1. Pertemuan Pertama

640 257 257
                                    

Author POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author POV

"Kenapa kalian bisa telat?!" tanya Natcha setelah upacara bendera telah dilaksanakan. Tidak ada yang menjawab. Membuat gadis itu mengulangi pertanyaannya tadi. "Gue tanya. Kenapa kalian TELAT?!!"

Atmosfer menjadi mengerikan dengan bangunnya si singa betina.

"Maaf, Kak. Saya tadi telat bangun," jawab salah seorang di antara mereka yang dapat dipastikan adalah seorang adik kelas. Natcha menarik napas kemudian membuangnya perlahan.

"Alasan klasik," sinis Natcha. "Yang lain?" tanyanya lagi.

"Macet," ucap salah seorang lelaki yang sangat Natcha kenal.

"Angga?" gumamnya pelan. "Kenapa gak berangkat lebih awal, huh?!"

"Sorry," jawabnya dengan menundukkan kepala. Padahal dalam hati, Angga ingin sekali mengerjai sahabatnya. Andai saja situasinya berbeda.

"Yang lain?" tanya Natcha lagi masih dengan emosi yang memuncak.

"Males upacara," jawab seorang siswa yang sangat Natcha benci. Siapalagi jika bukan Alvito? Siswa berandal yang hobinya keluar masuk ruang BK serta menyusahkan dirinya.

Natcha menghampiri dengan tatapan yang tak bersahabat. "Lo. Kalau gak mau. Sekolah. Gak usah. Sekolah. Lo pikir ini sekolah punya bokap lo, huh?!!" Natcha menekankan setiap katanya. Seperti tidak kenal takut, Vito menampilkan seringaian mematikan yang justru menjadi daya tarik tersendiri dimata para gadis.

"Gue gak bilang gue gak mau sekolah, Natcha, " ralat Vito masih dengan seringainya. "Gue cuman bilang males upacara, sayang," lanjutnya yang membuat Natcha semakin naik darah.

"Lo—!" perkataan Natcha terhenti ketika ia melihat seorang siswa yang tengah berjalan melewati dirinya dengan santai. Sudah telat, tidak merasa bersalah pula, begitulah isi hati Natcha yang sangat kesal.

"Lo yang lagi jalan!" seru gadis itu yang membuat si empunya menolehkan kepala dan menampilkan raut datar. "Lo telat!" cetusnya tak kalah datar. Seperti tidak mempunyai kuping, lelaki itu malah melanjutkan langkahnya.

Natcha membulatkan mata ketika melihatnya. Astaga mahluk apa ini?? Sepanjang sejarah ia menjadi ketua OSIS, tidak pernah ada yang seperti itu. Tidak ada seorangpun yang berani main-main saat Natcha sudah dirundung emosi.

"Apaan sih?!" tanya lelaki itu saat dirasa ada yang menarik baju seragamnya.

"Lo. Telat," beritahu sang ketua OSIS disertai sorot wajah yang sudah sangat menakutkan. Kedua bola mata yang hampir keluar serta jari telunjuknya yang dengan santai menunjuk lelaki itu.

JUSTIN [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang