26. She's Gone (1)

139 69 27
                                    

Uh huhu:( sorry aku pilih lagu itu lagi:(
Enak banget sumpah. Gak percaya dengerin aja sendiri-!

Percaya deh, aku nangis waktu baca surat dari Natcha pas denger lagu itu... Makanya:(

Kalo kalian punya rekomendasi lagu lain, boleh yaa komen disini.

Bacanya sambil dibayangin, biar dapet feel nya...

Happy reading💓

Happy reading💓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bugh

Satu pukulan keras mendarat pada tengkuknya. Gadis itu tersungkur ke atas tanah. Sesaat sebelum ia menutup matanya, samar-samar mendengar kepanikan dari lelaki yang berdiri tepat di sebelahnya.

"NAT... NANAT..." panik Kai sambil menggoyangkan tubuh gadis yang terkulai lemas.

Sementara di tempat lain, Justin sudah dibuat tidak nyaman karena alarm serta keterangan yang tertera.

Kotak atas meja belajar☺

Apa ini? Apa?! Dirinya sama sekali tidak mengatur jadwal alarm. Yang mana ini adalah perbuatan gadis yang entah kini berada dimana.

Wajah panik Justin dapat dibaca dengan mudah oleh ketiga lelaki tampan lainnya. Setelah Angga bertanya perihal apa yang terjadi, Justin malah membentaknya.

"CARI SI NANAT SEKARANG!!" titahnya kemudian berlari entah kemana. Cukup mengerti, Angga, Vito, dan Aldo segera bergegas berpencar.

"Nanat mana?" tanya Justin setelah berada di balik panggung tempat gadisnya berdiam diri selama acara. Lelaki itu celingukan rusuh. Sial! Tidak ada.

"Tadi sama Zarra," jawab salah satu anggota OSIS. Justin membuang nafas gusar. Lelaki itu kembali berlari mencari-cari gadisnya.

Melewati kantin, Justin tak sengaja menangkap sosok Zarra serta Caylin di sebuah meja. Bukan hanya berdua, tapi rupanya ketiga lelaki lain juga sudah mengerubungi kedua gadis itu.

"Nanat mana?" tanya Justin. Perasaannya semakin tidak enak melihat kedua sahabat terdekat Natcha menangis sesenggukan.

"G... Gue... Juga gak tau... Hiks... Hiks... Kita lagi nungguin... Nanat... Hiks... Hiks..." Vito tidak tinggal diam melihat sang kekasih menangis seperti itu. Dirinya sudah berdiri dan memeluk gadis yang masih terduduk di tempatnya. Zarra menyembunyikan wajah pada perut rata Vito.

Jika saja Aldo tidak menahannya, Justin sudah dipastikan membentak kedua gadis itu. Bukankah itu tidak penting untuk sekarang? Saling menyalahkan antar sesama.

Justin mengepalkan kedua tangan kuat. Urat-uratnya menonjol, menambah kesan gentle padanya. Rahangnya mengeras, semakin memperlihatkan kekokohan keduanya. Untuk meredam emosi, Justin menutup matanya.

"Kita ke rumah gue. Cari tau apa yang dimaksud Natcha," ucapnya datar. Vito dan Aldo membantu kedua gadis itu berdiri. Tiga porsi baso si mbah belum mereka sentuh sedikit pun.

JUSTIN [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang