Part 29 Ungkapan

9 2 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu selama ini akhirnya Ira dapatkan. Ia benar-benar tidak menyangka bisa sampai diposisi sekarang. Mimpi yang tertulis jelas di kertasnya hari ini ia wujudkan.

Ira tengah sibuk merapikan pakaiannya di depan kaca kamar rumah miliknya.

"Udah cantik"
Ucap Alina yang senyum-senyum menyaksikan Ira sangat semangat melewati hari ini.

"Ehhhh, bukan mau cantiknya kok. Aku engga nyangka bisa memakai pakaian seperti ini."
Balas Ira yang tersenyum malu.

"Selamat ya Ra. Kamu memang teman aku yang luar biasa."
Ucap Alina memeluk Ira.

"Aku yang terimakasih. Semua juga dukungan kalian, jika tidak ada kalian mungkin aku tidak mungkin ada di kota ini."
Balas Ira kembali.

Ira telah berada di perjalanan bersama Rio dan Alina. Mereka benar-benar terbaik untuk Ira. Mereka menyaksikan semua perjalanan Ira. Merekalah yang menggantikan keberadaan kedua orang tua Ira.

"Bu, Ira akan diwisuda hari ini. Ira sarjana hari ini bu."
Batin Ira yang membuat air matabya mengalir seketika.

Mimoi yang benar-benar mimpi bagi Ira. Tidak pernah sebelumnya terbayang bahwa ia bisa kuliah seperti yang lain bahkan ia tanpa mengeluarkan uang sedikitpun.

Ira benar-benar berterimakasih pada pihak pabrik, mereka sangat membantu mewujudkan mimpi Ira.

"Alhamdulillah."
Ucap Ira yang menangis saat keluar dari gedung wisuda dan telah membawa nama sarjana.

"Temanku luar biasa cantik."
Ketus Alina yang takjub melihat Ira keluar dengan toga dan lambang sarjana yang ia bawa.

"Eh Rio mana?"
Tanya Ira saat tidak menyaksikan Rio di dekat Alina.

"Aku ingin mengulangi keseriusanku yang dulu sempat kamu tolak."
Ucap Rio yang tiba-tiba duduk di depan Ira. Rio menampakan cincin yang sangat inda di hadapan Ira.

Melihat semua yang Rio lakukan, Ira tidak mampu berkata apa pun. Ira senang, namun juga sedih bahwa ia bisa menyaksikan semua yang ada hari ini.

"Tidak mungkin."
Tiba-tiba Radit mendorong Rio yang tengah duduk berlutut melamar Ira.

Mereka semua kaget dengan maksud dari Radit. Tiba-tiba ia datang dan melakukan hal seperti itu.

"Apa-apaan sih."
Rio langsung mencekam kera baju Radit.

"Ira punya ku, tidak pantas kamu lakukan hal semacam ini."
Jawab Radit dengan sorak mata yang tajam.

"Cuiiiih. Dari dulu kamu menghalangi biatan ku. Plakkkkk"
Rio tidak mampu menahan emosinya dengan tingkah Radit.

"Kamu gila ya?"
Cetus Karin yang berada di belakang Radit.

Entah bagaimana bisa mereka semua hadir di acara istimewah bagi Ira, yang jelas Ira sangat kecewa dengan tingkah mereka semua.

"Kalian jahat."
Cetus Ira dan langsung berlari menjauhi mereka.

"Ra"
Panggil Rio yang mendapati Ira tengah duduk seorang diri di taman pinggir jalan kota.

"Pergilah."
Balas Ira singkat.

"Hemm."
Tiba-tiba Radit berdehem mendekati Ira dan Rio.

Melihat mereka kembali mendekat Ira segera berdiri dan berniat ingin pergi lagi. Ira benar-benar bingung menghadapi mereka, sudah jelas Ira sama sekali tidak mungkin berada di kehidupan antara Rio dan Radit untuk lebih dari kata teman. Ira sangat berbeda dibanding mereka.

"Tunggu."
Rio langusung menahan tangan Ira untuk tidak berjalan kemana-mana.

"Aku minta maaf Ra, aku hanya cemburu. Tapi sekarang aku tahu keseriusan Rio. Maaf kan persaan ini Ra, namun walau bagaimanapun, aku harap jangan berniat benar-benar pergi dari aku. Tetap menjadi Ira temanku dari dulu hingga saat ini bahkan selamanya."
Ucao Radit mengeluarkan semua yang ada dipikirannya.

Radit ikhlas saat melihat keseriusan Rio. Ia sadar bahwa yang benar-benar tulus untuk Ira adalah Rio.

"Bagus. Ayo pulang."
Ketus Karin yang senang mendengar keputusan Radit. Karin benarcbenar tidak menginginkan untuk bersaudara dengan Ira. Ia tidak ingin Radit yang selalu ada untuknya akan menggantikan posisi itu untuk Ira.

"Tunggu."
Ujar Ira saat Karin dan Radit beranjak pergi.

Tanpa melirik sedikitpun ke Karin, Ira langsung mendekati Radit.

"Terimakasih banyak atas kebaikan kamu."
Ucap Ira yang sudah kembali diiringi butiran bening yang keluar dari matanya.

"Sttttt. Ini hari bahagia kamu. Jangan menangis, kamu adalah temanku."
Ucap Radit yang mengusap tangis Ira dan memberikan senyum keikhlasan untuk Ira.

"Jangan berhenti di sini. Gapai semua impian kamu, saat ini kamu telah ditemani orang yang sangat tulus buat kamu Ra. Jangan disia-siakan. Ia akan membawa kamu untuk terus menyenangkan kedua orang tua mu yang tengah menyaksikan semua kegiatan kamu."
Ucap Radit yang mengelus puncak kepala Ira dan langsung menarik Karin untuk pergi.

Ira senang hari ini ia mengetahui perasaan Radit yang selama ini untuknya. Di balik sikapnyayang pemaksa, ternyata ia  sangat mulia. Ira tersenyum mengingat semua prilaku Radit dan membalikkan badannya untuk mendekati Rio dan Alina di dekat tempat ia tadi duduk.

"Awww."
Rintih Ira yang menabrak Rio yang telah kembali berlutut du depannya.

"Ra aku serius."
Ucap Rio yang telah yakin dengan keputusannya sekarang.

Ira bingung jarus jawab apa, ia ingin sekali mengungkapkan semua perasaannya ke Rio namu bibirnya kaku. Iya lebih memilih menggelengkan kepalanya dan memutar badannya.

"Kamu kenapa sih tetap engga mau akui perasaan kamu?"
Ucap Alina kasar ke Ira karena ia tahu Ira berbohong tidak menginginkan Rio.

"Kalau kamu mau, kamu saja Lin. Tolong jangan paksa aku."
Balas Ira yang berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Alina.

"Kamu seseorang yang jujur dari kecil. Kenapa saat ini kamu bohongi perasaan kamu Ra?"
Tanya Alina tajam, ia benar-benar kesal dengan tingkah Ira.

"Hikssss"
Ira tertunduk dan menangis mendapatkan perlakuan itu dari Alina.

Ia memang ingin mengungkapkan hal yang sama ke Rio. Namun ia tahu dirinya siapa.

"Berhenti membedakan kehidupan Ra."
Ucap Rio yang kembali menarik tangan Ira.

"Aku tidak ingin lagi membiarkan kamu berjuang sendiri. Aku akan mememani kamu selamanya Ra."
Sambung Rio meyakinkan Ira.

Ira melirik ke arah Alina dan dibalas anggukan oleh Alina.

"Aku engga sebanding sa-"
Ucapan Ira terpotong saat tangan Rio berhasil menutup mulutnya.

"Berhenti mengatakan itu. Kamu spesial bagiku."
Ucap Rio yang membuar pipi Ira yang telah merona semakin merona. Ira sangat senang.

"Aku mohon beri jawaban."
Ucap Rio yang kembali menyodorkan cincin yang ia siapkan.

"Bismillah."
Ucap Ira yang diiringi anggukan dan senyuman dihadapan Rio.

Melihat hal itu Alina turut berbunga. Ia sangat bahagia melihat dua temannya telah mengungkapkan perasaan masing-masing. Alina juga tidak lagi merasa khawatir terhadap Ira. Ia yakin dengan semua yang akan Rio lakukan untuk Ira.

"Terimakasih Ra."
Ucap Rio yang tersenyum bahagia dengan semua jawaban Ira. Ia sangat senang mulai saat ini Ira benarcbenar menjadi miliknya, dan ia akan tenang jika Ira telah menjadi bagian hidupnya.

Rio tidak perlu khawatir lagi dengan kesendirian Ira di kota dan melewati semua tntangan hidup.

Begitupun Ira. Ia menangis bahgia hari ini. Ia telah mendapatkan kata sarjana dan ia mendapatkan keluarga sebenarnya kembali.

Ira sangat berharap Ibu dan Bapaknya menyaksikan apa yang Ira rasakan saat ini.

Mimpi Untuk Ibu(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang