"Yakin dek engga apa mas tinggal ke kantor?"
Tanya Rio yang masih khawatir dengan keadaan Ira yang dari malam tetlihat lemas dan bolak balik toilet."Iya yakin, nanti dikabari kalau ada apa-apa. Lagian kan aku sama bibi di runah."
Balas Ira meyakinkan sang suami.Mendengar keyakinan Ira membuat Rio sedikit legah untuk berangkat, walaupun sebenarnya hatinya mengatakan jangan pergi.
"Kok modar-mandir pak?"
Tanya salah satu pegawai kantor Rio yang tengah melihat Rio sudah hampir 10 kali mondar-mandir di depan ruangan.Menyadari teguran dari pegawainya itu, Rio langsung sedikit malu dan meninggalkan mereka ke ruangannya.
Rio benar-benar tidak tenang menibggalkan Ira yang sudah jelas tinggal menunggu hari untuk kedatangan bayi yang mereka tunggu-tunggu
"Hubungi saya jika itu memang suda benarcbenar penting."
Ucap Rio yang langsung memutuskan telpon dengan sekretarisnya.Rio langsung membereskan semua barang kantornya dan memilih untuk pulang menjaga Ira.
"Hikkssss. Maaf kan Ira bu jika Ira banyak salah. Sepertinya Ira akan menjadi seorang Ibu dalam hitungan jam. Hiksss."
Ira menangis terseduh-seduh sembari memeluk foto yang biasa ia pegang. Ira selalu memeluk foto kedua orang tuanya walaupun ia tahu itu adalah hal yang engga berguna."Sayang."
Rio langsung memeluk Ira yang tengah terbawa hisak tangus yang begitu lama.Rio menenangkan Ira. Ia memberi air putih agar suara Ira tidak habis. Rio tidak aneh lagi dengan kelakuan istrinya. Semenjak mengandung ia jauh lebih sensitif lagi. Ira selalu membawa suasana yang membuatnya terus menangis secara mendalam.
Tidak ada yang bisa Rio lakukan kecuali memberi ketenangan dan menjaga Ira.
Tangisan Ira mulai hening, saat Rio lihat keadaannya ternyata Ira sudah tidak sadarkan diri. Melihat Ira yang tiba-tiba pingsan membuat Rio cemas. Ia segera membawa Ira ke Rumah sakit. Bagi Rio istrinya adalah harta yang paling berharga di hidupnya. Ia tidak ingin terjadi apa-apa ke Ira, apa lagi dengan anak di kandungan Ira.
"Kuat ya sayang. Aku akan terus ada di samping kamu."
Rio terus memberi semangat ke Ira. Ia harus turut merasakan apa yang Ira rasakan.Ira tengah berjuang antara hidup dan mati untuk memperjuangkan anak dalam kandungannya, sedangkan Rio selalu berkomat kamit dengan doa-doa untuk keselamatan anak dan istrinya.
Melihat Ira dalan perjuangan seperti yang ia lihat di hadapannya, membuat Rio kembali ingat ke kedua orang tuanya. Rio merasa ia cukup kejam ke Ayahnya, namun ia belun sanggup menerima kenyataan mengenai Ibu baru yang ternyata Ibu dari teman kantor Rio.
Suara tangis bayi membuat Rio tersenyum seketika dan membuka mata langsung mencium kebing Ira. Ia sangat senang, sangat bersyukur, ia benar-benar menyayangi Ira. Ia tidak akan melepas Ira dan menyia-nyiakan buah hati mereka.
Hidung mancung, mata bersih, putih, terlihat sangat cantik. Putri pertama mereka benar-benar mirip dengan Ira dan Rio. Mereka terus bersyukur atas nikmat yang mereka rasakan saat ini.
"Bu. Ibu udah punya cucu."
Guman Ira yang meneteskan air mata kebahagiaan untuknya.Ira benar-benar sudah lama menanti kehadiran anak pertama mereka. Ira kesepian saat tidak ke butik, namun sekarang ia akan sibuk dengan semua kegiatan mengurus buah hatinya.
"Terimakasih ya."
Ucap Rio yang menelusupkan jari-jarinya ke kepala Ira. Tidak lupa Rio terus menciumi anak pertamanya. Sesuai harapan Rio. Ia akan melanjutkan semua usaha Rio.Ira meneteskan air mata bahagia melihat ketekunan Rio menyiapkan semua peralatan untuk bayi kesayangannya.
"Aduh kok pada di ambil, kan kita akan pulang ke rumah."
Ucap Ira yang melihat kelakuan Rio seperti ingin pindahan ruma.Tanpa menghiraukan Ira. Rio pun langsung teliti mengatur peralatan bayinya. Rio tahu bagaimana bau segala bau menghampiri si bayi kecil saat du rumah sakit, karena itu ia menyiapkan tempat tersendiri untuk anak tercintanya.
"Papa bahagia banget karena kamu."
Ucap Rio yang seakan di dengar baik oleh bayinya."Istirahat sana. Pasti capek nunggu dengan penuh ketakutan."
Ira melihat wajah Rio terlihat lelah, ia mengatur karyawan untuk menggantikan posisinya di kantor dan membiarkan Rio beristirahat bersama anaknya."Mimpiku lagi-lagi tercapai. Alhamdulillah ya allah."
Ucap Ira pelan melihat ke arah anak dan suaminya.Ira meraih foto di tas miliknya dan kembali mengelus foto itu. Setiap kali Ira menatap foto itu air matanya selalu mengalir tanpa perintah.
Ira menyampaikan semua rasa yang ada dalam dirinya saat ini ke foto yang ia pegang. Ia terlihat tengah berbincang oleh Ibunya secara nyata. Mendengar hisak tangis Ira membuat Rio membuka matanya dan langsung mendekat ke tempat tidur Ira.
"Kok nangis lagi. Lupa Bapak maunya apa?"
Ujar Rio yang sudah mengelus kepala Ira begitu hangat.Ira menatap Rio dan meminta maaf. Ira menjelaskan kenapa ia menangis. Walauoun maksud Rio bukan itu namun Rio menghargai Ira. Ia hanya tidak ingin melihat Ira yang terus menangis. Ia ingin Ira tertawa lepas bukan selalu menangis.
Mendengar kabar buah hati Ira dan Rio telah lahir dengan begitu cepat dan selamat, membuat Alina langsung menghampiri Ira di Rumah sakit.
"Ceklek"
Suara pintu kamar ruangan Ira terbuka menandakan ada yang masuk.Bukan memeriksa Ira terlebih dahulu melainkan Alina langsung menggendong anak Ira. Ia menciun bayi Ira di semua sudut empun pipi bayi kecil itu.
"Selamat ya. Aku juga mau."
Kata Alina yang benar bahwa ia telah lama menginginkan seorang bayi.Alina memang tipe yang sangat gemar dengan bayi kecil, karena itu dari awal tiba sampai ia ingin pulang baru ia lepaskan gendongan bayi kecil Ira dan Rio.
Ira tersenyum bahagia. Ia kembali mendapat rezeki dan mendapat pencapaian mimpinya lagi.
Tidak banyak yang Ira inginkan, ia berharap ini adalah salah satu niatan untuk Ibunya, dan di alam yang berbeda itu ibunya mampu menyaksikan kebahagiaan Ira da keluarga kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Untuk Ibu(Tamat)
General FictionTidak peduli seberapa tinggi mimpi yang Qoirah miliki. Yang terpenting baginya adalah apa yang ia lihat dalam mimpi malamnya akan ia dapatkan secara nyata demi sang Ibu. Event_35hari_thebwwhydraksi