Part 12 Hujan

14 1 0
                                    

Sinar matahari yang memancar begitu hangat telah berganti dengan sebuah cahaya indah yang semua orang banggakan yaitu senja.

Ira telah menyelesaikan semua pekerjaannya di rumah Rio. Saat ini ia memandangi keindahan senja yang sangat memikat hati di taman belakang rumah Rio.

Ira berharap kehidupannya kedepan akan seindah senja dan semua orang banyak membanggakannya. Ia senyum-senyum sendiri ketika berkhayal mengenai masa depan.

Saat sedang berkhayal tiba-tiba Ira ingat akan sepedanya yang sudah dua hari ditinggalkan di toko milik Radit. Ia berpikir untuk mengambil sepedanya supaya besok ia bisa menolak jemputan dari Radit. Ira cukup kurang nyaman dengan sifat Radit yang suka memaksa, sedangkan Ira tidak bisa untuk menolak.

Tanpa memperlama waktu Ira langsung berpamitan ke Bibi yang ada di dapur Rio. Ira keluar dengan langkah terburu-buru, ia ingin mengejar waktu supaya nanti ia tidak kemalaman dan Ibunya di rumah tidak khawatir.

Ira memilih mencari angkutan umum untuk bisa mengantarnya ke toko tujuannya. Ia yakin jika naik angkutan umum tidak telalu membutuhkan waktu yang lama.

Tidak terlalu lama menunggu di pinggir jalan, ia telah berhasil memberhentikan angkutan umum yang mau untuk ke arah tujuannya.

Dengan rasa sumpek di dalam angkot, serta dengan suara bising para penumpang membuat Ira sedikit kurang nyaman. Namun tidak ada pilihan, saat sepeda sudah di tangannya ia pasti tidak akan merasakan sempitnya di dalam angkutan umum.

"Neng geser dong"
Ucap Laki-laki yang sudah lumayan tua menurut Ira. Ira sedikit takut saat mendengar ia berbicara ke Ira, inilah salah satu alasan Ira lebih memilih sepeda dari pada angkutan umum. Bagi Ira rata-rata yang ia temui kebanyakan orang mengerikan seperti pereman.

Tanpa menjawab perkataan laki-laki itu Ira langsung menuruti perintahnya, Ira lebih baik sedikit mendapat tempat duduk dari pada mendapat masalah.

Saat sudah mendekati wilayah toko tujuannya, tiba-tiba hujan petir serta angin kencang turun. Hal yang Ira takuti yaitu petir. Ia hanya mampu berdoa dalam hati untuk meminta perlindungan. Karena hujan yang cukup deras angkutan tidak bisa lagi mengantar Ira ke tokonya. Terpaksa Ira turun di tengah jalan yang masih lumayan jauh jika jalan kaki untuk nyampai di toko.

Kepala yang hanya terlindungi oleh jilbab sangat cepat terasa mengguyur semua pakaian Ira. Baru berjalan sedikit Ira sudah basa kuyup dan cukup pucat karena kedinginan.

Ia mempercepat langkahnya, ia berlari kecil-kecil untuk cepat tiba ke toko. Ia langsung memikirkan Ibunya yang di rumah. Dengan jarum jam yang sudah hampir jam 7 malam tapi ia belum sampai di toko. Ira yakin Ibunya pasti sangat khawatir.

Pikiran Ira sudah berlari ke mana-mana, dengan lari yang cukup kuat ia akhirnya tiba di toko. Dengan gesit nya Ira membuka pintu toko untuk mengeluarkan sepedanya. Namun tiba-tiba terdengar suara dentuman petir yang sangat kencang membuat Ira kaget dan sepontan menangis.

"Ibuuu"
Ira menjerit memanggil sang Ibu saat mendengar kencangnya suara petir. Waktu terus berjalan, Ira mengusap tangisnya dan memberanikan diri dari gemetarnya dentuman petir.

Ia cepat-cepat membenarkan sepeda dan langsung memutarnya untuk segera pulang. Dengungan azan sudah terkalahkan oleh derasnya hujan. Ira memilih untuk terus berlaju pulang karena pakaiannya tidak memungkinkan untuk berhenti di masjid.

Dengan mata yang sudah perih dengan air hujan membuat Ira susah untuk melihat ke arah jalan. Tiba-tiba ia di kagetkan oleh sinar sebuah mobil.

"aaaaaaaaaaah"
Teriak Ira yang sudah sangat jauh terlempar berpisah oleh sepedanya.

Mimpi Untuk Ibu(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang