Part 35 Jawaban

21 0 0
                                    

Tawa Cantika begitu sumringah saat tahu tentang mimpi-mimpi Ibunya dari usia remaja. Cantika tidak bisa mengungkapkan kekagumannya ke Ibunya.

Bukan hanya melihat kertas mimpi Ira, Cantika juga mencari tahu kehidupan Ira yang dulu. Ia jadi banyak mendapatkan pelajaran bahwa hidup benar-benar berputar.

"Kayaknya anak papa lagi bayangin sesuatu."
Rio mengagetkan Cantika yang tengah tersenyum sendiri sambil melihat foto mama dan papanya.

"Pa ceritakan dong tentang papa dan mama dulu."
Ucap Cantika manja ke Rio.

"Iya nanti papa cerita, sekarang kamu bantu mama bungkusin ole-ole kita ke tanah suci kemarin.

"Loh emang mau dibawa ke mana lagi? Tetangga kita kan udah dibagikan semua pa?"
Tanya Cantika yang bingung mau kasih siapa lagi.

"Kita ke kampung mama dan papa. Sekalian kamu tahu masalalu mama dan papa dulu. Mau?"
Jelas Rio yang langsung dibalas hormat oleh Cantika.

"Pintar banget anak papa."
Ujar Rio yang bahagia memiliki anak sepintar Cantika.

Ira sudah mencatat satu persatu rumah siapa yang akan ia datangi, tidak lupa ia membuat kotak khusus untuk anak-anak di perpustakaannya.

"Ma ajarin aku untuk ke pencapaian seperti mama ya."
Ujar Cantika yang tiba-tiba mengambil alih semua kegiatan Ira.

"Eh engga biasanya anak mama bilang  kayak gini."
Balas Ira yang memandang Cantika serius.

"Mama tu engga pernah mau cerita ke aku kalau mama punya mimpi sebanyak ini."
Jelas Cantika yang memberikan kertas yang dulu tertempel di kamar Ira.

"Loh kok ada sama kamu sayang?"
Tanya Ira kaget dan berusaha mengambil catatan itu.

Ira sengaja tidak memberitahu Cantika dulu, ia belum menghapus tulisan bencinya terhadap Karin. Ia tidak ingin Cantika jadi ikutan tahu masalahnya sama Karin di masa silam. Ia ingin Cantika mengenal Karin dengan sifat yang sekarang.

"Ini udah beres, ayo sayang siap-siap kita pulang kampung. Kita ke rumah mama waktu kecil."
Ucap Ira yang mengarahkan putrinya ubtuk cepat pergi ke kamar.

"Akhirnya dia sudah tahu sendiri. Semoga nasib kamu tidak seperti mama nak. Cukup mama yang merasakan jatuh bangunnya berusaha."
Batin Ia yang tengah menatap kertas mimpinya.

"Terimakasih, kamu telah menjadi saksi keberhasilnku."
Gumam Ira yang kembali melipat kertas itu dan langsung bersiap-siap.

Semua anggota rumahnya ikut ke rumah lama Ira di kampung. Ia akan mengadakan syukuran atas semua pencapaiannya saat ini.

"Suda siap semua?"
Tanya Rio yang tengah berdiri di dekat pintu mobil.

Semua mengangguk menandakan siap berangkat. Rio segera membukakan pintu untuk Ira dan juga putrinya. Mereka khusus satu mobil, sedangkan semua anggota rumahnya naik mobil yang dibawa oleh supir Rio.

Perjalanan yang sudah lama tidak Ira pandangi. Kesejukan yang dulu menjadi temannya menguatkan diri saat berjualan ubi.

Mengingat ubi, Ira menjadi rindu akan tempat ia selalu ambil ubi. Ia juga ingat akan Radit. Semenjak ia menikah Radit tidak pernah menghubunginya lagi.

"Berhenti dulu ya mas."
Ucap Ira saat berada tepat di depan kebun ubi tempatnya sehari-hari dulu.

"Ira."
Panggil Radit yabg terlihat menggunakan jas rapi bersama seorang wanita berhijab.

"Loh kok kamu di sini Dit?"
Tanya Rio yang mewakili pertanyaan Ira.

"Iya, aku mengambil kembali kebun ini. Aku juga mengambil ide Ira yang dulu, aku meneruskan jualan seperti Ira waktu dulu. Tapi bukan aku yang jualan, tapi saudara istri saya."
Radit terlihat senang bisa berjumpa dengan Ira dan Rio. Ia selama ini berusaha mencari kabar mereka, tapi ia harus menghapus semua kenangan bersama Ira. Namun sekarang ia telah mendapatkan seorang istri yang hampir mirip sama Ira.

"Kebetulan bertemu di sini. Ikut ke rumah lama aku ya, aku mau syukuran habis pulang ibadah."
Ucap Ira yang senang mendengar semua cerita Radit.

Mendengar ajakan Ira, Radit da istrinya dengan senang hati untuk ikut. Mereka juga ingin menyambung kembali hubungan yang lama hilang.

"Radit."
Ucap Karin yang kaget akan kehadiran Radit. Karin langsung menangis dan dipeluk oleh sepupunya yaitu Radit.

"Alhamdulillah kita ketemu. Aku udah cari kamu, tapi engga ketemu. Sekarang jangan sedih lagi ya."
Ucap Radit yang tahu sepupunya dulu terpuruk saat kehilangan kedua orangtuanya.

"Semua berkat ada Ira."
Ucap Karin yang menatap senyum ke Ira.

"Sekarang kamu tahu kan Ira tidak seperti pikiran kamu."
Balas Radit yang dilanjut mengungkapkan rasa terimakasih ke Ira.

Semua warga kampung yang dulu menyemprot Ira dengan ucapan pedas, pahit, menyakitkan saat ini terlihat sayang ke Ira.

Ira senang ucapannya dulu sekarang benar ia buktikan. Ia mampu membuktikan kesemuanya bahwa siapapun itu bisa berubah.

Ira mendengar semua Ibu-ibu yang berada di dapur membicarakannya dengan perkataan berbalik dari ucapan dulu.

Senyum Ira tergambar sangat nyata. Semua orang batu menganggapnya setelah ia bisa membuktikan dan bisa bermanfaat untuk siapa pun.

"Alhamdulillah sayang."
Ucap Rio yang mendapati Ira tengah mendengarkan pujiab-pujian Ibu-ibu yang tengah memasak di dapur.

"Iya mas. Mereka yang menghina rumah dan seisi rumah ini, sekarang memuji di rumah ini juga."
Balas Ira yang tidak sadar mengalirkan air mata bahagia.

Syukuran berjalan lancar. Ira menyampaikan kesemuanya mengenai apa yang ia lalui selama ini. Tidak sedikit pujian yang ia dpaatkan melainkan hampir semua dan juga hampir mendengarkan banyaknya kata maaf dari warga kampung.

Dengan penampilan Ira yang sudah sangat menjadi wanita soleha dan diiringi karier yang luar biasa ia dpatkan membuat siapapun tidak menganggapnya terlahir dari keluarga yang engga ada untung lagi.

"Coba ibu bapaknya masih ada pasti senang banget berhasil mendidik anak sesoleha dan sepintar Ira."
Kalimat itulah yang lagi-lagi terdengar di telinga Ira.

Ira segera pergi ke makam kedua orag tuanya.

"Alhamdulillah bu, Pak."
Ucap Ira ditengah hisakan tangis bahagia.

Ira meninggalkan kertas bertulis mimpinya di antara makam kedua orang tuanya.

Semua telah ia gapai. Waktunya semua itu dikubur dan dikenang seperti ia terus mengenang Ibu Bapaknya.

"Nak. Ingat kata mama. Apa pun yang kita alami jangan pernah menyerah. Karena jika kita menyerah, kita tidak akan bisa membuktikan kemampuan kita sebenarnya."
Ira memeluk Cantika putri kesayangannya dan disusul oleh Rio.

"Terimakasih sayang telah menjadi inspirasi bagi semuanya terutama aku."
Ucap Rio yang dilanjut mencium kening Ira dengan penuh kasih sayang.

"Mama dan papa terbaik."

Tidak ada lagi kesedihan yang Ira daptakan di kampung ini. Ia telah berhasil mengharumkan nama Ibunya. Ia berhasil memberi pembuktian bahwa bagaimanapun keadaan kedua orangtuanya, jika ia semangat pantang menyerah maka kesuksesannya akan menunggu di depan sana.

Hidup bak setangkai bunga, butuh proses untuk tampil indah memiliki pujian dari berbagai sudut mata.

Jangan takut menjadi gagal. Karena di dunia tidak hanya ada kegagalan melainkan ada yang namanya kesuksesan. Arti sebuah kesuksesan adalah hasil setiap proses jatuh bangun yang dilalui.

*Tamat*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mimpi Untuk Ibu(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang