3. Pindah Rumah

440 227 120
                                    

Author POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author POV

Setelah melaksanakan acara pertukaran cincin, kini sepasang insan yang telah terikat hubungan pertunangan tengah mengemas barang-barangnya. Sebagai hadiah pertunangan mereka, Samuel memberikan sebuah rumah minimalis yang sangat cocok untuk keduanya. Tidak terlalu besar tidak telalu kecil juga.

"Lelet!" sindir seseorang dengan nada dingin yang tengah menyender di daun pintu. "Lo lagi ngapain sih?!" tanyanya jengah karena tidak ada jawaban dari mulut gadis itu. Justin melangkahkan kakinya kemudian mengikuti gadis yang tengah terduduk di tepi kasurnya.

Natcha terus menundukkan kepala saat dirasa seseorang kini tengah memperhatikannya. Secara perlahan, Justin mendongakkan kepala gadis yang merupakan tunangannya itu.

"Kenapa?" tanyanya lembut sembari mengusap kedua ujung mata Natcha yang terlihat ada bekas air mata.

"Gue gak nyangka ujung-ujungnya bakal kayak gini ...," lirih Natcha kemudian kembali menundukkan kepala. Justin tidak menyukai jika seorang gadis yang tengah di dekatnya mengeluarkan air mata. Walaupun bad boy, tapi Justin memiliki hati yang cukup baik.

"Bawain tas gue!" titah Natcha yang sudah selesai dengan tangisnya. Bukan apa-apa, ia hanya merasa tidak enak dipandang miris oleh seorang laki-laki menyebalkan yang baru dikenalnya.

Justin mendengkus begitu melihat sejumlah tas dan satu koper gadisnya itu. Menurutnya ini terlalu berlebihan. Membawa banyak barang ke rumah baru yang hanya diisi oleh dua orang.

"Ma, kita pamit dulu," pamit Natcha pada Anita yang sedang memasak beberapa jenis makanan. "Mama nanti ke sana, 'kan?" tanyanya yang dibalas oleh anggukan kepala.

"Iya sayang. Nanti Mama nyusul sama yang lain."

Perhatian keduanya teralihkan pada sesosok laki-laki yang tengah berjalan sambil membawa banyak tas. Senyuman manis merekah dibibirnya.

"Natcha kenapa Justin yang bawa semua tas kamu?"

"Gapapa dia 'kan cowok, Ma. Harus kuat, karena kalau sekarang aja udah lemah, gimana nanti pas membina rumah tangga?"

Justin tersenyum manis, "Iya gapapa kok Tante. Ini gak seberapa."

"Mulai sekarang jangan panggil tante. Panggil mama aja." Anita dan Justin saling menyunggingkan senyuman. Sementara Natcha sudah mendengkus sebal.

"Yaudah Ma. Kalau gitu kita pamit dulu," pamit Justin kemudian mencium tangan Anita sopan diikuti oleh Natcha. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati."

Natcha berjalan terlebih dahulu dengan wajah yang ditekuk malas. Ia bahkan sedikit menghentak-hentakkan kakinya menuju ke mobil. Ya kali. Dia masih muda, tapi dia harus bertunangan secepat ini. Meninggalkan rumah yang sedari dulu menjadi tempatnya pulang.

JUSTIN [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang