7. Cita-cita Masa Depan

732 95 4
                                    

Fikiran Dewa kini terbagi, meskipun kejadiannya dua hari yang lalu, tapi rasa terbakarnya masih awet. Dan Dewa tidak suka itu. Mereka semua tidak waras.

Seperti saat ini, ketika Dewa sedang menggambar. Yah, saat suntuk dan stress maka yang akan dia lakukan adalah menggoreskan garis-garis yang apa saja ada di imajinasinya. Bersyukurlah dia punya bakat alami menggambar dari ayahnya. Sehingga kadang-kadang hasil goresannya dapat bernilai. Dia punya julukan jenius imagination dari Ayahnya dan itu adalah kebanggaan bagi Ayahnya.

Ayah Dewa adalah seorang Arsitek  dan memiliki perusahaan besar yang dirintisnya dari awal kuliahnya hingga kini perkembangannya semakin pesat. Kliennya pun tidak main-main, proyek yang mereka lakukan adalah pembangunan gedung-gedung besar dan megah.

Dan bagi Ayah Dewa rumah yang mereka tinggali sekarang adalah manifesti perjuangan awalnya. Karena desain pertama yang tergambar olehnya yaitu Desain rumah keluarganya.

Sementara itu Dewa yang selaku anak tunggal dan keberuntungannya adalah Dewa memiliki bakat alami sehingga sedikit lagi diasah maka dia sudah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin masa depan perusahaan dan menggantikan Ayahnya.

Seperti saat ini Dewa yang hanya asal menggambar tapi hasilnya pasti cukup tidak mengecewakan Ayahnya. Apalagi jika Dewa benar-benar fokus maka tentu saja hasilnya akan luar biasa.

Sedikit lagi menuju finishing, karena goresan ini telah dia buat selama dua hari terakhir, semenjak turnamen selesai dan kemenangan di pihak sekolahnya. Tapi tidak bagi Dewa, justru hari terakhir turnamen rasanya dia mau meniadakan momen yang membuatnya merasa risih.

Tok tok tok

Lamunan Dewa terputus ketika mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar, dan tidak berselang lama wajah Ayu ibunya muncul dan membawa satu piring buah yang sudah siap makan sepertinya.

" Wah, anak mama lagi sibuk yah. Nih, makan dulu. Mama tahu kamu kalau lagi menggambar tidak mau diganggu tapi ada hal penting yang mau mama sampaikan"

" Apa mah? Penting yah? "

" itu, tante Ana mau pulang kekampung halaman suaminya, katanya ada kerabat dari mendiang ayah Dara yang mau menikahkan anaknya. Makanya dia mau titip Dara dulu disini mungkin dua hari, karena kan Dara tidak akan ikut pulang kampung " Mama Dewa mengamati ekspresi anaknya. Yang sejak kedatangannya kekamar anaknya masih belum melepaskan fokusnya dari kanvas didepannya dan hanya menoleh sebentar saat dia masuk.

" Dara si kurcil mau nginap disini emang? "  Dewa yang sebelumnya sibuk kini memutar kursinya menghadap ibunya.

" Gak gitu juga. Dara katanya mau tetap dirumahnya. Kan besok hari minggu jadi Dara akan menjaga toki ibunya selama ibunya ke kampung"

" Terus apa hubungannya dengan kita kalau Dara akan tetap di rumahnya bermalam? "

" tante Ana berpesan untuk mengawasi rumah sebelah. Kan mama tahu kamar kamu dan kamar Dara berdekatan jadi akan lebih memudahkan untuk kamu mengawasi Dara dari sini"

" Ck, dasar kurcil bisa-bisanya tidak bertemu dua hari tiba-tiba saja menyusahkan" Setelah beberapa saat Dewa akhirnya meletakkan pensil dan kini berdiri dihadapan gorden kamarnya dan seketika itu juga menyibaknya dan hal yang pertama Dewa lihat adalah Dara kurcil sedang duduk santai di balkon kamarnya dan menikmati segelas entahlah kopi, susu atau mungkin coklat. Dewa tidak tahu.

Mungkin seperti mengetahui Dara sedang diawasi tiba-tiba saja Dara menoleh dan melihat Dewa dibalik gorden seketika juga Dara tersenyum dan mengangkat tangannya dan ber-say hi.

Sementara itu Dewa yang melihat kelakuan Dara hanya balas menatapnya tanpa berkata-kata dan itu berlaku beberapa detik sebelum Dewa memutuskan pandangannya dan menutup kembali gorden kamarnya, meninggalkan Dara yang kembali cemberut.

SWEET AND SPICYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang