14. Tahun Berganti

605 80 9
                                    

Hari itu semakin berlalu semenjak kejadian absurd di Festival akhir tahun sekolah.

Srek srek srek

Bunyi daun yang bergesekan dengan ranting disertai angin kencang yang menerpa genteng rumah.

Memang angin kencang biasanya akan bertiup kencang menjelang pergantian tahun.

Sementara di minggu sore itu Dara yang sejak tadi menyapu halaman depan rumahnya masih berbolak-balik mengumpulkan daun-daun kering yang berjatuhan dan diperparah oleh angin kencang sehingga membuat tumpukan sampah yang sudah siap angkut kini justru berhamburan kembali membuat pekerjaan Dara berkali-kali lebih lama dan membuat lelah.

Hufh.. Angin kencang banget lagi.

Kapan selesainya ini? Dara membatin.

Sementara Dara masih berjibaku dengan sampah-sampah nakal itu.
Maka lain lagi yang dilakukan oleh Dewa yang sejak tadi berdiri di balkon kamarnya sambil menangkup kopi panas yang ada ditangannya justru tertawa terbahak-bahak setiap kali angin berhembus kencang. Yah, bagaimana tidak, setiap ada angin kencang berhembus maka pemandangan yang Dewa lihat adalah gadis berkuncir lari kesana kemarin mengikuti sampah yang dibawa angin dan membuat berserakan kembali.

Yang Dewa lihat dari lantai dua ini ialah pemandangan seperti anak ayam yang berlarian kesana kemari 
karena kehilangan induknya. Yah sedikitnya, mungkin mirip seperti itu.

Mungkin saja karena suara terbahaknya yang teramat kencang atau mungkin karena angin yang berhembus sudah berkurang jadi objek yang diperhatikannya sejak tadi kini justru melihat kearahnya.

Dan seketika itu juga Dewa menghentikan tawanya dan melihat kembali kebawah balkon, tempat dimana Dara melihat kearahnya.

" Lucu yah" Ucap Dara jengkel melihat Dewa menertawakannya.

" Yah lucu, kau harus lihat anak ayam yang lari kesana kemari mengejar-ngejar angin" Dewa kembali berkelakar.

Dara yang melihat kembali kearah sampah-sampah kering yang kini berserakan lagi dan melihat kearah Dewa diatas balkon. Mulai jengkel, entahlah jengkel keangin atau karena Dewa yang menertawakannya. Padahal itu juga sudah kebiasaan Dewa bahagia diatas derita Dara. Hufh..

" Ulahnya PMS nih, apa-apa bete" Dara membatin kemudian berlalu meninggalkan sampah-sampah tak berperikebersihan itu.

Dewa yang melihat Dara berlalu begitu saja meninggalkan sapu dan sampah-sampah keringnya hanya geleng-geleng kepala.

Saking terlalu asyiknya melihat pertunjukan tetangganya sehingga tidak menyadari sejak tadi ada yang memperhatikan aksi dan tawa bahagianya, sampai objek yang diperhatikan itu berbalik dan kaget melihat sosok yang tidak pernah menginjakkan kakinya di kamar anak bujangnya itu kini justru ada di depan pintu yang dibuat sedikit tertutup.

" Ayah" Dewa masih terkejut melihat ayahnya kini berdiri dihadapannya dan lebih mencengangkan lagi justru kini berdiri di kamarnya. Dan itu adalah hal yang baru pertama kali Dewa lihat semenjak dia kanak-kanak hingga kini.

" Heum"

" Ada apa ayah? Ada perlu apa dengan Dewa"

" Besok kita akan buat perayaan Tahun baru di sini, dan sebelum itu ayah mau kamu besok menjemput anak teman ayah"

" jam berapa? Dan mau diantar kemana?"

" Jam 12 siang pesawatnya akan tiba. Dan antarkan dia kealamat ini" Sembari menyodorkan kertas berisi alamat rumah," Sebenarnya mau ayah undang anak teman Ayah kerumah tapi berhubung ibu dari teman ayah sedang sakit maka dia minta diantarkan kerumah neneknya saja"

SWEET AND SPICYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang