Malam ini, Visha sangat bosan dirumah, ia memutuskan untuk ke Supermarket untuk membeli cemilan.
"Gue ke Supermarket dulu ya Gev," ucap Visha kearah Argev, sebenarnya percuma saja ia ijin kepada Argev karena Argev tak akan menghiraukannya.
Visha menghela nafasnya lalu ia pun keluar dari kamar tersebut. Kaki Visha melangkah menuruni anak tangga satu persatu, sampai akhirnya ia sampai di ruang tamu dan ia tak menemukan siapa-siapa.
"Orang-orang pada kemana sih," gumamnya.
"Ah udahlah." Visha berjalan keluar rumah, ia memutuskan untuk jalan kaki saja ke Supermarket, tak memakai kendaraan, karena jaraknya memang tidak terlalu jauh.
Setelah selesai berbelanja, Visha langsung pulang, ia hendak menutup gerbang rumahnya namun—
"Visha," panggil seseorang.
Visha menengok kearah sumber suara, sontak kedua bola matanya membulat sempurna melihat siapa orang yang memanggilnya, "Naufal," gumamnya.
"Kamu ngapain disini?" tanya Naufal, ia memperhatikan rumah yang ada dihadapannya, "Ini rumah siapa?" tanyanya lagi.
"Emm... lo sendiri ngapain disini?" Visha bertanya balik, ia berusaha semaksimal mungkin untuk menyembunyikan rasa gugupnya.
"Aku mau ke rumah Tante aku, rumahnya didekat sini, dan aku liat kamu ya udah aku samperin."
Visha mengangguk paham, "Oh..."
"Kamu belum jawab pertanyaan aku. Kamu ngapain disini? Dan ini rumah siapa?" ulang Naufal.
"Ini rumah—"
"Visha," panggil seseorang yang datang menghampiri Visha.
Visha meneguk salivanya susah payah, kenapa Argev menghampirinya disaat yang tidak tepat seperti ini, ia harus berbicara apa kepada Naufal.
"Lo ngapain kesini?" tanya Visha kearah Argev.
"Gue mau jemput lo, gue kirain lo masih di Supermarket. Papa marah-marah gara-gara gue biarin lo jalan malam-malam sendirian."
"Lo cowok yang waktu itu kan? Yang kerumah Visha?" Naufal menatap Argev.
Argev menatap balik Naufal, ia mencoba mengingat-ingat siapa lelaki itu, dan akhirnya ia ingat, lelaki itu adalah kekasih Visha.
"Iya," sahut Argev datar.
"Ini rumah lo?"
"Iya."
"Kamu ngapain kerumah dia Sha?" tanya Naufal, ia beralih menatap kearah Visha.
Visha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia benar-benat bingung sekarang, apa yang harus ia katakan kepada Naufal.
"Wajar lah dia kerumah gue, dia istri gue kok," ujar Argev santai tanpa beban.
Visha menatap tajam Argev, "Gev!" tegurnya.
Naufal menaikkan sebelah alisnya, "Istri?"
"Ya. Gue Argev, suami Visha," ucap Argev dengan penekanan disetiap katanya.
Naufal terdiam, ia terkejut mendengar ucapan Argev, ia mengira ini semua hanya prank, namun sepertinya perkiraannya itu salah.
"Sha? Beneran?" tanya Naufal memastikan.
Dengan ragu Visha mengangguk, mau bagaimana lagi, semuanya sudah terbongkar, "Iya, Fal, gue minta maaf sama lo."
Naufal menghela nafasnya, ia menatap Visha kecewa, "Aku kecewa sama kamu Sha, jadi selama ini aku pacaran sama istri orang? Kenapa kamu gak bilang sama aku?"
"Maaf Fal, karena lo udah tau semuanya, kita putus."
Hati Naufal sangat pedih mendengar kata putus dari mulut Visha, wanita yang sangat disayanginya itu ternyata sudah menikah dengan lelaki lain. Namun, sekecewa apapun ia dengan Visha, ia sama sekali tak dendam dengan wanita itu.
Naufal mengangguk pasrah, "Oke kita putus, gak mungkin juga kita lanjutin hubungan ini kan?" Naufal hendak beranjak pergi namun Visha menahannya, Visha memegang lengannya.
"Gue boleh minta tolong sama lo?"
Naufal menaikkan sebelah alisnya, "Apa?"
"Jangan bilang sama siapapun kalau gue udah nikah, gue gak mau dikeluarin dari Sekolah."
Naufal mengangguk mengiyakan, "Ya, tenang aja." Ia pun langsung naik keatas motornya, dan pergi.
"Maaf Sha gue gak bermaksud buat lo sama Naufal putus—"
"Gak papa Gev, memang sudah seharusnya gue dan Naufal putus." Visha berjalan masuk kedalam rumah, meninggalkan Argev yang masih berdiri didepan gerbang.
***
"Jadi, Naufal udah tau? Anjir...terus gimana?"
Visha menghela nafasnya, "Ya gitu deh, sumpah gak enak banget gue sama dia, gue merasa bersalah gitu, selama ini kan dia baik banget sama gue, pasti dia kecewa banget sama gue."
"Lo sama dia putus?"
Visha menganggukan kepalanya, "Iya."
"Kasian banget Naufal, pasti jadi sadboy."
"Sha, Naufal kan udah tau kalau lo itu udah nikah, gimana kalau misalkan dia bongkar rahasia lo itu ke murid-murid SMA Tanjaya? Terus ntar kedengeran sama guru-guru, terus lo dikeluarin, gimana Sha?"
"Gue udah bilang sama Naufal untuk tutup mulut, dan dia iya iya aja."
"Siapa tau dia dendam sama lo," ucap Ara.
"Dia juga bilang sama gue kalau dia gak dendam sama gue."
"Gila... sabar banget tuh orang, sisain gue satu dong yang kayak Naufal," ucap Floren dramatis.
"Guys guys! Attention please..." semua murid langsung menatap kearah seseorang yang berdiri didepan papan tulis.
"Jadi gue mau ulang tahun, emm acaranya malam sabtu, di rumah gue, dan gue mau bagiin kartu undangannya." Gadis itu membagikan kartu undangan ulang tahun kepada murid-murid XII IPS 3.
"Jangan lupa datang ya, kalian semua wajib banget untuk datang, okey thank you guys see you." Gadis itu pun keluar dari ruang kelas XII IPS 3.
Visha menatap kartu undangan itu, "Kalian pergi?" tanya Visha kearah Floren dan Ara.
"Kalian pergi gak? Gue sih ngikut aja, kalau kalian pergi gue ikutan," ucap Floren dibalas anggukan Ara, "2in," sahut Ara.
"Kuy lah pergi, gabut juga kan dirumah." Floren dan Ara mengangguk bersamaan.
Cuman 815 word👉👈
Vote ya jangan lupa!
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY
Roman pour Adolescents[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] "Jika saja aku benar-benar berpikir sebelum bertindak, pasti penyesalan itu tidak akan terjadi." - Cavish Asteria. [Start : 3 Juni 2020] [Finish : 3 Juli 2020] Cover by @Lidya_NH