Part 11 Kekecewaan

13 2 0
                                    

Pancaran lantai dan keadaan toko yang seakan berkata beres pada Ira. Ia mengusap butiran keringat pagi yang sudah menyehatkan tubuhnya. Ira senang ia sudah berhasil kerja di toko, walaupun bukan toko miliknya sendiri. Namun dari mulai menjalankan toko orang lain ia melatih diri untuk dirinya kedepan bisa menjalankan toko milik sendiri serta mengajarkan ke karyawan yang akan bekerja dengannya.

Pagi-pagi Ira sudah berhalu menjadi seseorang yang berhasil membuka toko milik sendiri. Tidak lama haluan itu disadarkan oleh seseorang yang sangat tidak asing bagi Ira.

"Heeeei jangan melamun"
Teriak Alina yang tahu Ira lagi berkhayal. Karena sangat terlihat Ira senyum-senyum sendiri.

"Uh kamu Lin, dari mana?"
Tanya Ira yang seakan tidak mendengarkan bahwa Alina tadi mengetahui bahwa ia sedang berkhayal.

"Aku habis dari toko sepatu, ya aku sengaja mampir ke toko kamu"
Jelas Alina yang juga tidak memperdulikan khayalan Ira.

Mereka berbincang-bincang penuh tawa. Terlihat bahwa mereka benar-benar saling menyayangi. Apa lagi Ira, ia sangat senang bisa memiliki teman dekat.

Namun canda mereka terasa kurang jika tidak ada yang satu lagi, yaitu Rio. Karena biasanya perbincangan yang sangat nyambung itu Rio yang ciptakan.

"Aku mau pulang Ra, semangat ya"
Pamit Alina yang terasa sangat sebentar bagi Ira.

"Iya hati-hati ya Lin"
Balas Ira dan ditambah senyuman ke Alina.

Ira kembali melakukan kegiatan di toko. Mengecek semua barang serta melayani pembeli yang sebagian adalah pelanggan yang biasa Ira datangi saat keliling menggunakan sepeda.

Semua orang terlihat baik ke Ira, semua pembeli sangat menyukai tape ubi yang khas banget buatan Ira dan sang Ibunya.

Setelah stok jualan di toko sudah tinggal beberapa, Ira mulai beres-beres. Karena ia memang tidak buka toko seharian full, karena ia harus melakukan tanggung jawab yaitu kerja di rumah Rio.

Sebaik mungkin Ira mengatur jadwal kerja dan jadwal untuk Ibunya. Ia juga tidak ingin Ibunya merasa kesepian, bagi Ira Ibunya segalanya. Jadi ia sangat tidak ingin melihat kesedihan keluar dari wajah malaikat miliknya, karena selama ini sudah sangat banyak kesedihan sang Ibu.

"Udah habis Ra?"
Tanya Radit yang tidak Ira ketahui kapan berada di dekatnya, karena ia dari tadi sangat serius menghitung hasil jualannya.

"Eh kamu Dit, tinggal sisa sedikit"
Jawab Ira dengan ucapan yang gugup. Karena ia cukup kaget oleh kedatangan Radit. Ia bersyukur itu Radit, kalau orang lain ia tidak tahu akan gimana jadinya. Ira merasa ia sangat kurang berhati-hati.

"Yaudah, kalau sudah jam pulang nanti aku antar ya Ra. Sepeda kamu biar di sini aja, besok bareng Aku lagi ke sini"
Kata Radit yang seakan sudah sangat mengatur Ira.

"Engga mungkin Dit, aku itu banyak kerjaan juga, mau kerja ke rumah Rio, setelah itu ke perkebunan ubi untuk bahan jualan besok"
Jelas Ira dengan penuh penolakan.

"Aku engga suka kamu nolak Ra, jadi harus iya"
Balas Radit dengan langkah meninggalkan Ira ke belakang. Radit sangat tidak suka ada penolakan tentang apa yang ia inginkan, sedangkan Ira sebenarnya sangat tidak ingin diperlakukan begitu, tapi Radit adalah anak pemilik toko yang ia kelola, bahkan pemilik kebun yang sudah menjadi penghasilan sehari-hari Ira dan keluarganya. Jadi walau bagaimanapun rasa yang Ira hadapi ia harus sabar, karena semua demi mimpinya untuk kebahagiaan sang Ibu.

Tape yang super weanak bagi semua orang sudah habis terjual. Ira sangat senang laporan yang ia tulis di buku sesuai target, yaitu tidak membuat Radit dan Papanya kecewa.

Mimpi Untuk Ibu(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang