"Cha, inget kata gue. Ok?"
"Hmm..."
Natcha mendengus kemudian melanjutkan langkah meninggalkan sang sahabat di belakang sana. Malas. Setiap tahun ajaran baru, Angga selalu berkata seperti itu. Seolah menguatkan dirinya dengan kalimat yang sama.
"Yah, kita gak sekelas," ujar Angga kecewa. Kini, keduanya tengah memandang majalah dinding bersama beberapa siswa lainnya.
Kecewa? Tentu Natcha kecewa. Siapa lagi yang akan menemaninya selain Angga? Walau lelaki itu menyebalkan, tapi tetap saja Natcha membutuhkannya. Dan walau Natcha terkesan jutek serta galak, tapi Angga juga sama membutuhkannya. Untuk nilai ulangan, tugas, serta uang jajan.
Sebentar!
Lupa memberitahu. Natcha si gadis periang yang selalu tertawa karena hal-hal kecil sekalipun, kini telah menghilang dari muka bumi. Tidak ada lagi Natcha yang pecicilan, suka tertawa, dan selalu terlihat bahagia. Natcha yang dahulu telah mati saat itu juga. Kini, hanya ada Natcha yang galak, sering marah, dan jarang tertawa. Dingin, kesan pertama bagi orang-orang yang berinteraksi dengannya.
"Bodo amat anjir. Gue bandar rugi kalo deket lo," gumam gadis itu yang kini telah semakin berjalan menjauh dari sang sahabat.
Bugh
"Aww..." pekik dua gadis secara bersamaan. Tepat di pertigaan koridor, siang ini terjadi tabrakan antara dua siswi yang menyebabkan keduanya merintih kesakitan.
"Sakit anjerrr," ringis keduanya bersamaan. Di detik selanjutnya, baik Natcha maupun gadis bername tag Zarra itu saling berpandangan.
Zarra bergidik menahan apa yang sedari tadi ia tahan. Tanpa basa-basi, gadis itu menarik sebelah tangan Natcha dan menggiringnya menuju toilet.
"Iii lepasin," pekik Natcha terdengar memerintah.
"Aduh bentar. Gue kebelet. Anter ke toilet elah," balasnya tak acuh. Alhasil, Natcha hanya bisa pasrah saja. Gadis ini terus menariknya sambil berlari dan tak hati-hati. Sampai tak jarang mereka menabrak beberapa orang yang menghalangi jalannya.
"Fyuh. Lega banget anjir," ujarnya kembali membuka suara setelah selesai dengan urusan yang membuatnya tidak nyaman. Gasis itu melirik Natcha dengan tajam. Pandangannya tertuju pada name tag yang tergantung pada lehernya.
"Thanks udah nganter gue ke toilet, Natcha," ujarnya lebih manis. Natcha hanya terdiam tidak merespon sedikit pun. Gadis itu malah berniat untuk meninggalkan siswi aneh yang baru saja ia temui.
"Ternyata kutub juga ada ya, versi cewek," sindir Zarra setelah menyamakan langkah dengan gadis itu. Tentu, ia tidak akan membiarkan Natcha pergi begitu saja.
"Gue Zarra. Panggil aja Ara," Natcha mendengus kemudian mau tidak mau membalas uluran tangan gadis bernama Zarra. Menurutnya, Zarra sok kenal dan sok dekat. Sok asik, tapi terlihat baik dan tulus.
"Nanat," balas Natcha singkat.
"Ok. Kita sahabatan," ujarnya kemudian memeluk Natcha dari samping.
Sementara di tempat lain, seorang gadis berperawakan mungil tengah celingukan di tengah lapang. Tepatnya di bawah sinar matahari siang ini. Panas teriknya seolah sama sekali tidak mengganggu. Gadis itu terus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru lapangan.
"Kenapa?" tanya seseorang. Laki-laki dan... Tampan.
"Ah aduh temen gue hilang. Gue gak tau dia kemana. Huhu gue takut sendirian."

KAMU SEDANG MEMBACA
JUSTIN [ COMPLETED ]
HumorFOLLOW DULU AKUN AUTHOR!! WAJIB BERI VOTE DAN KOMEN JANGAN JADI SILENT READERS 15+ - - - - - ❝ ketika salmon dan singa dijodohkan ❞ Masih menceritakan seorang bad boy and good girl yang bertemu secara tidak sengaja. Seseorang bernama Justin Atla...