Argev berjalan disepanjang koridor Sekolahnya yang sudah cukup ramai oleh siswa dan siswi. Pandangannya lurus kedepan, wajahnya datar, tak berekspresi sedikitpun.
Namun hal itu membuat para kaum hawa yang menatapnya langsung terpesona, tak jarang siswi-siswi memanggilnya, namun ia bersikap acuh saja.
Argev masuk kedalam ruang kelasnya, ia menaruh tasnya diatas meja lalu dia duduk di kursinya. Argev melirik kearah jam tangan yang melingkar di lengannya, masih ada waktu kurang lebih 15 menit sebelum bel pelajaran pertama berbunyi.
Ia memutuskan untuk belajar karena jam pertama ada ulangan harian, Argev memang sangat rajin, maka tak heran ia sering masuk peringkat 3 besar.
"Yaelah masih pagi udah belajar aja lo." Seorang lelaki datang menghampiri Argev, ia duduk di kursi sebelah Argev.
"Jam pertama kan ulangan harian."
"Hah? Ulangan mulu, masa sih?" bingung lelaki itu.
"Devan mana? Tunben lo sendiri." Argev mengganti topik pembicaraan.
Lelaki bernama lengkap Galen Adyson atau Galen itu mengangkat kedua bahunya, "Entah, gak Sekolah mungkin."
"Lo gak bareng dia?"
Galen menggelengkan kepalanya, "Enggak, gue sendiri."
"GUYS GUYS GUE DAPET CONTEKAN DARI ANAK KELAS SEBELAH! MEREKA UDAH ULANGAN MINGGU KEMARIN!" seorang lelaki masuk kedalam ruang kelas XII IPA 1, suaranya sangat heboh membuat para murid yang berada didalamnya ikutan heboh.
"YEYYYYY..." heboh para murid-murid XII IPA 1, kecuali Argev.
"Gue kirain lo gak Sekolah," ucap Galen. Lelaki bernama lengkap Arvata Devano itu tersenyum kearah Galen, "Sekolah dong! Gue kan rajin! Oh iya guys ini contekannya gue share ke grup ya," ucap Devan dengan wajah songongnya, para murid-murid tentunya sangat bahagia mendapatkan contekan itu.
"Gue tadi lewat depan rumah lo, sepi, gue kirain gak ada orangnya," ucap Galen.
"Kan lo liatnya didepan rumah, orangnya didalam rumah," sahut Devan santai.
Galen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Bener juga sih lo."
"Datar amat muka lo Gev, kenapa? Ada masalah? Sok atuh cerita," ucap Devan, sedari tadi ia memperhatikan wajah Argev yang sangat datar.
Pletakkk...
Galen menjitak jidat Devan membuat sang pemilik meringis kesakitan, "Aduh... anjir lo gue gak salah apa-apa dijitak!"
"Ya jelas lo salah lah, Argev kan mukanya emang datar! Ngapain lo nanya-nanya lagi."
Devan terdiam sejenak memikirkan ucapan Galen, "Oh iya, kok gue mendadak pikun."
"Eh ada guru guys!"
Sontak murid-murid XII IPA 1 duduk di kursi mereka masing-masing. Jam pelajaran pertama pun dimulai, ulangan harian berjalan dengan lancar, jelas saja lancar, murid-murid sudah mempunyai kunci jawabannya.
Namun, Argev tak melihat kunci jawaban tersebut, ia menjawab sesuai kemampuannya, agar ia bisa mengetahui seberapa jauh ia mengingat materi yang ia pelajari.
***
Visha berdiri dihadapan cermin yang berukuran cukup besar yang ada didekat wastafel di Sekolahnya. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Lo itu sebenernya serius gak sih ngejalanin hubungan sama Naufal?"
Tiba-tiba seorang gadis datang menghampirinya, gadis itu berdiri disampingnya, menatapnya dengan tatapan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY
Teen Fiction[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] "Jika saja aku benar-benar berpikir sebelum bertindak, pasti penyesalan itu tidak akan terjadi." - Cavish Asteria. [Start : 3 Juni 2020] [Finish : 3 Juli 2020] Cover by @Lidya_NH