dapatkan secara nyata demi sang Ibu. Event_35hari_thebwwhydraksi