Part 18 Mengetahui Tulisan

11 2 0
                                    

Senyuman Ira terlihat begitu banyak cahaya. Tidak pernah hal ini Ira lihat sebelumnya, gerakan Ibu Ira sangat lincah kesana kemari di dalam rumah melakukan kegiatan yang menjadi kewajibannya menjadi seorang Ibu.

Hari ini Ira tidak perlu khawatir lagi Ibunya akan terjatuh, ketumpah minyak, dan lainnya. Ia memandangi tanpa meninggalkan satu momen pun.

"Kenapa senyum-senyum sendiri"
Suara Ibu Ira mengagetkan senyuman Ira yang penuh memperhatikan kegiatan Ibunya. Pikirannya mengingat hal sebelumny seakan tidak pernah berubah seperti yang ia saksikan saat ini.

"Ibu semangat banget"
Puji Ira dengan menambah semerbak senyumnya.

"Semua berkat kamu sayang"
Ucap Ibu Ira yang langsung membawa hasil masakannya di dekat Ira.

Keadaan rumah Ira saat ini sudah cukup lebih baik dari sebelumnya, ya semua perlahan Ira aduk-aduk semua penghasilan kerjanya dan dibagi agar mampu terpenuhi secara rata.

Ira menikmati ritual makannya berdua dengan sang Ibu kesayangan nya, tidak lupa disamping makan mereka saling membicarakan hal-hal yang selama ini belum bisa Ibu Ira lihat.

"Yaudah nanti sebelum Ira kerja ke rumah Rio, aku antar dulu Ibu untuk keliling perkebunan ubi yang sampai menjadi rizki terbaik bagi kita bu"
Kata Ira sembari menhabiskan makanannya yang sedikit lagi.

Setelah ritual makan selesai, Ira langsung pamit untuk ke kamar sebentar. Kepala Ira sedikit pusing, namun ia memilih mendiamkan saja tanpa ingin membuat Ibunya khawatir.

Permintaan Ira disetujui Ibunya. Ia juga harus melihat semua sudut rumah miliknya yang selam ini hanya mampu ia raba tanpa bisa ia saksikan bagaimana kerapian yang Ira dekorasi di rumahnya.

Ibu Ira sangat bangga dengan semua kemandirian Ira, baginya Ira sangat mengerti keadaannya kemarin.

"Ibu akan membayar lelahmu nak"
Ucao Ibu Ira yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

"Aduh ini kepala kenapa sih kok mutar-mutar"
Ira yengah mengomeli dirinya sendiri sambil mengedarkan tangannya di kepala yang ia rasakan pusing.

Dengan rasa pusing yang tidak mampu ia sembuhkan dengan memijat oleh tangannya, ia memilih mengistirahatkan tubuhnya sebentar agar sedikit pulih.

"Ra"
Panggil Ibu Ira dari depan kamar milik Ira. Namun tidak ada sedikitpun sahutab dari Ira, jadi Ibubya memutuskan untuk masuk secara langsung.

"Eh ternyata tidur, pulas lagi. Pasti kamu capek banget ya nak"
Melihat Ira tengah tertidur sanagt pulas Ibunya mengelus kepala Ira dan menciumnya berapa kali dengan penuh kasih sayang. Ia sangat bersyukur mendapatkan anak seperti Ira.

Sembari melihati Ira yang tengah tertidur pulas, Ibunya pun mencoba merapikan kamar Ira yang telihat cukup berantakan. Ibunya pun paham oleh kegiatan Ira sehari-hari, jadi sangat pasti jika ia sedikit memiliki waktu untuk membereskan semuanya.

Mata Ibu Ira tertuju pada tempelan kertas yang ditulis dengan beberapa warna yang membuat saat melihatnya menjadi terfokus akan warnacwarni tersebut.

"Target"
Ketus Ibu Ira yang langsung diiringi tangannya untuk menutup mulut yang sudah berbicara cukup keras, sedangkan Ira sedang tertidur pulas. Untung ia tidak terganggu.

Meihat Ira yang tidak terganggu sedikit pun, Ibu Ira pun melanjutkan penglihatannya mengenai tulisan Ira yang berada di kertas tertempel di dinding kamarnya.

"Mulia sekali cita-cita kamu nak"
Ucap Ibu Ira sambil mengusap semua tulisan itu seakan ia mendokan dalam hatinya tentang semua harapan Ira tersebut.

Belum cukup rasanya hanya melihat impian sang anak kesayangannya. Ibu Ira kembali melangkahkan kakinya seakan mencari-cari sesuatu.

Tidak lama yang ia cari berhasil ia dapatkan, iya itu adalah rapor sekolah hasil Ira. Selam ini ia hanya mendengarkan ucapan Ira tentang nilainya pas untuk naik kelas, namun sekarang ia memutuskan memeriksa sendiri hasil anaknya.

"Memang pintar anak Ibu"
Ketusnya saat membaca hasil sekolah Ira. Ia kembalu mengulurkan tangan ke kepala Ira dan lagi-lagi mengecuk kening Ira.

"Bapak kamu berhasil mendidik kamu nak"
Ucapnya yang tidak lupa diiringi butiran bening dari mata bersihnya.

"Ibu"
Panggil Ira yang melihat Ibu nya tengah menangis di samping tubuhnya.

"Maaf sayang kalau Ibu udah ganggu"
Ibu Ira kaget saat Ira mengetahui keberadaannya dan mengetahui tangisannya.

"Kenapa Ibu nangis lagi?"
Tanya Ira yang langaung duduk menyamakan posisi sama dengan Ibunya.

"Engga sayang, tadi lihat kamu tidur Ibu juga mengantuk, mangkanya berair"
Bohong Ibunya karena ia tidak ingin ingkar ke Ira bahwa kemarin sudah janji tidak akan menangis saat mengingat Bapak Ira.

"Cerita deh, pasti Ibu lagi pikirkan sesuatu"
Balas Ira yang tahu kalau Ibunya hanya mencari alasan agar Ira tidak marah.

"Pokoknya Ibu bangga lihat hasil sekolah kamu. Didikan Bapak memang berhasil"
Jawab Ibu Ira sembari memegang kedua pundak Ira seakan mengeluarkan semua rasa bahagia dalam pikirannya.

"Iya dong, orang tua ku pintar semua jadi nular"
Balas Ira dengan senyuman yang membuat Ibunya semakin tidak tertahan untuk memeluk tubuh Ira.

"Tapi anak Ibu sangat-sangat pintar"
Bisik Ibu Ira yang telah menangkup tubuh mungil Ira.

"Senyum seperti ini terus ya bu"
Balas Ira dengan nada sama seperti yang dilakukan Ibunya.

"Iya sayang. Yang jelas Ibu tidak akan buat kamu menangis"
Kata Ibu Ira yang perlahan melepas pelukannya dari tubuh Ira.

Sedikit menjauhi Ira dan melangkah kembali mendekati tempelan kertas yang berada di dinding kamar Ira.

"Yang paling pasti, Ibu akan sangat mendukung dan juga akan sangat berjuang membantu kamu mewujjudkan semua ini"
Ucap Ibu Ira dengan tangan yelah menunjuk tulisan itu dan memberi senyuman pertanda ia mengetahui apa yang selama ini hanya Ira sendiri yang mengetahui.

Mendengar dan melihat apa yang dimaksud Ibunya, Ira langsung berdir mendekati Ibunya.

"Semua untuk Ibu"
Ira langsung memeluk Ibunya kembali.

"Kita berjuang bersama-sama sayang"
Balas Ibu Ira da turut memeluk Ira seakan tidak akan ia lepaskan kembali.

Mimpi Untuk Ibu(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang