Pukul 06 pagi. Ira buru-buru berangkat ke toko, ia harus mengejar target atas kerugian yang kemarin. Dengan semangat bagi yang begitu menggebu ia dengan lincah memutar sepeda miliknya. Melewati jalanan yang masih cukup sepi, serta hisapan kesegaran alam yang masih sangat nikmat ia hirup.
Di pertengahan jalan melewati taman, ia melihat ada keluarga yang olahraga pagi sama-sama. Ira memberhentikan sebentar dan tersenyum melihat pemandangan itu. Ia menutup matanya sebentar untuk berkhayal bahwa yang di posisi anak itu adalah ia. Namun saat khayalan itu ingin berjalan terlalu jauh ia segera sadar untuk cepat-cepat ke toko, takunya rezeki bisa di rebut ayam.
Sembari memutar sepeda, Ira sekali-kali bernyanyi untuk semangat bagi dirinya. Ia membayangkan wajah Ibu dan Bapaknya. Dengan senyuman yang begitu manis Ira seakan menari-nari di atas sepedanya.
Dengan kekuatan super cepat, ia langsung menata tape ubi yang akan dijual. Tidak lupa ia memperhatikan kebersihan yang ada di toko. Ira tahu kalau yang namanya tempat makanan yang dinilai pertama adalah suatu kebersihan.
Pekerjaan membereskan semua yang di toko telah usai, saat ini ia tinggal menunggu pengunjung toko dan memperbaiki penampilan yang cukup bernatakan karena beres-beres.
"Udah cantik"
Ira mendengar ucapan itu saat ia sedang sibuk merapikan penampilannya di depan kaca yang ada di toko.Dengan cepat Ira menoleh ke sumber suara. Ia cukup malu saat ada orang yang melihat ia sedang repot di depan kaca.
"Kok kamu ke sini Ri?"
Ia langsung bertanya saat mendapati bahwa suara tadi adalah suara Rio. Ia sedikit menutupi wajah malunya. Apa lagi Rio senyum-senyum saat melihat tingkah Ira."Aku mau borong"
Ucap Rio dengan cepat."Kalau mau ambil aja, aku ga mau dong teman sendiri disuruh beli. Engga asik banget"
Ira langsung membalas ucapan Rio. Ia tidak menanggapi ucapan Rio kalau ingin memborong.Rio berdesik kesal melihat Ira yang menganggapnya main-main. Rio langsung memegang kedua bahu Ira membuatnya berhadapan dengan Ira.
"Coba tatap aku. Lihat dengan teliti, perhatikan dengan jelas"
Ira langsung mengikuti ucapan Rio, Ira benar-benar engga paham maksud Rio. Ia sedikit degdegan saat menatap Rio, padahal mereka berteman udah dari kecil. Tapi Ira masih merasa tidak pantas berteman dengan Rio, karena Rio merupakan anak orang yang cukup kaya menurut Ira, sedangkan Ira sendiri berbanding terbalik sama keadaan itu.
"Ada tampang main-main engga?"
Rio memecahkan lamunan Ira yang berdesih keras mencari tahu maksud Rio."Engga ada"
Dengan polosnya Ira menjawab pertanyaan Rio.Rio sedikit kesal dengan kepolosan Ira. Ia melepaskan Ira dan mengacak rambut miliknya.
"Ra aku serius mau borong"
Ucap Rio dengan cepat ke Ira.Ira melongo melmndengar ucapan Rio. Lalu ia mengelilingi Rio, yang diikuti dengan tatapan seakan mencari sesuatu.
Melihat semua itu Rio langsung kebingungan.
"Kenapa sih Ra?"
Tanya Rio cukup penasaran."Kamu tu buat aku bingung, untuk apa tape sebanyak ini?"
Tanya Ira dengan penuh wajah keseriusan."Aku mau berangkat Ra"
Ucap Rio pelan sambil berjalan mendekati kursi."Berangkat?"
Ira kaget dengan ucapan Rio. Dia benar-benar bingung maksud Rio itu apa.Rio menjelaskan ke Ira bahwa ia hari ini akan berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan kuliah.
Mendengar semua penjelasan Rio membuat Ira terdiam. Jelas saja Ira sedih, karena ia tidak akan memiliki teman lagi. Yang lebih membuatnya sedih, saat Rio sudah di sana pasti tidak akan memberi kabar ke Ira lagi. Lalu ketika pulang nanti pasti Rio tidak akan menganggapnya teman lagi.
Melihat Ira yang hanya diam tanpa respon, Rio mengarahkan pandangan Ira untuk menatapnya.
"Ra kamu itu teman aku dari kecil. Jadi walaupun aku engga di sini lagi aku tetap teman kamu"
Rio mengetahui apa yang Ira pikirkan. Ia juga takut di sana engga mendapatkan teman yang cocok. Tapi ia tidak ada pilihan lain, ia harus melanjutkan pendidikannya.
"Hmm"
Alina tiba-tiba mengagetkan kedua teman nya yang sepertinya sedang sangat serius. Ia langsung duduk di antara kedua teman nya."Nah untung kamu datang ke sini, jadi bisa bantu bereskan toko Ira. Kalian berdua harus antar aku ke bandara"
Dengan lurusnya Rio mengatur kedua temannya. Ia tidak ingin mendengar jika temannya tidak bisa ikut karena alasan kerja, karena itu ia memutuskan memborong dagangan Ira dengan alasan sebagai ole-ole nanti. Padahal mana mungkin Rio membawa tape ubi ke luar negeri, apa lagi dengan jumlah yang banyak.
Tanpa penolakan sedikitpun, Ira langsung menyiapkan tape yang Rio pesan. Dengan teliti ia menata tape itu. Karena ia takut nanti di perjalanan jatuh jika tidak ditata rapi.
Melihat Ira yang sangat percaya bahwa Rio akan membawa tape itu ke luar negeri membuat Rio senyum-senyum sendiri. Ia tidak habis pikir kalau Ira benar-benar sangat polos.
Semua sudah berhasil mereka bereskan. Tinggal berangkat menuju rumah Rio membantunya merapikan barang. Setelah itu mereka akan pergi ke bandara.
Ira langsung mengeluarkan sepeda miliknya untuk segera pergi. Namun kegiatannya itu hanya diketawai oleh Rio dan Alina. Mereka benar-benar engga habis pikir ke Ira, masa Ira naik sepeda sendiri sedangkan mereka baik mobil. Benar-benar hal konyol.
Rio langsung mengambil alih sepeda itu dari tangan Ira, sedangkan Alina segera menarik tangan Ira untuk masuk mobil milik Rio.
"Lah nanti pulang gimana?"
Tanya Ira yang kebingungan."Diam Ra, ikut aja"
Ketus Alina yang kesal akan tingkah Ira.Tidak banyak pembicaraan mereka di mobil. Tidak terasa sudha tiba di rumah Rio.
Turun dari mobil telah mendapatkan Ayah Rio yang sepertinya juga akan pergi. Melihat Ayahnya yang sudah terlihat rapi dan buru-buru Rio langsung penasaran.
"Ayah ada pekerjaan penting. Kalian nanti ditemani bibi. Nak tolong antar Rio ya"
Belum sempat Rio bertanya, sang Ayah sudah menjelaskan terlebih dahulu. Tanpa bisa membalas apa pun, Ayahnya sudah langsung pergi meninggalkan mereka.Mengetahui kesedihan yang Rio rasakan, Ira langsung berinisiatif untuk membangkitkan senyuman Rio lagu.
"Ayoo beres-beres nanti telat"
Ira langsung menarik tangan kedua temannya. Ia langsung mencari kamar Rio, Ira sudah terbiasa masuk rumah Rio karena iti ia sudah paham akan ke mana.Persiapa Rio sudah siap diangkat ke mobil. Penuh canda tawa dari mereka bertiga. Bermain dengan terbahak-bahak membuat mereka tiba dipenghujung waktu. Mereka langsung berabgkat menuju bandara untuk mengantar Rio.
Di tengah perjalanan baru terasa akan kesedihan melanda ketiganya. Mereka saling bertatapan satu sama lain. Dengan rasa yang sudah tidak tertahan Rio meneteskan air matanya dan menangkup pundak kedua temannya.
"Kalian doakan aku ya. Jangan lupa kalian jaga Ayahku"
Ucap Rio seolah berpesan oleh kedua temannya.Waktu begitu cepat berlalu, mereka telah berada di gerbang keberangkatan Rio. Satu per satu Rio memeluk temannya. Dengan penuh rasa kesedihan ia berpamitan.
"Ra, ingat kamu jangan pernah bersedih. Semangat gapai mimpi, ada Ibu yang harus kamu perjuangkan"
Pesan Rio ke Ira saat sedang bersalaman untuk segera melangkahkan kaki menuju pesawat.Ira dan Alina hanya bisa bergandengan dan meneteskan air mata saat menyaksikan Rio yang sudah hampir tidak terlihat di pesawat.
"Semoga tidak lama kita akan kembali berkumpul"
Ucap Alina ke Ira sambil berpelukan seakan saling menguatkan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Untuk Ibu(Tamat)
General FictionTidak peduli seberapa tinggi mimpi yang Qoirah miliki. Yang terpenting baginya adalah apa yang ia lihat dalam mimpi malamnya akan ia dapatkan secara nyata demi sang Ibu. Event_35hari_thebwwhydraksi