Hyunjin sampai di ruang rawat ayahnya, ayahnya sedang berbaring di ranjang lalu menoleh saat menyadari ada yang berjalan mendekat. Hyunjin memberikan senyumnya lalu berjalan menghampiri ayahnya.
"Apa yang terjadi appa?" Tanya Hyunjin lalu mendudukkan dirinya pada kursi yang ada di samping ranjang.
"Paman hanya kelelahan." Minhyun menjawab. Ia berdiri di samping Hyunjin.
"Appa baik baik saja, untung ada Minhyun dan merawat appa."
Ucapan dari ayahnya membuat hati Hyunjin sedikit mencelos. Dirinya sungguh tidak berguna menjadi seorang anak, ia terlalu egois dan dan memaksakan keinginannya untuk menjadi idol. Hyunjin tidak ada di saat ayahnya membutuhkannya.
"Itu sudah tugasku paman, lagi pula siapa yang merawat paman selain aku?" Minhyun tersenyum lebar membuat Hyunjin rasanya ingin muntah saja melihatnya. Ingin sekali Hyunjin mencakar wajah Minhyun, tapi kuku tangannya tidak cukup panjang, apa perlu Hyunjin membuat memar pada wajah Minhyun? Oke lupakan pemikiran Hyunjin.
"Bagaimana kau bisa ada di sini?" Tanya ayah Hyunjin sambil menatap Hyunjin.
"Aku bertemu dengan Hyunjin di lorong rumah sakit paman." Minhyun yang menjawab.
"Untuk apa kau ke rumah sakit?" Tanya ayahnya lagi.
"Um... I-itu hanya pemeriksaan biasa." Jawab Hyunjin gugup.
"Pemeriksaan?" Tanya Minhyun.
"Hmm itu... Itu tidak penting." Hyunjin memberikan senyum canggung.
.
.
.Hyunjin benar benar tidak tau bahwa hubungan ayahnya dan Minhyun sudah sangat dekat, bahkan sepertinya lebih dekat daripada Hyunjin. Apakah Minhyun sudah menggantikan posisi Hyunjin?
Seperti saat ini. Hyunjin duduk di sofa yang ada di ruang rawat ayahnya. Di depannya, Minhyun tengah menyuapi ayahnya dengan telaten. Tidak, Hyunjin tidak cemburu, tapi..... Ah sebut saja ia cemburu.
Yang Hyunjin rasakan sekarang adalah kesal setengah mati. Yaa dia sangat kesal, dengan bagaimana Minhyun bersikap sok manis di depan ayahnya, sungguh Hyunjin membenci senyum cerah milik Minhyun. Karena muak, maka Hyunjin melangkah ke arah ayahnya.
"Biar aku saja yang melanjutkannya." Ucap Hyunjin datar pada Minhyun sambil menyodorkan tangannya berniat mengambil mangkuk yang dipegang oleh Minhyun.
"Ahh... baiklah." Minhyun dengan senyum lebar menyerahkan mangkuk kepada Hyunjin. Namun sebelum Hyunjin memegang mangkuk itu dengan benar, Minhyun melepaskan mangkuk itu hingga jatuh ke lantai.
"Astaga... Apa yang kau lakukan." Ucap Minhyun.
"Apa? Kau yang sengaja melepasnya bukan?!" Hyunjin meninggikan suaranya.
"Hyunjin! Kau kemari hanya untuk membuat appa emosi? Sebaiknya kau pergi saja sekarang!" Ucap tuan.
"Tidak appa, aku tidak sengaja, jangan suruh aku pergi, aku ingin menemani appa disini." Hyunjin menggenggam tangan tuan Hwang namun segera di tepis.
"Paman, aku ke luar sebentar untuk memanggil petugas kebersihan untuk membersihkan ini." Ucap Minhyun yang di balas anggukan oleh tuan Hwang.
"Appa...." Ucap Hyunjin lirih.
"Aku bilang keluar." Ucap tuan Hwang datar.
"Baiklah, appa harus cepat sembuh." Hyunjin membungkuk sejenak lalu pergi meninggalkan ruang rawat.
Ia memilih pergi agar ayahnya tidak semakin marah. Padahal ia ingin sekali menemani ayahnya, tapi ia juga harus kembali ke asrama karena yakin pasti member lainnya marah kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong [ ✓ ]
Fiksi Penggemar"Kau pasti bisa debut dengan kami Hyunjin-ah..." Aku nggak mau tanggung jawab kalau kalian nangis yaa🤣🤣🤣