Part 42.1

635 18 14
                                    

Nah loh we update cepet kan sekarang

karena apa? ya karena wifi tetangga gue lancar lah wkwkwk

Oke jan lupa tinggalin jejak, awas aja kalau sider lu pada

--------------------

"maaf"

Fania. gadis itu masih saja terdiam ketika Revan mencoba mengajaknya berbicara. Mereka berada didalam mobil setelah tadi Revan menghajar Rendy hingga babak belur. Fania masih kesal dengan Revan karena pria itu tiba-tiba muncul dan membuat kekacauan

"sayang..."

Revan menepikan mobilnya dipinggir jalan. Malam ini cuaca kurang bersahabat karena buktinya gerimis mulai turun

"sayang... iya aku salah, aku minta maaf" diraihnya kedua tangan Fania didalam genggamannnya

Revan menghela nafasnya samar, Fania masih saja diam dengan pandangan menghadap kaca jendela mobil. Revan memajukan badannya mendekat ke Fania

"sayang lihat aku" dengan lembut Revan mengelus pipi kanan Fania. Perlahan Fania menolehkan kepalanya tapi bibirnya masih terkunci rapat enggan untuk bicara

"sayang ngomong dong jangan diem kaya gini" dengan sabar Revan membujuk Fania untuk berbicara

"ya kamu dateng-dateng langsung main pukul aja tanpa minta penjelasan" pada akhirnya fania mengeluarkan unek-uneknya

"ya kamu jalan sama cowok lain tanpa mikir perasaan aku gimana"

"gak sadar diri ya. Kemaren kamu juga jalan sama Lauren kan" dengan sedikit emosi Fania membentak Revan

Revan terdiam, emang bener sih kemaren dirinya menemani lauren pergi ke supermarket, itupun disuruh mamanya

"kamu tahu sendiri kan aku sama Lauren gak ada hubungan apa-apa, kita saudara" Revan masih mencoba sabar

"iya kamu nganggepnya saudara tapi lauren nggak" rasanya emosi fania sudah berada diatas ubun ubun, ingin meledak sekarang

"enggak gimana kita itu saudara ya tetap saudara gak lebih"

"terus kenapa juga kamu gak bilang kalau mau pergi apalagi sama lauren" sebenarnya Fania sudah lelah jika harus berdebat dengan Revan masalah Lauren, euh mendengar namanya saja sudah membuat fania muak

"ya.. iya maaf, aku gak bilang ke kamu" Revan mengusap kedua tangan fania yang berada digenggamannya perlahan, "udah gausah manyun gitu bibirnya entar aku khilaf"

Fania mencebik, bisa-bisanya keadaan seperti ini Revan ngardus "gausah ngardus buruan jalan"

"dimaafin kan" fania hanya mengangguk membuat senyuman merekah dibibir Revan

"tapi besok minta maaf sama rendy" seketika senyum revan memudar

***

Gadis itu terdiam setelah mendapatkan telpon dari seseorang, sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. Diraihnya sebuah bingkai foto yang memiliki gambar tiga orang anak kecil didalamnya

"Sorry gue harus lakuin ini ke lo" gadis itu masih memandangi ketiga foto itu seksama, ekspresinya sulit ditebak

"sebenarnya gue iri sama kehidupan lo yang serba ada. Lo tahu? Gue bahkan rela ngorbanin semua yang gue punya buat lo, tapi kenapa lo malah ngingkari janji itu?"

Tiba-tiba gadis itu tertawa dengan sakras. Lucu sekali pikirnya, kenapa ia harus menangis memikirkan seseorang yang bahkan tak peduli terhadapnya

---

[1] MBGF [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang