Part 8 Benci

19 4 0
                                    

Menghapus keringat dengan sapu tangan kecil dari peninggalan sang Bapak membuat Ira tersenyum kecil. Ia memberhentikan sepeda di bawah pohon rindang yang berada di pingiran jalan. Ira menatap sapu tangan milIknya dan seakan ia cukup bahagia. Baginya memiliki sapu tangan itu membuatnya terasa kembali dekat oleh sang Bapak. Kecil namun berarti, itulah sapu tangan kesayangan Ira, berwarna pink yang sangat terlihat manis.

Namun senyuman mengingat dekat oleh sang Bapak menjadi sebuah rasa yang sangat menguras kekesalan. Sapu tangan miliknya ditarik paksa oleh seseorang dan menjadi sangat kotor oleh injakan kaki seseorang itu.

Ira langsung mengangkat kepala melihat siapa orang yang sangat tidak senonoh padanya. Ira sangat mengenali orang itu, iya dia adalah Karin. Orang yang selalu membullynya saat di sekolah. Ira pikir setelah selesai sekolah tidak akan merasakan kejahatan darinya lagi, namun Ira salah.

"Kenapa engga suka?"
Ketus Karin dengan senyum miring tanda kemenangan .

"Aduh cantik banget sapu tangannya, bisa berubah warna dengan secepat itu"
Sambung seseorang yang ada di belakang Karin.

"Jawab bodoh !"
Ucap Karin dengan mendorong tubuh Ira.

Sangat sakit Ira rasakan, air matanya sudah tidak tertahan. Namun jika ia menangis saat itu ia akan tambah menjadi bahan bully Karin.

Ira tetap diam tanpa menanggapi Karin, ia berusaha meraih sapu tangan yang masih berada di injakan kaki Karin. Namun usahanya gagal, Karin semakin menginjak sapu tangan itu sampai terlihat sangat kotor dan sangat kusut.

"Kamu ada masalah apa sama aku?"
Akhirnya Ira membuka mulut untuk berbicara ke Karin. Ira kesal melihat sapu tangan kesayangannya dibuat sangat tidak berharga.

"Aku senang lihat kamu kayak gini, kenapaaaaa ha mau ngelawan?"
Balas Karin dengan tubuh mendekati Ira.

"Kamu engga pantas berteman sama Rio dan Alina. Kamu juga engga pantas kerja di rumah Rio. Paham?"

Jelas Karin dengan memegang dagu Ira, membuat Ira menatapnya secara paksa.

"Aku kerja karena untuk keperluan hidup aku dan Ibu"
Jawab Ira dengan cepat.

"Jualan aja udah cukup"
Ketus Karin dengan amarah yang semakin memuncak.

"Aku engga ada ya merugikan kamu. Kenapa kamu ngurusi hidup aku"
Jawab Ira dengan penuh perlawanan.

"Eh engga usah ngegas!"
Ketus teman Karin yang ikutan mendorong tubuh Ira.

"Ibu kamu itu engga bisa melihat, Ibu kamu itu engga akan menikmati hasil kerja kamu. Jadi mending kamu berhenti bekerja.paham"
Bisik Karin dengan licik ke Ira.

"Plakkkk"
Tangan Ira mendarat dengan penuh amarah ke pipi Karin. Telinganya sangat sakit mendengar ucapan Karin yang benar-benar menyakitkan baginya.

"Apa-apaan kamu ha"
Karin langsung menarik puncak kepala Ira yang  membuat Ira meringis kesakitan.

"Minggir Rin, biar Aku yang urus"
Pinta teman Karin yang menggantikan posis karin menarik puncak kepala Ira.

Ira berusaha melepas cekaman mereka sekuat tenaga yang ia miliki.

"Auuu"
Dorongan Ira berhasil membuat teman Karin terjatuh.

"Akan aku buktikan, apa yang akan terjadi di kehidupan aku nanti dan aku buktikan suatu saat kamu membutuhkan pertolongan aku!"
Cetus Ira dengan menarik kepala Karin seperti yang dilakukan karin sebelumnya.

Ira langsung menarik sapu tangan yang di dekat kaki Karin dan pergi meninggalkan mereka.

"Kamu yang akan semakin menderita!!"
Teriak Karin dengan kekesalan atas kekalahan melawan kata-kata Ira.

Menggayuh sepeda dengan pikiran mengingat kejadian yang baru terjadi mambuat Ira memberhentikan kembali sepeda miliknya.

Ia duduk di salah satu taman yang sering ia lewati. Ia mengambil kembali sapu tangan yang telah lusuh,kotor akibat perbuatan Karin.

"Bapak,Ibu. Aku akan berjanji aku benar-benar harus mencapai mimpi-mimpiku. Aku akan buktikan bahwa mereka yang menghina akan lebih kotor dari sapu tangan ini"

Ucap Ira dengan bendungan air mata yang sudah tidak mampu ia tahan.

Karin sudah benar-benar membuatnya merasakan hinaan yang amat sakit. Selama sekolah Ira tidak terlalu menanggapi kata-kata karin. Namun hari ini ia sudah benar-benar sakit dibuat karin.

Ira langsung mengusap air mata di pipinya dan menyimpan sapu tangan miliknya yang sudah kotor. Ia ingat akan sang Ibu yang di rumah. Ia buru-buru pulang dengan mengubah rasa sedih yang dirasakan barusan menjadi tawa bahagia atas habisnya tape yang ia jual hari ini.

"Ibu pasti akan bahagia dengar aku pulang bilang tape habis"
Ucap Ira dengan cepat-cepat memutar sepedanya.

"Loh kok kamu di rumah aku Ri?"
Tanya Ira yang bingung melihat ada Rio di rumahnya.

"Engga boleh  Ra?"
Tanya Rio dengan sedikit kesal oleh pertanyaan Ira.

"Bukan gitu, kan kamu tahu aku lagi engga di rumah"
Jelas Ira ke Rio yang diikuti langkah mendekati Ibunya yang ada di samping Rio.

"Tadi aku lewat sini, jadi mampir mau lihat Ibu. Aku tahu Ibu sendirian jadi aku mau pastikan Ibu kamu baik-baik aja"
Jawab Rio dengan penuh penjelasan ke Ira.

"Udah bersih-bersih lalu makan sana, kamu nanti harus kerja lagi kan. Jadi istirahat dulu"
Ucap sang Ibu dengan memecahkan perdebatan anaknya.

"Ibu lagi buat apa?"
Tanya Ira ke Ibunya karena ia melihat tangan Ibunya lagi menjahit sesuatu.

"Nanti kamu lihat sendiri kalau udah jadi"
Jawab sang Ibu yang tidak ingin memberi tahu lebih jauh ke Ira.

Rio tersenyum melihat Ira dan
Ibunya. Rio merasakan kalau ia pasti bahagia banget jika masih memiliki Ibu kayak Ira.

"Kenapa senyum? pulang gih aku mau istirahat"
Ketus Ira ke Rio, karena ia mengingat apa yang tadi Karin permsalahkan.

"Bu masa Ira ngusir Rio"
Ucap Rio ke Ibu Ira untuk meminta pembelaan.

"Terserah kalian, Ibu mau masuk dulu"
Jawab Ibu Ira dengan meraba-raba jalan masuk kerumah.

"Biar Rio bantu sebelum pulang"
Ucap Rio dengan langsung memegang tangan ibu Ira untuk menuntunnya ke dalam rumah.

"Kamu salah baik sama kami dengan keadaan kayak gini. Kita engga sebanding"
Ucap Ira perlahan yang sudah ditinggal Rio dan Ibunya masuk ke dalam rumah.

"istirahat gi Ra. Jangan lupa kasih waktu luang ke Ibu kamu biar dia engga merasa kesepian"
Kata Rio dengan diiringi senyuman di hadapan Ira.

"Iya. Hati-hati"
Balas Ira dengan cepat.

"Yaelah aku belum pamit kali udah di bilang hati-hati"
Rio kesal sama Ira dari tadi ngusir terus.

"Bodoh deh, dahhhh nanti aku mau kerja"
Jawab Ira dengan senyuman jahil ke Rio.

"Dasar kamu Ra, untung sa..."
Ucapan Rio terpotong saat Ira udah cepat masuk ke dalam.

"Temanku engga punya akhlak"
Gumam Rio dengan bergegas pulang dari rumah Ira.

Ira tersenyum sendiri melihat Rio dari jendela kamarnya, ia  berhasil membuat Rio kesal.

"Maafkan aku ya Ri, abis aku masih ingat terus kelakuan Karin tadi"
Gumam Ira dengan nada yang hanya bisa didengarnya sendiri.

Ira kembali berdiri menghadap tulisan mimpi-mimpinya. Ia tersenyum dan langsung mencari pena miliknya.

Karin terimakasih. Maaf saat ini aku telah membenci kamu !

Ira menambah tulisan di bawah targetnya. Ia langsung tersenyum sinis melihat apa yang telah ia tuliskan sebagai target tambahan dalam hidupnya.


Mimpi Untuk Ibu(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang