🥀 || 06

9.9K 557 10
                                    

"Visha mau ke Cafe dulu ya Bun," pamit Visha kearah Arum seraya mencium punggung tangan kanan Arum.

"Iya, inget jangan pulang larut malam."

Visha mengangguk, "Iya Bun, assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

***

"Strawberry Cake 1."

"2 deh Mbak."

"Eh 3."

Waiters yang mencatat pesanan tersebut mengangguk, "Ada lagi?."

"Hot Cappucino 1."

"Caramel Latte 1."

"Mocha Latte 1."

"Baik, ada lagi."

"Gak ada."

"Saya ulangi ya. Strawberry Cake 3, Hot Cappucino 1, Caramel Latte 1, Mocha Latte 1?."

Visha, Floren, dan Ara mengangguk serempak. Setelah itu sang waiters pun pergi.

Ketiga wanita itu mengobrol sembari menunggu pesanan mereka.

"Jadi tadi lo kesiangan?," tanya Floren kearah Ara.

Ara mengangguk, "Iya, gak ada yang bangunin gue."

Drrttt...drrttt...

Visha menatap layar handphonenya, kedua bola matanya membulat sempurna saat melihat nama Argev tertera di layar handphonenya.

Ia menatap kearah kedua temannya, sepertinya mereka berdua tak sempat melihat layar handphone Visha.

"Huft." Visha menghela nafas lega.

"Siapa Sha?," tanya Floren.

"Be...bentar ya," ucap Visha gugup, ia berdiri dan pergi keluar dari Cafe.

"Hallo."

"Visha? Alamat rumah lo dimana? Nanti gue kesana."

"Eh buat apa?."

"Gue gak bakal lari dari tanggung jawab."

"Gev gak usah, anggap aja gak pernah terjadi apapun diantara kita."

"..."

"Udah ya Gev."

Tut.

Visha memutuskan sambungan telepon tersebut. Visha masuk kedalam Cafe dan menghampiri kedua temannya.

"Siapa?," tanya Floren saat melihat Visha kembali.

"Emm...Naufal, iya tadi Naufal yang nelpon," sahut Visha berbohong, untung ia menemukan alasan yang tepat.

Floren mengangguk, ia menatap kedua mata Visha, ia tau Visha sedang menyembunyikan sesuatu darinya dan Ara, "Oh Naufal?."

"Iya hehe."

"Sha, lo lagi ada masalah?," tanya Floren dengan sangat hati-hati.

Visha benar-benar kaget mendengar pertanyaan dari Floren, bagaimana gadis itu bisa tau bahwa ia sedang menyimpan masalah.

"Lo kenapa Sha?," tanya Ara.

Visha menggeleng pelan, "Hah? Gu—gue? Gue gak papa kok, kenapa emangnya?." Visha malah bertanya balik, ia berusaha untuk menyembunyikan rasa gugupnya, namun ia tak bisa.

Floren menaikkan sebelah alisnya, "Serius?."

"Hmm iya, emangnya kenapa sih?."

"Lo kayak lagi nyembunyiin sesuatu, gugup gitu, ya kan Ra?," ujar Floren meminta persetujuan dari Ara. Ara mengangguk menyetujui ucapan Floren.

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang