[38.] Khawatir

3.1K 331 50
                                    

"Chan, kalian tidak bisa berdiam diri, hanya karena keadaan satu orang." Park Jin-young berbicara dengan penuh kesabaran.

Sedangkan Chan hanya diam sambil menundukkan kepalanya, kedua tangannya mengepal, tidak membenarkan ucap seseorang di hadapannya ini.

"Hyunjin tidak bisa melanjutkan pelatihannya, kita bahkan tidak tau sampai kapan ia bisa bertahan sampai donor itu ada." Ucap Park Jin-young berusaha menenangkan dirinya sendiri, sebenarnya ia juga tidak bisa merelakan trainee kebanggaannya.

"A-aku... kami tidak bisa, kami ingin tetap bersama Hyunjin." Jawab Chan terdengar bergetar.

"Hei, kita tidak bisa menunggunya Chan, ayah Hyunjin juga pasti tidak mengijinkan anak itu ikut pelatihan, dan mungkin saja ia akan memaksa Hyunjin mengundurkan diri dari agensi." Orang nomor satu JYP itu berusaha memberi pengertian pada Chan.

"Kau sudah cukup lama menjalani masa trainee, apa kau tidak ingin segera debut?" Lanjutnya.

"A-aku, aku ingin debut." Ucap Chan pelan.

"Tapi... tetap debut dengan Hyunjin juga." Lanjut Chan pelan, setetes bulir bening itu akhirnya lolos juga.

"Hah... diskusikan ini dengan tim mu, kami dari pihak agensi juga harus bekerja cepat dan tidak bisa menunggu Hyunjin yang tidak pasti kapan mendapat donor, kalian latihan bertujuh, jika memang kalian sudah memenuhi standar untuk debut, aku akan langsung mendebutkan kalian bertujuh tanpa menunggu Hyunjin." Ucap Park Jin-young final.

"Aku mohon pd-nim, kami ingin menunggu s-sampai Hyunjin sembuh..." Mohon Cha pelan.

"Sekarang berlatih lah dengan formasi 7 orang, Hyunjin masih aku ijinkan untuk tinggal di asrama untuk sementara waktu ini." Setelah mengucapkan itu Park Jin-young keluar dari ruangan yang biasa ia gunakan untuk meeting bersama staff lainnya.

Chan mengacak rambutnya frustasi, Woojin, dan sekarang Hyunjin? Tidak tidak, mereka tidak bisa debut tanpa Hyunjin.

Chan mengusap wajahnya kasar lalu perlahan berjalan keluar dari ruangan itu, hari semakin malam dan ia harus segera sampai di asrama untuk mengecek keadaan para dongsaeng nya, dan tentu saja Hyunjin yang baru keluar dari rumah sakit sore tadi.

Ia tidak bisa mengantar Hyunjin bersama yang lainnya kembali ke asrama karena Park Jin-young mengabarinya jika ia ingin membicarakan hal penting dengan Chan.
.
.
.
Pukul 1 dini hari, Chan sampai di asrama, keadaan asrama tentu saja sudah gelap dan sepi.

Nyatanya Chan tidak bisa langsung pulang tadi setelah bertemu dengan Park Jin-young, pikirannya terlalu kalut, jadi ia memutuskan untuk menenangkan dirinya di ruang kerjanya di gedung agensi.

Chan menghidupkan lampu ruang utama, lalu menaruh tasnya di sofa hitam yang ada di depan televisi, ia berjalan perlahan menuju dapur, niatnya hanya ingin membuat secangkir kopi, sepertinya ia tidak berniat tidur untuk malam ini.

Pergerakan Chan menuangkan bubuk hitam pada gelas harus terhenti karena mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

"Hyung..."

Chan terkejut mendengar suara itu, segera ia membalikan badannya, menatap si pembicara yang menatapnya dengan pandangan khawatir.

"Astaga Hyunjin-ie, kau kenapa belum tidur oeh?" Tanya Chan sedikit kesal, bagaimana bisa Hyunjin belum istirahat sedangkan ia baru saja keluar dari rumah sakit sore tadi.

"Aku menunggumu hyung, kenapa baru pulang sekarang?" Jawab dan tanya Hyunjin.

Chan menghela nafas kasar, mengurungkan niatnya untuk membuat kopi, lalu menuntun Hyunjin ke ruang utama untuk duduk di sofa hitam itu.

Something Wrong [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang