Suara rengek Cantika Citra Mahendra sudah menjadi pendengaran seharichari Ira. Ia selalu mengutamakan semua tentang Cantika, terkadang Rio suka sedikit cemburuan namun ia hilangkan secepatnya rasa itu.
"Capek engga?"
Tanya Rio yang tengah melihat Ira sibuk menenangkan dan menyiapkan semua keperluan Cantika."Engga, harus semangat."
Balas Ira yang masih melakukan kegiatannya.Rio tersenyum tipis melihat istri dan anaknya. Rio merasa malas untuk pergi meninggalkan mereka ke kantor, ia sangat menanti weekend untuk habiskan waktu bersama putri kecilnya.
Semua kegiatan untuk Cantika telah Ira selesaikan, sekarang ia merebahkan tubuhnya untuk istirahat sebentar sebelum si kecil kembali terbangun.
"Cekleeek"
Tiba-tiba ia dikagetkan oleh Rio yang tiba-tiba kembali pulang ke rumah padahal baru beberapa jam berangkat ke kantor."Loh kok pulang lagi?"
Tanya Ira yang langsung bangun mengubah posisinya menjadi duduk."Tadi karyawan kita di butik yang baru telpon. Dia mau bicara tentang semua rancangan yang baru dia bilang kurang sesuai sama arahan kamu."
Jelas Rio yang cepat dipahami oleh Ira."Ya terus gimana mas?"
Ira terlihat bingung harus lakukan apa, ia mau ke sana tapi Cantika masih belum waktunya untuk diajak keluar."Nah itu dia, mas kan belum bisa jagain dedek. Dia masih sangat kecil."
Balas Rio yang sama bingungnya.Ira mondar-mandir berpikir, sedangkan Rio tengah mendekati putri kecilnya yang sedang terlelap sangat cantik.
"Halo, masih mendengar suara saya?"
Tanya Ira pada seseorang karyawan kepercayaannya di seberang panggilan sana."Jadi bagaimana, apa sudah paham sama semua yang saya maksud?"
Tanya Ira kembali setelah ia menjelaskan semua mengenai keadaan butik yang harus semua karyawan lakukan agar semua kembali membaik sesuai prediksi rancangan Ira."Tapi saya rasa tetap akan kurang berjalan dengan baik bu."
Balas karyawan itu.Ira membuang nafas seketika mendengar perkataan karyawannya. Ia sedikit kecewa, harapannya tentang karyawan tidak sesuai. Ira diam sebentar untuk kembali berpikir bagaimana menangani karyawannya.
"Sudah sini handphone nya biar aku bicara."
Melihat Ira sedikit badmood membuatnya mengambil alih masalah butik."Biar saya jelaskan di sana. Tunggu saya, jangan dulu dibuka. Paham?"
Rio bicara dengan nada yang sangat tinggi, sehingga membuat karyawan itu menjawab dengan terbatah-batah."Jelaskan ke aku apa yang harus dilakukan, biar nanti aku terangkan dengan detail kesemua karyawan."
Ucap Rio yang sudah sangat serius.Rio cukup kesal dengan semua karyawan Ira. Mereka telah terpilih, namun masih mengecewakan istrinya dan membuat pusing dalam keadaan istrinya kelelahan mengurus bayi kecilnya.
Ira telah menuliskan semua rancangan yang ia maksud secara jelas agar karyawannya tidak salah lagi. Tidak lupa ia memberikan keterangan ke Rio yang sangat mudah Rio pahami apa maksud yang Ira inginkan.
"Baiklah. Jaga diri ya mas berangkat dulu."
Ira langsung menyalami tangan Rio yang telah buru-buru berangkat.Ira kembali ke posisinya semula, membaringkan kembali tubuhnya yang terasa lelah.
"Kasihan mas Rio, pekerjaan kantor jadi dinomor dua kan gara-gara pekerjaan ku."
Batin Ira yang berpikir apa yang harus ia lakukan.Ira tahu melepaskan kegiatan butik ke karyawan memang tidak mudah. Semua tidak akan sama dengan apa yang selalu dikontrol sendiri. Tapi Ira tidak bisa berkata lain, ia tidak bisa membagi dirinya menjadi beberapa potong untuk mengontrol semuanya.
Ira benar-benar bingung apa yang harus ia lakukan untuk membebaskan suaminya dari pekerjaan butik agar fokus ke kantor saja. Ira juga takut, jika butik tidak dikontrol denga baik nanti akan terjadi seperti toko nya di masa silam, ia sangat menjauhi hal itu.
"Assalamu'alaikum. Saya ingin bicara penting sama kamu, tolong ke rumah saya sekarang juga ya."
Ucap Ira yang tengah menelpon sekretaris kepercayaannya di butik utama miliknya."Baik bu, 5 menit lagi saya berangkat."
Balasnya yang langsung berkemas melaksanakan ucapan Ira.Tidak perlu waktu lama, ia telah tiba di rumah Ira dan mendengarkarkan semua penjelasan Ira.
"Tapi bagaimana saya membagi waktunya bu?"
Tanya sekretaris itu bingung saat Ira memerintahkannya mengontrol butik barunya."Silahkan kamu coba pikirkan. Nanti jika kamu berhasil mengikuti semua instruksi saya, saya akan menambah gaji kamu."
Balas Ira kembali, ia yakin sekretarisnya bisa mencari cara membagi waktunya. Karena Ira tahu sekretarisnya belum terikat oleh pekerjaan rumah tangga.Suara mobil Rio memasuki garasi rumahnya sangat terdengar jelas di pendemgaran Ira. Ia langsung keluar kamar dan membukakan pintu untuk suaminya, ia tidak sabar untuk mendengar semua kabar tentang butik miliknya.
"Bagaimana?"
Tanya Ira langsung sebelum menyapa atau yang lainnya ke Rio.Melihat Ira yang sangat antusias dengan butiknya membuat Rio jadi sedikit kesal. Tanpa menjawab ia langsung melewati Ira dan menghampiri buah hatinya.
"Kok engga jawab?"
Tanya Ira yang telah berada di samping Rio."Kamu engga percaya sama aku? Kamu engga yakin ke aku?"
Tanya Rio yang serius menghadap Ira membuat Ira sedikit bingung dan takut."Ma-maksudnya?"
Balas Ira dengan terbatah-batah."Sini, dengari aku."
Rio langsung menuntun Ira untuk duduk di sampingnya di sofa kamar."Masalah yang saat ini terjadi, kalau sudah aku ikut campuri biar aku yang mengaturnya, biar aku yang memikirkannya."
Jelas Rio tegas."Lah kok kayak gitu?"
Tanya Ira bingung."Aku engga kamu sedih, bingung, setres, dan lainnya. Jadi kamu cukup fokus ke Cantika dan kuliah kamu."
Jelas Rio yang menghapus air mata Ira yang tidak sengaja keluar karena takut saat Rio seserius itu bicara dengannya."Maafin aku."
Ucap Ira yang langsung memeluk Rio.Walaupun Ira telah mendapatkan penjelasan Rio seperti itu, Ira tetao ingin mencari cara agar Rio tidak terliat dalam butiknya. Ia tidak ingin urusan kantor Rio menjadi bermasalah.
Mendengar Rio menyebutkan kuliah, Ira baru ingat bahwa ia tengah menempuh pendidikan untuk mendapatkan gelar Doktor. Saking sibuknya ia mengurus rumah tangganya ia hampir melupakan hari ia kembali melakukan pendidikan.
Ira kembali bingung, bagaimana caranya ia ke kampus dan ke butik jika Cantika tidak ada yang ngurus.
Ira mencoba berpikir dengan tenang di taman belakang rumahnya. Ia memikirkan apa yang harus ia lakukan agar semua bisa teratasi.
"Bagaimana jika kembali mencari bibi untuk urus Cantika."
Ketus Ira yang berhasil menemukan idenya.Namun ia kembali berpikir, ia sedikit takut untuk membiarkan anaknya bersama orang lain.
"Hemmm. Mikirkan apa?"
Rio mengagetkan Ira yang sedang sangat serius mencari jalan keluar semuanya.Ira menceritakan semua yang ia pikirkan, namun ia masih ragu bagaimana tanggapan Rio.
Mendengar semua ucapan Ira membuat Rio diam dan ikut memikirkan ide Ira. Walau Ira masih bingung siapa yang bisa ia percaya setidaknya ia memberi tahu Rio terlebih dahulu.
"Ide kamu benar. Tapi kamu masih memikirkan ketakutan saat Cantika bersamanya ya?"
Tanya Rio pasti ke Ira."Iya."
Balas Ira singkat."Kita angkat bibi yang dulu kerja di rumahku."
Balas Rio singkat namun penuh kebenaran.Ira mencoba mengingat bibi itu, namun saat mengingat si bibi membuatnya juga ingat bagaimana bekerja di rumah Rio.
"Baiklah, berarti kita jemput bibi nya."
Jawab Ira yang sangat setuju dengan Rio.Ira senang saat masalah yang cukup membuatnya bingung dapat terselesaikan dengan adanya kompromi satu sama lain sebagai suami istri. Hal itu yang sangat Ira kagumi dengan keberadaan Rio. Ia sama akan Bapak nya menghadapi semua maslaah bersama Ibunya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Untuk Ibu(Tamat)
General FictionTidak peduli seberapa tinggi mimpi yang Qoirah miliki. Yang terpenting baginya adalah apa yang ia lihat dalam mimpi malamnya akan ia dapatkan secara nyata demi sang Ibu. Event_35hari_thebwwhydraksi