🥀 || 07

9.4K 566 20
                                    

1 bulan kemudian...

Visha menjalani hari-harinya seperti biasa, terkadang ia juga mengingat kejadian saat malam minggu itu, namun ia berusaha untuk melupakannya.

Visha duduk di kasurnya ditemani beberapa cemilan, akhir-akhir ini ia sangat senang memakan cemilan, biasanya ia akan berbelanja seminggu sekali, namun sekarang setiap tiga hari sekali ia pergi ke supermarket untuk berbelanja cemilan.

"Hoekkk..." Visha melempar sebungkus kacang yang dipegangnya, kacang tersebut berhamburan di lantai, ia tak peduli, ia langsubg berlari menuju ke kamar mandi karena ia sangat mual.

Visha memijat pelipisnya, ia merasa sangat pusing, ia berjalan perlahan kearah kasurnya.

"Duh kok pusing banget sih, gue salah makan apaan yak," herannya.

Visha berjalan kearah nakas, ia mengambil sebotol minyak angin yang ada diatas nakas, setelah itu ia mengoleskan minyak angin tersebut pada pelipis serta di lehernya.

Ceklekkk...

Visha menatap kearah pintu kamarnya yang terbuka, seorang wanita masuk kedalam kamarnya sembari tersenyum.

"Kenapa kamu?," tanya Arum yang melihat Visha memegang botol minyak angin.

"Visha pusing Bun, mual banget, kayaknya masuk angin."

Arum menatap Visha sekejap, "Kamu sakit? Gak mau berobat ke dokter?."

"Skip deh Bun, masuk angin doang biasa."

"Malam ini rencananya Bunda mau ajak kamu jalan-jalan ke Mall."

Kedua mata Visha berbinar-binar, "Kuy Bun!."

"Okey!."

"Bunda traktir kan?," tanya Visha.

Arum memutar kedua bola matanya jengah, "Emang kamu punya uang buat traktir Bunda?."

Visha menggelengkan kepalanya sembari menyengir menunjukkan deretan giginya, "Enggak hehe."

"Kamu kapan ujian?."

"Dua tahun lagi eh— dua bulan lagi," sahut Visha.

Arum mengangguk, "Belajar yang bener, jangan main mulu! Usahain masuk univ negeri!."

"Iya Bun..."

"Kalau bisa dapat nilai terbaik."

"Gak bisa kalau itu."

"Bisa, cuman kamunya aja pemales."

"Hehe."

"Bunda ke kamar dulu ya, ntar malam kamu dandannya jangan lama, awas aja kamu!."

"Iya Bunda sayang..."

***

Visha memakai celana jeans panjang berwarna hitam, baju kaus berwarna putih, sepatunya pun berwarna putih. Ia mengikat rambutnya karena ia sedang tidak ingin rambutnya digerai.

"Bunda... ayok..." ucap Visha sembari menuruni anak tangga satu persatu.

"Eh anak Bunda udah siap, kuy nak," sahut Arum. Bisa dikatakan Bunda Visha itu sangat gaul, bahkan melebihi Visha.

"Visha atau Bunda yang bawa mobil?."

"Bunda aja, kamu tinggal duduk manis," sahut Arum, ia mengambil kunci mobil yang ada diatas meja.

Sepanjang jalan, Arum dan Visha terus mengobrol sehingga suasana tidak garing. Berbagai macam topik obrolan mereka bahas, dari yang penting sampai tidak penting.

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang