Dara fikir gundahnya akan hilang saat kepulangannya dari berlibur atau lebih tepatnya melarikan diri dari masalah,bukannya sesuai ekspektasi justru dilemanya makin merajalela apalagi saat melihat kotak cincin yang kini tergeletak pasrah diatas tasnya.
Sesaat kepergian Dewa,Dara buru-buru memesan tiket untuk pulang. Selain karena merasa pelariannya percuma karena yang dihindarinya saja sudah bertemu dengannya.
Kini Dara berada diatas langit memandangi awan yang menyentuh sayap samping pesawat. Yah,Dara memutuskan untuk pulang beberapa saat setelah memesan tiket online dengan memilih penerbangan tercepat.
Kini dilema semakin melandanya. Antara Dewa si cinta pertama dan Bima si pacar pertama. Satu sisi Dara bahagia karena ternyata Dewa sungguh-sungguh menyukainya tapi dilain sisi Dara merasa bersalah karena sudah menjadikan Bima menjadi pelariannya. Selama ini Dara menyangkal bahwa Bima bukanlah pelarian dan Dewa sudah benar-benar hilang dari hatinya tapi ternyata Dara salah.
Hatinya masih didominasi Dewa.
Tapi dengan segala kebaikan dan kesabaran Bima selama ini yang mendampinginya saat-saat terpuruk bukanlah waktu yang singkat.
Rasanya Dara terlalu naif dan berdosa jika menuruti kemauannya tanpa memikirkan Bima.
Mungkin setibanya ini,Dara akan langsung menemui Bima dan akan membicarakan apa yang dia inginkan selama ini.
* * *
"Aku sudah tahu. Cepat atau lambat ini akan terjadi" Bima memandang kearah air hujan yang menyentuh kaca jendela Restoran tempat mereka bertemu. Makanan dingin tak tersentuh,sedingin cuaca diantara mereka saat ini.
"Maaf" Dara sudah mengungkapkan semuanya tanpa ada yang di tutup-tutupi. Kecuali soal cincin dari Dewa.
"Tapi.. Apa harus kamu menghilang selama hampir 4 hari ini dan susah dihubungi tanpa penjelasan soal kejadian hari itu?"
"Sudah aku katakan itu semua tidak benar. Apa yang ibumu bilang kepadaku dan apa yang dikatakan kepadamu tidak sama" Dara rasanya jengah saat mencoba menjelaskan banyak kali tapi ujung-ujung Bima belum faham juga atau mungkin.. Entahlah.
"Jadi dengan kata lain,kamu menuduh ibuku berbohong?"
"Bukan seperti itu.. Ah,terserah kau mau mempercayai apa yang mau kamu percayai. Aku tidak bisa berdiri diantara kamu dan ibumu. Aku pasti kalah"
"Tapi... " Bima terlihat bimbang. Dan itu seperti memukul telak Dara dengan kenyataan bahwa Bima mungkin akan tetap seperti ini dimasa depan.
"Sepertinya pembicaraan hari ini cukup akhiri sampai disini" Dara bergegas meraup tas yang berada di kursi kosong sampingnya. Sebelum ada yang menahannya
"Tunggu dulu,maksudnya kamu.. Mau putus?" Bima shock mendengar ucapan 'akhiri'.Dara baru kali ini menemui sosok Bima yang seperti ini. Dengan ogah Dara berbalik kearah Bima.
"Putus? Kamu mau putus?" Bima mengulang pertanyaannya.
"Bima,entah mana perkataanku yang mengatakan putus dan kamu menyimpulkan itu sebagai kata putus"
"Kamu bilang akhiri?" Bima entah kenapa kali ini hilang kepintarannya dimata Dara.
"Entahlah" Biarlah Bima pusing dengan pertanyaannya sendiri dan rasanya Dara mau menggetok batok kepala Bima saking gregetnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET AND SPICY
Literatura FemininaE N D🌼1/7/2020 -- 30/6/2021 Dewa yang Arogan, Sinis, dan bermulut pedas. Tidak terima ketika Dara si pendek, gemuk, dan Cengeng, menjadi Tetangga sekaligus stalker nomor satunya. Dimana ada Dewa maka Dara akan menyertai, kayak gula dan semut. seper...