27. Patah

785 84 13
                                    

Cinta memang kadang selelucon itu, yang dicintai justru abai sementara itu ada hati yang lain menunggu giliran tapi justru menulikan kesempatan itu.

Cukup klise memang jika berbicara cinta yang tak ada habisnya.

Berulang Dara menghela nafas seakan ada beban yang ada dibenaknya yang belum usai.

Dara fikir selama ini sosok Dewa sudah tidak berpengaruh lagi dalam hidupnya namun setelah dua kali bertemu kini justru semakin mengundang gundahnya.

Bagaimana tidak disaat Dara sudah membuka hati dan merasa yakin kalau Bima akan menjadi penghuni hatinya dikemudian hari kini justru semakin membuatnya dilema.

Dara fikir bertemu Dewa meski hanya untuk urusan keprofesionalan dalam kerjaan tidak akan memberi pengaruh besar bagi Dara tapi nyatanya dia salah dan teramat salah.

Fikirannya kini bercabang hingga sedari tadi abai dengan sosok yang sudah memperhatikannya sejak tadi.

" Hei,kamu sakit?"

" Hah? Oh tidak. Kenapa memangnya?" Dara gelagapan ketika diajak berbicara saking tak fokusnya.

" Dari tadi kayaknya kamu resah, seperti menghela nafas berulang kali dan banyak mengkhayal sampai-sampai makanan didepanmu pun tak disentuh"

Kini Dara dan Bima memang sedang makan siang bersama ditengah musim hujan seperti sekarang ini yang hampir saja batal karena hujan sedari pagi tapi syukurnya mereka tetap merealisasikan rencana itu, mengingat ini kali pertama lagi bertemu setelah kesibukan belakangan ini.

Mereka makan siang di kedai yang cukup ramai tapi masih privacy dengan konsep Homey.

" Apa makanannya kurang enak?"

" Ah, enak kok. Enak banget malah, justru makan ini mengundang banyak imajinasi resep baru" dengan cepat Dara menguasai keadaan dan kembali fokus dihadapan Bima.

" Syukurlah, kirain kamu sakit atau makanannya kurang enak. Kan biasanya gitu makanan akan kamu abaikan kalau kurang enak badan dan makannya tidak sedap" untuk kebiasaan itu rasanya Bima cukup tahu dan faham kebiasaan Dara.

" Enak banget malah, nih liat udang saus tiramnya kental banget dan gurihnya jawara" sambil mencoba menu udang yang ada dihadapannya guna mengembalikan mood makannya.

Bima kini justru terkekeh melihat aksi Dara yang sekarang kembali.seperti biasa. Lahap dan lupa manner makan jika ketemu dengan makanan enak.

Pipi Dara kini belepotan saus saking semangatnya dan mengundang geli Bima untuk mengusapnya.

Napkin yang ada ditangan Bima sudah nangkir diatas pipi Dara dan itu menghentikan kunyahan Dara sebab kini dia sudah sadar akan kebiasaannya yang lupa daratan didepan makanan enak.

" Enak sih enak, tapi jiwa anak-anaknya juga dikondisikan dong. Masa makan gini sampai belepotan. Ck,ck,ck" meski begitu tidak menghentikan tangan Bima untuk membersihkan saus dipipi Dara.

Selain saus yang menempel kini justru pipi Dara memerah saking malunya.

Ingatkan dia untuk menghentikan kebiasaan menggelikannya itu nanti.

Sungguh Dara malu.

Tapi itu hanya untuk sepersekian detik hingga kini netra matanya terpaku pada sosok didepan pintu masuk yang melihat kearahnya dengan tatapan yang tak bisa Dara tebak.

*******

Sungguh perpaduan maha sempurna, ditengah riak-riak titisan hujan dibalik jendela Kedai dengan baju yang sedikit basah karena tetesan air hujan mengenai jasnya saat menuju kedai, serta dua sosok lawan jenis yang sedang bercanda ria diujung sana yang semestinya badannya akan kedinginan karena hujan justru sekarang merasa hawa panas menyelimuti mata dan egonya.

SWEET AND SPICYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang