Senyuman Ibu Ira sangat terlihat berbeda pagi ini. Ia lebih bahagia dan lebih bersemangat. Terlebih saat ia bisa menghabiskan waktu bersama anak kesayangannya.
Ira memutuskan untuk mengajak Ibunya ikut ke toko yang sudah resmi menjadi miliknya. Ia tidak akan ragu lagi mengerjakan apa pun di toko, karena posisinya bukan seorang karyawan lagi.
Ira mengubah semua pembukuan tentang toko. Baginya hari ini ia memulai dari sebuah catatan kosong yang harus tertuliskan mengenai banyaknya hasil penjualan.
Sama seperti biasa, pembeli yang mendatangi toko Ira terus berlalu lalang. Masih belum waktunya untuk tutup, namun persediaan tape Ira sudah menipis.
Melihat jarum jam yang masih cukup lama jika harus tutup, Ira menutuskan untuk kembali ke rumah mengambil stok tape yang belum ia kasih bumbu. Ia berbiat untuk membawa semua tape yang ada di rumah ke toko, Ira rasa saat waktu tutup tape itu sudah habis, walaupun belum habis pasti tinggal sedikit. Lagi pula ia tidak ibgin nebgecewakan pelanggannya.
"Bu, aku izin pulang ambil tape sebentar ya"
Ucap Ira yang pamitan pada Ibunya. Ira yakin bahwa Ibunya tidak akan masalah di toko, karena semenjak ia buka toko itu tetangga yang di toko sebelah juga terlihat baik ke Ira.Ibu Ira selalu menyetujui apa yang Ira ingin lakukan, selagi Ira tidak kecewa maka Ibunya tidak akan melarang. Baginya Ira sudah segalanya dan harus ia bahagiakan.
Tanpa menunda-nunda waktu Ira menyiapkan sepedanya dan langsung berlaju pulang.
Di tengah jalan ia ingat bahwa tadi sebelum berangkat tidak memberi tahu Ibunya tempat uang hasil penjualan. Namun ia kembali berpikir bahwa pasti Ibunya akan mengetahui sendiri.
Ira terus memutar sepedanya dengan secepat mungkin, ia tidak ingin jika nanti ada yang datang ke toko tapi kecewa karena tape yang diinginkan habis.
Melewati barisan mobil dan motor yang sedang menanti lampu hijau membuat Ira sedikit kehilangan waktunya. Ia sedikit kesal terhadap orang yang mengambil jalur jalan untuk pengemudi sepeda. Namun tiada guna jika ia marah di tengah jalan.
Dengan penuh kesabaran, di bawah terik matahari yang sangat terpancar panas, Ira terus menanti jalanan bisa dilewati.
Semua tape sudah ia masukkan ke dalam sebuah toples. Ia langsung cepat-cepat mengikatnya ke sepeda agar tidak jatuh.
Dengan kecepatan tenaga yang tergesa-gesa, ia mempercepat laju sepedanya untuk niatan agar cepat samapi di toko. Entah kenapa perasaan yang Ira rasakan sangat memerintahnya untuk cepat tiba di toko kembali.
"Kok buru-buru Ra"
Terdengar suara seseorang yang menegur kegiatan Ira yang super cepat.
Ira langsung menoleh ke sumber suara tersebut, ia mendapatkan Radit yang tengah memperhatikan Ira."Eh kamu Dit, ia aku ninggalin Ibu sendiri di toko, mangkanya mau buru-buru"
Jelas Ira dengan memberhentikan laju sepedanya untuk menjawab pertamyaan Radit."Aku boleh ikut ke toko Ra?"
Radit kembali bertanya dengan nada pasti ke Ira."Boleh lah Dit, ayo ikut"
Balas Ira dengan cepat. Padahal sebenarnya Ira tidak ingin jika Radit ikut. Karena saat bersama Radit itu Ira merasa terlalu dipaksa oleh Radit. Namun jika ia tidak mengizinkan, ia sudah tahu apa yang bakal Radit lontarkan. Ira sudah sangat memahami Radit.Dengan waktu yang tidak terlalu lama mereka telah tiba di toko. Ira segera membungkus semua tape yang baru saja ia ambil.
Radit bersalaman dengan Ibu Ira, lalu saat melihat Ira yang sangat tergesa-gesa membungjus semua tape yang cukup banyak, Radit langsung mengulurkan tangannya untuk membantu pekerjaan Ira.
Ira sedikit kurang enakan saat Radit selaku membantunya. Ia merasa ini bujanlah pekerjaan Radit. Namun ia tidak berabi menegur karena pasti akan dipakasa oleh Radit.
Dengan gesit mereka bekerja sama menyelesaikan bubgkusan semua tape dan menatanya satu per satu menjadi barisan yang rapi dan menarik.
Ira izin ke Radit untuk meninggalkannya ke belakang sebentar, karena ia harus membersihan segera tempat yang digunakan alat pembawa tape tadi.
Saat melakuakan semua pembersihan itu Ira melirik sekali-sekali ke depan. Ia lihat Radit sedang fokus ke handphone sedangkan Ibunya masih tetap fokus ke jahitan yang ada di tangannya.
Semua telah beres, Ira langsung menghampiri keduanya dan sedikit merapikan merk tape ubinya.
Melihat keadaan toko sudah rapi, Ira berniat untuk mencatat tentang berapa pengeluaran dan pemasukan toko hari ini.
Namun saat membuka buku yang tersimpan di bawah lemari kaca tokonya, ia tidak menemukan uang yang tadi ia simpan sebelum berangkat pulang.
Ira terlihat sedikit kebingungan dan mencoba mengobrak abrik ingatannya serta keadaan di sekitar buku.
Melihat Ira yang sangat bingung, Radit penasaran apa yang Ira lakukan.
"Kamu cari apa Ra"
Tanya Radit yang benar-benar ingin tahu karena juga bingung dengan wajah panik Ira.Ira menjelaskan mengenai uang yang tadi ia simpan. Mendengar semua itu Radit turut ikut mencari, karena menuruy Radit Ira hanya lupa tempat menyimpannya.
"Coba ingat-ingat lagi Ra"
Ucap Radit seolah tidak percaya jika uang itu memang hilang. Karena saat tiba mereka menemui Ibu Ira yang duduk dengan kegiatan msnjahit di depan toko.Ira benar-benar ingat tempat ia menyimpan uang itu. Ira benar-benar bingung dan langsung mengeluarkan air mata kecemasan. Itu adalah uang pertama dari tokonya, namun semudah itu hilang.
Saat bertanya ke Ibunya juga mengatakan tidak melihat. Ira duduk diam dengan posisi tangan memijat kepalanya yang terasa pusing akan tempat ia menyimpannya.
Melihat keadaan itu, Radit juga terus berpikir kira-kira uang itu di mana. Seketika Radit mengingat bahwa ia pernah memasang sebuah sisi tv kecil yang ia sambung ke handphonenya.
Radit langsung memberi tahu Ira. Ia langsung mengajak Ira menyaksikan keadaan toko saat ditinggal pulang sebentar tadi.
Dugaan Radit benar, bahwa tadi ada orang yang datang ke toko tanpa sepengetahuan Ibu Ira.
Terlihat jelas bahwa ada dua orang laki-laki mengobrak abrik buku yang berisikan simpanan hasil penjualan. Di sana juga terlihat Ibubya sedang menjahit walau ada orang yang mengambil uang milik Ira.
Sedikit lamunan dalam diri Ira. Radit menemukan Ira tengah terdiam di belakang. Ia tahu apa yang Ira pikirkan.
Radit mendekati Ira. Ia memberi penjelasan ke Ira bahwa di balik semua yang terjadi akan ada pelajaran tersendiri.
Radit menyodorkan uang dari saku jaket miliknya. Namun dengan kata yang sangat jelas Ira menolak hal itu.
Bagi Ira itu adalah pelajaran untuk jangan menyimpan sesuatu dengan sembarang. Serta ia tahu mulai hari ini ia harus memasang sisi tv untuk berjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Untuk Ibu(Tamat)
General FictionTidak peduli seberapa tinggi mimpi yang Qoirah miliki. Yang terpenting baginya adalah apa yang ia lihat dalam mimpi malamnya akan ia dapatkan secara nyata demi sang Ibu. Event_35hari_thebwwhydraksi