🥀 || 35 [END]

18.6K 495 7
                                    

"Aku udah cantik belum?"

"Make up aku ketebelan gak?"

"Baju aku bagus kan?"

"Rambut aku udah bagus belum?"

"Parfume aku mana ya, kamu liat gak?"

Argev menghela nafasnya mendengar ocehan yang keluar dari mulut Visha, "Sha, kita ini cuman mau ketemu Mama gue, dan lo seribet itu."

"Ya iyalah, aku itu harus terlihat perfect dimata Mama kamu. Bantu cari parfume aku dong." Visha sibuk mencari parfume miliknya, parfume itu adalah oleh-oleh dari Papanya saat Papanya ke Francis.

"Ini apa." Argev menunjukkan sebuah parfume.

Senyum Visha mengembang, "Nah itu dia." Visha langsung merampas parfume tersebut lalu menyemprotkannya ke pakaiannya.

"Wangi kan." Visha mendapati Argev yang memperhatikannya.

Argev mengangguk pelan, "Iya, udah? Ayok, ntar Mama nunggu kelamaan."

"Kamu sih Gev lama banget, kasian ntar Mama kamu kalau nunggu."

Argev menganga, "Kamu yang lama, bukan aku."

"Terus aja salahin aku, terus!"

"Iya maaf, ayok otw sekarang."

***

"Mana Mama kamu Gev?" tanya Visha.

Argev memperhatikan sekeliling Cafe, mencari keberadaan Mamanya, "Itu Mama, ayok Sha." Argev menggenggam erat jari-jemari Visha.

"Gev, gimana kalau Mama kamu gak suka sama aku."

"Suka, jangan berpikir aneh-aneh, ayok."

Argev mengajak Visha untuk menghampiri Mamanya.

Sarah melihat putranya datang menghampirinya, ia tersenyum, "Malam, Nak."

"Malam, Ma, udah lama?" tanya Argev.

Sarah menggeleng pelan, "Enggak kok, baru aja hehe, makanya Mama belum pesan apapun."

"Ya udah Ma, pesan dulu aja."

"Iya— Mbak..." Sarah memanggil seorang waiters yang berada didekat mereka.

"Saya pesan Fried chicken with rice tiga, sama Chocolate ice tiga juga."

"Baik, ditunggu ya."

Visha menggigit bibir bawahnya, jantungnya pun berdetak tak karuan sedari tadi, ia benar-benar grogi.

"Siapa namanya?" tanya Sarah kearah Visha, ia tampak begitu ramah.

"Visha, Tante."

"Kok Tante, samain aja kayak Argev, panggilnya Mama."

Visha tersenyum canggung, "I-iya Ma."

"Sudah berapa bulan usia kandungan kamu?" tanya Sarah.

"Kurang lebih tiga bulan Ma."

"Oh, dijaga baik-baik ya."

"Iya, Ma, pasti."

"Kapan-kapan main kerumah Mama—" Sarah menjeda ucapannya, ia menatap kearah Argev, "Gev, kapan-kapan ajak istri sama anak kamu main kerumah Mama ya."

"Kejauhan, Ma."

"Gak papa dong, biaya gampang, nanti Mama transfer."

"Soal biaya mah Argev juga ada, tapi perjalanannya itu loh Ma, jauh."

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang