34. Empat Mata

587 72 10
                                    

Bantu aku dapat vote 1000 sebelum tahun depan,boleh?😔

Aku suka kalau lihat notifikasi dan ada (K) dibelakang jumlah vote 😂

* * *

"Aku mohon,jangan menghilang lagi!"

"Jangan pergi tanpa kabar"

"Kamu boleh marah karena apapun tapi tolong jangan menghilang"

"Rasanya sesak disini"

Dewa yang sejak tadi memeluk Dara kini semakin tidak bisa menahan perasaannya. Lega dan khawatir secara bersamaan.

Tanpa memberi celah kepada Dara untuk menolak,Dewa semakin mengeratkan pelukannya tanpa melihat dimana mereka berada dan dengan siapa saja mereka.

Sedangkan Dara yang masih shock karena dipeluk mendadak yang kini dia siapa pelakunya.

Dara seakan tidak percaya,Dunia sesempit ini. Disaat akan menjauh dari asal kebimbangannya kini justru dihadapkan satu tokoh yang berpengaruh besar terhadap hatinya.

"Se...sak! Le..pas!" Dara menepuk lengan yang memeluknya minta di lepaskan karena sejak tadi nafasnya sudah putus-putus saking kuatnya pelaku didepannya ini.

"Tidak. Sampai kapan pun,kamu tidak akan kulepaskan lagi" Dewa masih bersikukuh untuk tak melepas pelukannya.

"Ekhmm.. Maaf mengganggu keromantisannya. Tapi lihatlah,teman kami itu sudah sesak nafas sejak tadi" Tami yang melihat pelukan erat itu saja sesak apalagi yang dipeluk.

Mendengar Dara yang sesak nafas,Dewa pun merenggangkan pelukannya tapi tanpa menjauh sedikit pun. Kintami hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah bucin didepannya ini. Dengan inisiatif sendiri akhirnya Tami menggandeng tangan Ara menjauh dari pasangan didepannya guna memberi privacy dan sepertinya Dara tidak sadar jika kedua kawannya sudah berlalu.

"Oh,Maaf. Kamu tidak apa-apa kan?" Dewa memeriksa badan Dara.

"Hmm"Dara masih cengok melihat wajah Dewa didepannya.

Tanpa basa-basi pun kini Dewa menggandeng tangan Dara untuk mengikutinya entah kemana.

"Hei,kau mau bawa aku kemana?"

Tak dijawab.

"Hei,ini maksudnya apa? Penculikan?"

Tak dijawab.

"Kita mau kemana?" Dara masih bertanya dan berharap kali ini dijawab.

"Ketempat kita bisa berbicara tanpa.diganggu" Sembari membuka pintu kamar miliknya. Dewa menggandeng tangan Dara hingga didepan sofa.

"Duduk! Kita harus bicara!" Dewa berlalu kearah pantry kemudian mengambil minuman.

Sedangkan Dara masih heran,pembicaraan apa yang harus mereka bicarakan.

"Kenapa kamu menghilang?" Tiba-tiba Dewa sudah duduk disofa dekat dengan Dara.

"Aku tidak menghilang"

"Kamu pergi tanpa kabar tanpa pesan"

"Aku rasa kita bukanlah yang seharusnya berbagi kabar seperti itu"

Dewa terdiam mendengar ucapan Dara yang memang benar. Mereka tidak berada dalam posisi saling berkabar adalah kewajiban. Dewa sadar posisinya tidak begitu kuat dalam mengikat Dara.

"Kalau begitu,Ayo menikah?" Dewa dengan spontan mengatakan itu yang sebenarnya sudah tidak tahan jika tanpa melihat dan mendengar kabar Dara dan harus memiliki peran penting jika ingin melakukan itu. Menikahi Dara secepatnya.

SWEET AND SPICYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang